Mohon tunggu...
Riana Dewie
Riana Dewie Mohon Tunggu... Freelancer - Content Creator

Simple, Faithful dan Candid

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Wajibkah Mengikuti Wisuda setelah Ujian Pendadaran?

23 Mei 2016   09:20 Diperbarui: 3 Desember 2019   05:14 3942
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagi saya, kuliah adalah perjalanan hidup yang harus dilewati demi menyabet sebuah gelar pada masa klimaks pendidikan nanti. Dengan berbagai cara, banyak orang tua memperjuangkan anak-anaknya agar bisa mengenyam level pendidikan yang satu ini. Dengan harapan agar kelak anaknya dapat hidup lebih nyaman dan sejahtera, orang tua seakan tak gentar walau harus dihadapkan dengan biaya kuliah per semester yang meroket dari waktu ke waktu.

Terus, harapan orang tua itu apa sih? Simpel saja, sang anak yang sudah dibiayai segitu besar diharapkan dapat melaksanakan kewajibannya dengan baik selama kuliah. Ya, usahakan untuk meminimalkan absen, mengikuti mata kuliah tanpa rasa malas atau aktif dalam berbagai kegiatan mahasiswa sebagai salah satu cara untuk mendapatkan nilai lebih. 

Setidaknya, berikan feedback juga untuk orang tua. Ya, mereka kan sudah berjuang keras untuk masa depan kita, masak sih kita tega "mengkhianati" bahkan melakukan kesalahan yang bakal memupuskan harapan mereka? Jangan gaes :)

Kolaborasi antara Anak dan Orang Tua 

Menjadi seorang mahasiswa itu susah gak sih? Ya, tergantung masing-masing pribadi ya. Beberapa mahasiswa sempat mengeluhkan berbagai kesulitan selama menjalani masa kuliah. 

Ada yang bilang mata kuliahnya sulit, dosennya bikin gak nyaman, tugas-tugasnya berjibun, bayar kuliahnya mahal atau ada juga yang merasa susah bagi waktu karena harus sibuk bekerja juga demi menambah uang jajan. 

Apalagi bagi mahasiswa perantauan, pengeluaran uang benar-benar harus dikontrol agar dapat bertahan hidup hingga orang tua mengirimkan uang lagi di bulan berikutnya. 

Nah, butuh perjuangan juga kan dari si anak? Betul. Inilah kolaborasi, asal dijalani dengan ikhlas & punya goal hidup, para pejuang masa depan ini mudah-mudahan bisa meraih apa yang dicita-citakan. 

Anda sebagai anak yang kini berstatus mahasiswa (atau sudah lulus) dan Anda sebagai orang tua yang sedang membiayai kuliah anak tentu merasakan banyak suka duka saat memperjuangkan cita-cita ‘besar’ ini. Apalagi saat di anak mencapai titik dimana ia mulai menyusun skripsinya sedikit demi sedikit. Nah, rasa khawatir & kesabaran harus dikendalikan agar semua berjalan lancar. 

Detik-detik Sidang Skripsi (Pendadaran)

Dengan perjuangan yang keras selama beberapa bulan, akhirnya si anak (mahasiswa) mendapat tanda tangan dosen untuk segera menjalani sidang skripsi, saat dimana ia mempertanggungjawabkan penelitiannya di hadapan dosen-dosen terpilih. 

“Anda dinyatakan LULUS dengan nilai.....”, itulah yang diharapkan setiap mahasiswa di akhir sidang skripsinya (pendadaran). Bahagianya :)

Apakah selesai sampai disitu? Belum. Tak lama setelah itu, para mahasiswa bakal mengikuti upacara besar yang diadakan setiap universitas atau perguruan tinggi untuk merayakan kelulusannya. Yes, waktunya wisuda. 

Wisuda sebagai Ungkapan Rasa Bahagia

Saya melakukan refleksi atas pengalaman saya sendiri sebagai mahasiswa yang pernah melewati hari-hari di kampus. Ya, mengikuti kuliah dosen, melakukan bimbingan skripsi, lulus ujian skripsi hingga mengikuti acara wisuda di kampus. Hal yang sama juga dialami oleh adik saya sendiri, dimana ia baru saja mengikuti acara wisuda beberapa waktu lalu. 

Wisuda? Apakah ini wajib dilakukan? Apakah wisuda merupakan tujuan utama dari sebuah proses panjang pendidikan di perguruan tinggi seperti yang diyakini banyak orang selama ini?  

Menanggapi hal ini, saya memiliki beberapa opini terkait dengan prosesi wisuda yang sering diasumsikan sebagai ungkapan rasa bahagia karena si anak telah menyelesaikan pendidikannya. 

1. Wisuda Semacam Penerimaan Stempel Gelar Sesuai Pilihan

Saya pernah mengikuti wisuda di kampus dan lulus dengan gelar Sarjana Ekonomi (S.E.) beberapa tahun lalu. Saya bangga dan senang saat itu karena apa yang saya impikan akhirnya tercapai. Satu pemikiran polos seorang belia usia 22 tahun saat itu, yaitu dengan gelar ini, saya akan mudah mencari kerja sesuai jurusan yang telah saya tekuni. 

Tapi apa yang terjadi? Pada kenyataannya, stempel gelar ini makin lama makin pudar pemanfaatannya untuk bidang-bidang tertentu. Dalam artian, banyak orang tak lagi bekerja sesuai jurusan kuliahnya, tapi sesuai hobi atau passion-nya. Siapa contohnya? Ya saya sendiri :)

2. Wisuda adalah Pesta Kemenangan

Hal ini saya sadari setelah mengamati proses perjalanan kuliah hingga wisuda adik saya sendiri. Memang benar, perjuangan seorang mahasiswa hingga mencapai lulus bukanlah hal mudah. 

Ada banyak hambatan yang harus dihadapi selama masa penyelesaian skripsi, diantaranya proposal yang langganan ditolak hingga dibentak-bentak dosen kala materi tak sesuai dengan judul skripsi yang ditetapkan. 

Belum lagi beratnya melakukan penelitian di luar, semua memang sarat dengan pengorbanan. Jadi, setelah dinyatakan lulus pendadaran, biasanya mahasiswa sudah terbayang akan hingar bingar pesta kebahagiaan yang telah lama dinanti. Ya, wisuda. Nah, acara sakral ini sepertinya menjadi mutlak bagi banyak orang. 

Bahkan saat seseorang tak bisa mengikuti wisuda di waktu terdekat, ia rela menunggu untuk mengikuti wisuda di periode berikutnya. Seakan-akan ia takkan dapat melamar pekerjaan sebelum mengikuti wisuda. Hihihi.... 

Padahal sejak lulus pendadaran pun, seorang mahasiswa sudah bisa melamar pekerjaan dengan gelar pendidikannya.

Adik dan kedua orang tua saya saat merayakan wisuda (Dok.Pri)
Adik dan kedua orang tua saya saat merayakan wisuda (Dok.Pri)

3.Wisuda Menjadi Kebanggaan Orang Tua akan Pendidikan Anaknya

Ah, orang tua mana yang tak bangga dan terharu dengan penampilan anak perempuannya yang berkebaya cantik dan mengenakan toga saat acara wisuda? Atau seorang ayah yang terharu melihat anak laki-lakinya tampak gagah mengenakan kemeja putih dan bercelana hitam dengan berselimut toga dan berjalan naik panggung? Ah, mengharukan ya.  

Ini sangat wajar karena banyak orang tua beranggapan bahwa wisuda adalah puncak dari segala perjuangan anaknya (mahasiswa) yang telah sukses menyelesaikan kuliahnya selama beberapa tahun. 

Moment ini seringkali diabadikan dalam sebuah bingkai foto kenangan yang dipajang di tembok ruang tamu dan memiliki nilai tersendiri di hati orang tua. 

***

Dari banyak pengalaman yang saya alami sendiri, saya bisa menyimpulkan bahwa acara wisuda sesungguhnya bukanlah perayaan yang wajib diikuti oleh mahasiswa yang telah dinyatakan lulus saat sidang skripsi (pendadaran). 

Acara wisuda hanyalah sebuah pesta kelulusan yang biasa dirayakan bersama para sahabat dan keluarga dekat. 

Kampus saya dulu seingat saya juga tak mewajibkan mahasiswanya untuk mendaftarkan diri sebagai calon wisudawan/wisudawati. Jadi, tak heran jika beberapa teman seangkatan yang lulus bersamaan ada pula  yang tak mengikuti acara besar ini. 

Beberapa kawan saya yang mungkin merasa keberatan dengan biaya wisuda  yang dianggap mahal (maaf) atau sengaja save uang untuk keperluan lain juga mengurungkan niat untuk mengikuti acara besar ini. 

Prosesi Wisuda itu Pilihan, Bukan Kewajiban

Setiap Universitas/Perguruan Tinggi mungkin memiliki kebijakan masing-masing terkait dengan acara wisuda. Jadi, menurut saya mengikuti acara wisuda ataupun tidak adalah pilihan masing-masing orang, tentunya semua disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan. 

Tulisan ini saya buat bukan bermaksud melarang para mahasiswa untuk mengikuti acara wisuda setelah lulus pendadaran atau bukan pula sebagai kampanye yang memperburuk citra wisuda bagi seluruh kampus dimanapun berada. Bukan itu. 

Karena tak dapat ditampik bahwa saya pun dulu saat kuliah selalu bermimpi untuk mengikuti acara wisuda bersama orang-orang terkasih dan syukurlah terlaksana. 

Begitupun dengan adik saya yang baru saja diwisuda beberapa bulan lalu. Kami sekeluarga merasakan kebanggaan dan kebahagiaan yang tiada batas, tak terkecuali pancaran lega dari wajah bapak dan ibu saya. Disitulah saya memahami, ini adalah momen yang memang mereka tunggu-tunggu. 

Melalui tulisan ini, saya hanya ingin menumpahkan uneg-uneg hati yang selama ini kadang disalahartikan oleh banyak orang tentang arti wisuda, baik oleh mahasiswa ataupun para orang tua.

Ketika seseorang dinyatakan lulus sidang skripsi (pendidikan), dia sudah resmi mendapat gelar baru, sudah hampir memiliki surat tanda kelulusan (memerlukan waktu beberapa hari hingga seluruh dokumen kelulusan jadi) serta sudah bisa melamar pekerjaan sesuai gelar pendidikannya. 

Tanpa wisuda pun, seseorang dapat melangkah ke babak baru kehidupannya. Sedangkan acara wisuda yang selalu dilaksanakan dengan proses pemindahan tali toga dari kiri ke kanan oleh rektor hanyalah sebuah simbol bahwa wisudawan/wisudawati kini telah masuk di pintu kehidupan yang nyata.

Bukan lagi sekedar makan teori dan hafalan namun ia juga sudah harus siap memanfaatkan potensi dan daya imajinasinya untuk menghasilkan karya seperti yang ia cita-citakan sejak kecil.

Kebahagiaan kami saat merayakan wisuda 
Kebahagiaan kami saat merayakan wisuda 

Semoga seluruh generasi muda yang saat ini masih kuliah senantiasa memiliki semangat untuk mencapai cita-citanya. Bagi yang bermimpi untuk mengikuti wisuda, semoga lulus dengan nilai memuaskan dan jangan lupa besok selfie cantik pakai toga kebesaran kalian ya. Hehehe... 

Bagi yang kurang berminat merayakan kelulusan dengan wisuda, tetap semangat ya dan buruan melamar kerja biar segera mendapat gaji bulanan. Hehehe.. 

Maaf ya kalau fotonya isinya narsis semua :D. Oh ya, buat adekku, selamat wisuda ya... Semangat menempuh dunia baru. 

(Semua foto adalah dokumentasi pribadi)

Riana Dewie

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun