Mohon tunggu...
Riana Dewie
Riana Dewie Mohon Tunggu... Freelancer - Content Creator

Simple, Faithful dan Candid

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Embung Banjaroyo, Tempat Berteduh dari Panasnya Kulon Progo

16 Februari 2017   11:49 Diperbarui: 16 Februari 2017   16:31 1422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bapak Hotjen Siallagan (kiri) dan Bapak Al Kodim (kanan) berfoto di depan Embung Banjaroya (dok.pri)

Tanaman Tumpang Sari yang sedang digarap petani (dok.pri)
Tanaman Tumpang Sari yang sedang digarap petani (dok.pri)
Untuk pengelolaan area 1 hektar lagi di luar waduk mini hasilnya akan dimanfaatkan untuk pengembangan sentra pemberdayaan tani dan pengelolaan wisata. Lalu di luar area itu adalah lahan kelompok tani yang saat ini sudah mulai dimanfaatkan untuk pengembangan tanaman tumpang sari, seperti cabe, kacang-kacangan dan sayur-sayuran lainnya.

5. Penyiraman di Musim Kemarau, Tujuan Dibangunnya Embung Banjaroyo
Sama seperti embung-embung lainnya yang lebih dulu dibangun, Embung Banjaroyo inipun dibangun dengan tujuan untuk penyiraman semua tanaman di area ini agar tetap subur walaupun sedang dilanda musim kemarau yang panjang. Pengairan ini, dijelaskan Bapak Hotjen menggunakan sistem gravitasi, yaitu posisi waduk dipilih di area yang paling tinggi diantara lainnya dan dipasang tiga pipa output. Di area 20 hektar ini terdapat pipanisasi pralon dan disediakan beberapa penampungan kecil karena medan di sana naik turun. Dari situlah air dialirkan untuk menyiram tanaman durian saat musim kemarau.

Saat curah hujan tinggi seperti di awal tahun ini, embung Banjaroyo tampak memiliki air yang tinggi bahkan luber ke area sekitarnya. Berbeda dengan tahun lalu, saat saya berkunjung ke sana, air hanya memenuhi sebagian kecil embung dengan volume 1300 meter kubik dari total volume yang seharusnya bisa menampung 30.000 meter kubik air.

***

Pemberdayaan lahan yang memenuhi 5 unsur SPT (Sentra Pemberdayaan Tani) ini, yaitu penyediaan wisma tani, kebun 20 hektar, waduk mini, petani serta pendampingan oleh Yayasan Obor Tani telah sukses berprogres dari waktu ke waktu. Area yang dulunya polos, kini makin cantik dengan berbagai pembangunan fasilitas cantik disekitarnya, seperti kursi-kursi permanen untuk bercengkerama, mushola etnik yang dibangun dari materi alam, gubug-gubug kecil untuk melepas lelah pengunjung dan kelengkapan lainnya. 

Bapak Hotjen Siallagan (kiri) dan Bapak Al Kodim (kanan) berfoto di depan Embung Banjaroya (dok.pri)
Bapak Hotjen Siallagan (kiri) dan Bapak Al Kodim (kanan) berfoto di depan Embung Banjaroya (dok.pri)
Satu hal menarik yang membut saya rindu adalah ikan-ikan di dalam embung yang selalu girang berloncatan saat saya datang ke sana. Dengan pelet ikan yang saya beli sekitar Rp 2 ribu rupiah, saya sudah bisa sepuasnya menabur makanan untuk mereka santap sambil berkeliling menikmati keindahan embung. Tak dapat dipungkiri, ikan ini jumlahnya sangat banyak dan hingga detik ini belum pernah dipanen sama sekali. “Kami belum tahu, bagaimana pengelolaan ikan-ikan ini usai dipanen. Entah mau dibagikan sama rata ke seratus kepala keluarga atau mau dijual agar uangnya bisa untuk pembangunan, nanti diserahkan kepada Bapak Al Kodim saja, selaku ketua kelompok tani,” pungkas Bapak Hotjen.

Kerumunan ikan di Embung Banjaroya (Dok.Pri)
Kerumunan ikan di Embung Banjaroya (Dok.Pri)
Inilah daya tarik wisata yang sesungguhnya. Kolaborasi ekosistem air dengan tanaman buah yang yang berkualitas, salah satu alasan mengapa para pengunjung bisa belama-lama di sini. Belum lagi disejukkan oleh hembusan angin yang membawa nuansa bahagia di atas awan, membawa imajinasi setiap pengunjungnya merasakan keagungan Tuhan yang luar biasa.

Saya sih sudah menikmatinya, Anda kapan?

Riana Dewie

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun