Mohon tunggu...
Riana Dewie
Riana Dewie Mohon Tunggu... Freelancer - Content Creator

Simple, Faithful dan Candid

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Nguri-uri" Budaya Lokal, Cara Saya Menjaga Kemerdekaan Indonesia

17 Agustus 2017   19:59 Diperbarui: 17 Agustus 2017   20:48 1266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto dengan prajurit pakualaman (Dokumentasi Pribadi)

Event yang berlangsung sekitar 2 tahun yang lalu ini diselenggarakan oleh Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Bertempat di Pura Pakualaman, acara Festival Seni Budaya Klasik ini melibatkan banyak penari, baik dari kraton Yogyakarta, Pura Pakualaman, Kasunanan Surakarta, Pura Mangkunegaran, Kraton Kacirebonan, Kraton Kasepuhan, Kraton Kanoman serta Kraton keprabon.

Festival Seni Budaya Klasik (Dokumentasi Pribadi)
Festival Seni Budaya Klasik (Dokumentasi Pribadi)
Para penari tampak gemulai saat menarikan jenis Tari Beksan Nandheg Langendriyan maupun Tari Gambyong malam itu. Event ini ditujukan untuk menjalin kembali persaudaraan, terutama dalam hal kebudayaan seluruh kraton yang ada di Jawa. Bagi saya pribadi, ini menjadi satu cara untuk melestarikan budaya bangsa yang memiliki nilai sejarah tinggi.   

2. Pameran Pusaka Kraton usai Grebeg Maulud

Setiap akhir tahun, Jogja mengadakan acara sekatenan selama 2 hingga 4 minggu di alun-alun utara lalu diakhiri dengan Grebeg Maulud untuk memperingati  kelahiran Nabi Muhammad SAW. Kebetulan setiap tahunnya saya selalu sempatkan hadir di event ini. Kraton Jogja dibuka untuk umum, inilah yang selalu membuat saya pribadi ketagihan, apalagi selalu diadakan pameran pusaka kraton yang begitu menarik.

Pameran Pusaka (Dokumentasi Pribadi)
Pameran Pusaka (Dokumentasi Pribadi)
Kereta kraton, kerajinan gemelan, kerajinan keris dan beragam pameran cagar budaya sangat bisa saya nikmati disana. Mungkin iniah cara saya untuk menjaga kemerdekaan bangsa, yaitu ikut melestarikan peninggalan sejarah di Kraton Jogja. Dengan event ini, saya jadi tahu beragam jenis keris yang digunakan raja-raja zaman dulu, jadi tahu foto-foto raja mataram, jadi tahu cagar budaya lainnya yang harus dilestarikan. Menarik ya J

3. Jemparingan

Nah, ini benar-benar pengalaman baru bagi saya. Saat berjalan-jalan ke Borobudur beberapa waktu lalu, saya temukan sesuatu yang unik & mengandung nilai histori tinggi. Awalnya saya tahunya ya cuma anak panah biasa. "Ini namanya Jemparingan, mbak...", kata Pak Agung Susilo, pemilik stand ini. Setelah sukses pasang aksi di Prambanan, beliau ditarik oleh Taman Wisata Candi untuk buka stand Jemparingan di area Candi Borobudur.

jemparingan (Dokumentasi Pribadi)
jemparingan (Dokumentasi Pribadi)
Menurut informasi Pak Agung, jemparingan ini sejenis olah raga memanah gaya mataraman.  Dulu hanya digunakan oleh kerajaan, sekarang dalam rangka nguri-uri budaya, boleh dimainkan oleh masyarakat umum. Permainan ini ada pakemnya lho, yaitu harus duduk bersila dan saat lomba, peserta harus mengenakan pakaian adat Jawa. Jemparingan ini memiliki filosofi yang sangat tinggi, yaitu bahwa memanah itu butuh kesabaran, konsentrasi, pengendaian diri dan keberanian. Nah, ternyata tak mudah bukan?

Dulu sih jemparingan ini untuk perang atau berburu, namun sekarang dimanfaatkan untuk nguri-uri budaya, bahkan sudah diakui pemerintah Indonesia karena masuk sebagai salah satu olahraga di  PON (Pekan Olahraga Nasional), wow keren ya??

"Tanah airku Indonesia, Negeri elok amat kucinta, Tanah tumpah darahku yang mulia, yang kupuja sepanjang masa.....", mungkin lirik inilah yang mewakili hati saya saat ini, saat saya merasakan sukacita hari kemerdekaan Indonesia tahun 2017. Berjayalah selalu Indonesiaku, semoga kekayaanmu semakin dikenal dunia, bangsa pun makin sejahtera.

Riana Dewie

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun