Mohon tunggu...
Riana Dewie
Riana Dewie Mohon Tunggu... Freelancer - Content Creator

Simple, Faithful dan Candid

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Wawanhati bersama Bapa Uskup Agung Semarang

30 September 2017   11:18 Diperbarui: 1 Oktober 2017   09:26 1428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bapa Uskup memberi informasi tentang perkembangan karya KAS dari waktu ke waktu (Dokumentasi Pribadi)

Ini adalah semboyan 'jadoel' yang sempat disematkan oleh Bapa Mgr. Albertus Soegijapranata, S.J. (1896-1963) puluhan tahun lalu ke hati masyarakat Katolik. Harus dipahami betul, ini bukan bermakna untuk menjadikan Indonesia menjadi 100% Katolik. Bukan.

Ini hanyalah sebuah simbol penyemangat bagi para umat beriman Katolik agar mau berpartisipasi (proaktif) dalam mengembangkan kehidupan yang kuat, adil, teguh dalam iman serta memperjuangkan hak-hak yang seharusnya kita terima. Saat NKRI terancam, rasanya slogan ini sangat bermanfaat untuk mengembalikan semangat nasionalisme bangsa, khususnya bagi umat katolik di Indonesia.

3. Mengembangkan Sistem Penggembalaan Pastoral dalam lingkup kecil

Bapa uskup berpesan bahwa kita yang hidup di zaman ini hendaknya mempertahankan sebuah program yang dulu sempat dicetuskan oleh Bapa Kardinal Mgr. Yustinus Darmojuwono (1963-1981). Apakah itu? Nah, ini yang saat ini sudah kita nikmati bersama, yaitu kehidupan iman basis lingkungan.

Lingkungan dalam kehidupan umat katolik diartikan sebagai pola penggembalaan pastoral dalam lingkup terkecil di suatu tempat. Saat ini, lingkungan telah dimekarkan menjadi wilayah, stasi maupun paroki. Mudah-mudahan semangat menggereja terus dapat dipupuk dari lingkup yang terkecil ini.

Para tamu tampak antusias mengikuti acara Wawanhati ini (Dokumentasi Pribadi)
Para tamu tampak antusias mengikuti acara Wawanhati ini (Dokumentasi Pribadi)
4. Gereja Menjadi Paguyuban

Bapa Kardinal Mgr. Yustinus Darmojuwono (1963-1981) sempat mencetuskan pengembangan program Keuskupan Agung Semarang di tahun 1985, yaitu ARDAS (Arah Dasar Keuskupan Agung Semarang). Dengan pola penggembalaan program lima tahunan, syukurlah lambat laun gereja mengalami perkembangan hingga saat ini, dimana kita telah memasuki tahun ke-7.

Uskup Rubi mengharapkan gagasan ini dapat terus berkelanjutan dan takkan terhenti bagaimanapun kondisinya karena ini diyakini sebagai gerak roh kudus yang terus-menerus menguatkan kehidupan umat beriman dalam payung paguyuban gereja. Dinamika pastoral pun sudah makin terlihat, mulai dari terbentuknya aneka paguyuban umat beriman, berbagai komunitas biara serta paguyuban-paguyuban lain sebagai bukti bahwa gereja kita sungguh hidup.

5. Menciptakan Peradaban Kasih di Indonesia

Hadirlah sejarah baru saat Rencana Induk Keuskupan Agung Semarang (RIKAS) 2016-2035 dicanangkan untuk peningkatan kualitas pelayanan umat di KAS.  RIKAS sendiri merupakan wujud dukungan KAS dalam memaknai peziarahan hidup sebagai umat Katolik dalam dinamika kehidupan berbangsa, khususnya di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta.

RIKAS yang saat ini sedang dijalankan (periode 2016-2020) memiliki tujuan untuk mewujudkan gereja yang inklusif, inovatif dan transformatif. Di sini gereja berusaha untuk merengkuh siapa saja, baik masyarakat Katolik maupun yang bukan, tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan dsb. Ini adalah cita-cita KAS untuk mewujudkan gereja baru yang mengikuti perkembangan zaman dan tidak stagnan.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun