Mohon tunggu...
Riana Dewie
Riana Dewie Mohon Tunggu... Freelancer - Content Creator

Simple, Faithful dan Candid

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Menyibak Ekowisata Desa Malangan dengan Beragam Potensinya

25 Maret 2017   22:55 Diperbarui: 27 Maret 2017   09:00 1148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa anyaman skala rumah tangga ini kebanyakan akan diserahkan ke sentra produksi terbesar di desa Malangan, Tunggak Semi, untuk dilakukan finishing. Ada nilai histori tentang sentra kerajinan bambu yang saat ini 95% produknya adalah diekspor ke luar negeri. Dulunya industri ini dibangun oleh Ahmad Sirat dan kini dikembangkan oleh Suryadi, putranya.

Tunggak Semi makin berkembang dan kini sudah mampu mempekerjakan sekitar 2000-an karyawan asal desa setempat dan dari luar kota sebagai fondasi ekonomi masyarakat Malangan. Dulu sebelum dikembangkan, hasil anyaman kerajinan bambu hanya laku dijual Rp. 3 ribu saja, tak setara dengan jerih payah mereka. Sekarang, hasilnya berlipat ganda setelah Tunggak Semi sukses ekspor hasil produksinya ke negara lain.

Tak hanya kerajinan bambu saja, perikanan yang dikembangkan di sana juga menghasilkan rezeki bagi masyarakat setempat. Hasil ikan yang melimpah tak disangka menjadikan desa Malangan ini sebagai supplier ikan terbesar di beberapa resto ikan daerah sana, bahkan beberapa juga dikirim ke luar kota sesuai permintaan. Itulah bukti bahwa Desa Malangan memang berpotensi besar untuk meningkatkan perekonomian masyarakatnya.

3. Melestarikan Kebudayaan Lokal

Proses pembuatan batik tulis (dok.pri)
Proses pembuatan batik tulis (dok.pri)

Produk cantik ini dibuat dari barang-barang sampah (Dok.Pri)
Produk cantik ini dibuat dari barang-barang sampah (Dok.Pri)

Ekowisata desa Malangan juga menyimpan kebudayaan yang hingga saat ini masih terus dikembangkan oleh masyarakatnya. Kemarin saya dan rombongan sempat mengunjungi satu sentra kerajinan Batik Tulis H & S, dimana disana kami bisa melihat langsung proses pembatikan dengan cantingnya, proses penjahitan kain batik tulis menjadi pakaian jadi serta deretan display baju-baju batik untuk pria dan wanita dengan beragam motif yang elegan dan cantik. Ada pula produk-produk daur ulang dari bungkus deterjen dan tutup botol yang biasanya hanya masuk ke tong sampah.

Selain batik, desa Malangan ini juga terkenal akan kerajinan kerisnya. ‘Seni Tempa Pamor Ki Empu Sungkowo Harumbrodjo’ adalah pusat kerajinan keris yang kami datangi. Di sana, kami diajak untuk menyaksikan proses pembuatan keris, mulai dari penempaan panas berkali-kali hingga proses finishingnya. Berbagai seni tempa pamor juga kami lihat di sana, yaitu motif-motif yang ada di keris. Satu tokoh utama yang memberikan banyak informasi adalah mbah Sungkowo, putra dari Empu Djeno Harumbrodjo yang biasa membuat keris untuk Keraton Yogyakarta di masa lalu. Beliau juga empu dari keturunan ke 17 dari Empu Tumenggung Supodriyo, Empu tersohor pada abad ke-13.

Beliau mengatakan bahwa dalam 1 tahun bisa membuat 1 hingga 2 keris sesuai pesanan pelanggan. Membuat keris bukanlah hal mudah, dimulai dari pemahaman tujuan dibuatnya keris (biasanya ditanyakan kepada pemesan), meminta izin kepada Tuhan dengan menyiapkan sesajen seperti ingkung, jajan pasar, jenang dsb lalu dilanjutkan dengan puasa oleh si empunya. Menurut Mbah Sungkowo, dibutuhkan waktu berbulan-bulan untuk menyelesaikannya serta tak boleh lepas konsentrasi dan ketenangan agar proses pembuatan keris berjalan lancar.

Nah, berbagai kebudayaan lokal ini harus dilestarikan karena sungguh-sungguh memiliki nilai histori yang sangat tinggi. Kalau bukan generasi sekarang yang melakukannya, beberapa tahun ke depan mungkin budaya ini memudar bahkan lenyap.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun