Mohon tunggu...
Riana Dewie
Riana Dewie Mohon Tunggu... Freelancer - Content Creator

Simple, Faithful dan Candid

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Inilah 6 Warisan Budaya Papua, Kompasianer Jogja Ikut Bangga!

3 Juni 2016   07:17 Diperbarui: 6 Juni 2016   12:48 1705
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di acara ini, para pengunjung juga dimanjakan dengan penampakan peninggalan budaya yang tak kalah uniknya, yaitu Noken. Noken adalah tas khas Papua yang patut dibanggakan karena telah dicatat oleh UNESCO sebagai karya tradisional dan warisan dunia per tanggal 4 Desember 2012. 

Peninggalan budaya yang berbahan benang nilon dan serat kulit kayu ini biasanya dipakai oleh wanita sebagai lambang kedewasaan. Dengan disangkutkan di kepala, tas ini memang multifungsi bahkan dapat diisi barang-barang berat, diantaranya untuk membawa hasil pertanian seperti sayur-sayuran, umbi-umbian, kayu bakar atau bahan-bahan lain yang akan dijual ke pasar. Bisa pula dimanfaatkan untuk menggendong anak. 

Wow, luar biasa ya mereka, beban seberat itu bisa terbawa dengan kepala sebagai tumpuannya. Sebagai cinderamata, noken dijual dengan harga mulai Rp. 15 ribu hingga ratusan ribu rupiah, tergantung ukurannya.

3.  Tas kulit Kayu Mini (Tas HP)

Oh ya, benda yang satu ini juga termasuk tas khas Papua, hanya saja bentuknya mini. Kerajinan kulit kayu ini biasanya bisa dimanfaatkan untuk menyimpan HP atau benda kecil lainnya sesuai dengan kebutuhan masing-masing. 

Jika dijual di pasaran, harga tas imut ini berkisar mulai Rp. 40 ribu. Nah, kalau saya dan kompasianer Jogja lainnya sih tidak perlu membeli karena sudah dikasih gratis oleh panitia. Hihihi.....

Dokpri
Dokpri
4. Honai, Rumah Adat Papua yang Khas

Sebuah miniatur rumah adat Papua juga tampak gagah berdiri menyambut para pengunjung ataupun tamu undangan di bagian pintu masuk gedung ini. Banyak yang berfoto di depan Honai, tak terkecuali kami. Di Papua sendiri, bangunan yang tingginya sekitar 2,5 meter ini biasanya terbuat dari kayu serta dilengkapi atap jerami dengan bentuk kerucut. 

Sengaja dibuat tak terlalu luas karena manfaat utamanya adalah untuk menahan hawa dingin dari pegunungan. Oleh karenanya, di bagian dalam rumah biasanya dipersiapkan tempat untuk perapian sebagai media masyarakatnya untuk menghangatkan tubuh.

5. Kerajinan Ukiran Bernilai Seni Tinggi dari Berbagai Suku di Papua

Ini yang sebenarnya dilihat pertama kali oleh para pengunjung sebelum masuk di Gedung Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjo Soemantri (PPKH), tempat diadakannya acara besar ini. Ya, sebuah stand yang memang menyuguhkan berbagai kerajinan ukiran kayu yang sangat menarik dengan hasil yang bervariasi. Hasil ukiran kayu masyarakat Papua memang sangat diburu para wisatawan, apalagi ukiran kayu suku Asmat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun