Mohon tunggu...
Riana Dewie
Riana Dewie Mohon Tunggu... Freelancer - Content Creator

Simple, Faithful dan Candid

Selanjutnya

Tutup

Humaniora featured

Sudahkah Anak Indonesia Mendapat 10 Hak Ini? (Renungan Hari Anak Nasional)

23 Juli 2015   13:22 Diperbarui: 22 Juli 2017   21:02 2418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hari Anak Nasional (Kompasiana)

Apakah ini sudah dilakukan pemerintah secara merata di seluruh wilayah Indonesia? Tentu saja BELUM. Masih banyak kasus anak Indonesia yang terpaksa putus sekolah hanya karena orang tuanya tak punya biaya. Masih banyak bangunan sekolah tak layak pakai yang masih digunakan oleh masyarakat pedalaman untuk menimba Ilmu. Sekali lagi, pemerintah pusat dan daerah harus memperhatikan betul masalah pendidikan di Indonesia, Ayolah, tingkatkan anggaran untuk masyarakat kecil agar derajat hidup bangsa terangkat, agar anak miskin bisa sekolah. Toh di masa depan, negara juga yang akan memetik hasilnya. Generasi muda yang pintar dan terdidik dapat berpartisipasi dalam memajukan bangsa dan negara. Bukankah Indonesia bermimpi menjadi negara maju?

3. Hak untuk mendapatkan PERLINDUNGAN

Anak-anak itu memiliki jiwa, pikiran dan psikologi yang sangat rentan sehingga mudah terpengaruh dengan lingkungannya. Ini benar-benar menjadi PR bagi para orang tua yang memiliki anak agar dapat melindungi anaknya secara maksimal. Anak-anak sangat rentan menjadi korban kejahatan, kekerasan atau pelecehan seksual karena banyaknya stigma negatif masyarakat, tradisi/adat istiadat yang menyimpang, diskriminasi dsb.

Saat berada di mall, gandeng anak dengan erat. Jangan biarkan dia lari sendirian kesana-kesini karena sangat rawan tindakan kejahatan, seperti kasus penculikan di PCG beberapa waktu lalu. Selain itu, orang tua juga harus memiliki kestabilan emosi yang baik sehingga kita tahu betul, apa yang boleh kita lakukan terhadap anak dan yang tak boleh. Misal anak berbuat salah, jangan buru-buru mengatainya, “Dasar Bodoh..tolol...anak tak tahu diuntung...anak setan..dll”.Anda pikir anak akan langsung sadar? TIDAK. Dia justru akan tumbuh dalam tekanan dan merasa rendah. Alih-alih jadi anak pintar, kata-kata kasar Anda tadi justru bisa jadi kenyataan karena kemarahan Anda yang berlebihan.

Hindari juga main pukul anak seenaknya karena selain fisiknya yang masih sangat rentan dan lemah, jiwanya dapat terganggu karena perilaku kasar orang tua. Anak itu butuh disayang, butuh pelukan. Oleh karenanya, saat anak berbuat salah, jangan langsung menghakiminya dengan cara kasar namun berikan pelukan, nasihat sambil tersenyum padanya agar pelajaran yang Anda berikan dapat selalu diingat di kepalanya.  

4. Hak untuk mendapatkan REKREASI

Siapa bilang hanya orang tua yang butuh refreshing? Anak pun putuh rekreasi agar hidupnya tidak monoton. Sesekali, saat Anda istirahat dari mencari uang, ajaklah anak Anda untuk rekreasi ke tempat wisata yang cocok untuk anak, misalnya di kebun binatang atau di museum-museum sejarah. Selain refreshing, Anda juga mendapat bahan untuk mengedukasi anak Anda.

Saat di kebun binatang, ceritakanlah bahwa monyet itu sangat sayang kepada anaknya sehingga kita pun harus menyayangi orang lain di sekitar kita. Saat berada di museum budaya, kita dapat memperlihatkan kepada anak berbagai tari-tarian dari berbagai daerah sehingga kelak, anak kita pun dapat melestarikan berbagai kesenian daerah dengan ikut sanggar tari dll. Saat mengajaknya ke pantai, Anda dapat menjelaskan ke anak bahwa pantai adalah salah satu keindahan alam yang diciptakan Tuhan. Oleh karenanya, jaga pantai dari pencemaran agar ikan-ikan di dalamnya tetap hidup dan makin banyak, salah satunya adalah jangan buang sampah sembarangan. Masih banyak lagi yang dapat Anda kunjungi bersama anak sebagai tempat rekreasi. Intinya, buatlah anak senang dengan mengunjungi tempat-tempat baru, tentunya yang aman dan bernilai positif bagi perkembangannya.

5. Hak untuk memiliki PERAN dalam PEMBANGUNAN

Setiap generasi penerus bangsa berkesempatan untuk berpartisipasi dalam pembangunan. Oleh karenanya, para orang tua setidaknya dapat memperjuangkan pendidikan bagi anaknya. Anak yang mengenyam pendidikan sekolah tentu akan berkualitas dan memiliki peran tinggi untuk memajukan Indonesia. Namun kadang hal miris justru terjadi di beberapa daerah Indonesia yang belum mengerti arti pentingnya pendidikan dan masa depan anaknya. Banyak anak-anak gadis di bawah umur (umur belasan) yang dinikahkan dengan laki-laki dewasa. Tujuannya cuma satu, agar anaknya tak menjadi tanggungan orang tuanya lagi karena lagi-lagi kepentok masalah ekonomi.

Ada juga kasus yang sering terjadi pada anak, yaitu orang tua yang memaksakan jurusan sekolah untuk anaknya. Kita harusnya tahu, apa yang diinginkan orang tua belum tentu menjadi keinginan anak. Saat sekolah memaksakan anaknya untuk masuk jurusan IPA. Lulus dengan nilai rendah. Saat bekerja, anak itu justru sukses sebagai  guru bahasa Inggris. Nah lhoh, kesalahan siapa kalau kayak gini? Disini anak justru menjadi obyek penderita karena dia harus mengenyam jurusan pendidikan yang tak sesuai dengan kemampuannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun