[caption caption="Gerhana Matahari Sebagian di Kota Jogja (Dok.Pri)"][/caption]Saat mata saya terbuka pagi ini, langsung deh kepikiran Gerhana Matahari. Tak pikir panjang, karena gerhana dimulai sekitar jam 06.20 untuk wilayah Jogja, saya dan suami bergegas menengok ke luar rumah, barangkali ada fenomena indah yang terlihat. Namun belum ada penampakan istimewa dari arah rumah kami sehingga akhirnya kami pun berencana untuk jalan-jalan naik motor sembari melihat pemandangan langit, kali aja kami orang Jogja ‘kecipratan’ untung agar bisa menikmati fenomena alam yang hanya berlangsung sekitar 33 tahun sekali ini.
Masjid di depan rumah kami pun dipadati dengan umat muslim yang sedang menjalanankan ibadah shalat Gerhana Matahari. Saat motor melaju sekitar jam 07.15, kanan kiri tampak lengang. Jalan raya yang biasanya dipadati kendaraan, pagi ini mungkin hanya 5% saja dibanding biasanya. Entah mungkin karena hari ini bertepatan dengan hari raya Nyepi sehingga beberapa umat Hindu yang ada di Jogja meminimalkan aktivitasnya di luar. Atau mungkin karena hari ini juga hari libur Nasional (Nyepi) sehingga banyak masyarakat yang bermalas-malasan dan sengaja bangun siang. Kemungkinan lain adanya mitos ‘jangan keluar rumah’ yang turun temurun didoktrin oleh para sesepuh yang masih menganggap peristiwa Gerhana Matahri sebagai sesuatu yang menakutkan.
[caption caption="Jalanan di Kota Jogja Sepi Saat Gerhana Matahari 2016 (Dok.Pri)"]
Saya tak terlalu paham, mereka membawa plastik papan hitam (seperti plastik tebal hasil rontgen) untuk melihat gerhana. Saat tadi menyusuri jalanan Jogja, saya juga melihat benda yang sama namun sepertinya memang dijual umum, khusus untuk menyaksikan fenomena ini. Tak kalah pula mereka yang pede mengenakan kacamata 3D agar mata lebih aman saat menyaksikan penampakan raja surya tersebut.
Saya pribadi tak bisa menyaksikan keindahan gerhana matahari dari atas Malioboro, justru merasa sedikit sakit mata lantaran terlalu silau dengan cahayanya. Sesekali memberanikan diri untuk memandang ke arah matahari tanpa pengaman apapun namun tak ada hasilnya. Orang-orang di sekitar kami berdiri beberapa ada yang menjadi wartawan ‘dadakan’ untuk meliput penampakan matahari dengan senjata utama, yaitu tripot dan kamera, termasuk kami. Hehehe… Kurang lebih disana sekitar 30 menit, akhirnya kami beranjak pulang sekitar jam 08.05 dan melanjutkan aktivitas pagi untuk menikmati soto panas di daerah PGRI Jogja.
[caption caption="Anak Muda memadati TPU Abu Bakar Ali Kawasan Malioboro untuk Memotret Gerhana Matahari (Dok.Pri)"]
[caption caption="Gerhana Matahari 2016 Dilihat dari Kota Jogja (Dok.Pri)"]
[caption caption="Gerhana Matahari 2016 Dilihat dari Kota Jogja (Dok.Pri)"]
Hari ini memang penuh keistimewaan. Selain bertepatan dengan terjadinya Gerhana Matahari, kita juga beruntung karena bisa bonceng libur menyaksikan gerhana ini dari libur nasional hari raya Nyepi. Tak lupa saya ucapkan Selamat Merayakan Hari Raya Nyepi bagi seluruh umat Hindu di Indonesia, semoga kita semua bisa mendapatkan pencerahan hati dan sinar suci dari yang Maha Agung.
Salam, Riana Dewie
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H