Mohon tunggu...
Riana Dewi
Riana Dewi Mohon Tunggu... -

Mahasiswi Universitas Telkom Bandung

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Peran Keluarga dalam Pendidikan Anak

20 Juni 2016   11:51 Diperbarui: 20 Juni 2016   11:55 1184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendidikan adalah salah satu kontrol sosial yang sangat penting dalam masyarakat. Pendidikan yang bersifat akademik akan menentukan tingkat intelektual seseorang dalam lingkungannya yang kemudian keahliannya akan diterapkan dibidangnya masing-masing. Sedangkan pendidikan karakter menentukan  perilaku seseorang berjalan sesuai norma-norma yang berlaku di masyarakat yaitu norma kesusilaan, norma agama, norma hukum dan norma kesopanan. Meskipun pendidikan yang paling utama adalah pendidikan moral, pendidikan akademik (dalam hal ini adalah sekolah) pun perlu diperhatikan dan dilaksanakan secara optimal, mengingat hampir semua orang pernah melalui masa sekolah dasar hingga menengah. Karena peserta didik sekolah merupakan anak-anak dan remaja, maka dari itu mereka perlu mendapat perhatian ekstra dari berbagai pihak, demi menciptakan sistem pendidikan yang kondusif dan efektik.

Di era modern seperti sekarang ini, semua orang sibuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Maka, tidak sedikit orang tua yang justru melimpahkan seluruh tanggung jawab pendidikan anaknya kepada pihak sekolah. Padahal, keluarga merupakan media pendidikan yang paling pertama dan utama bagi seorang anak. Seperti halnya sekolah, keluarga juga merupakan tempat belajar bagi anak-anak. Dari sejak lahir hingga dewasa, mereka akan belajar dan mendapatkan pendidikan di “sekolah keluarga” dimana orang tua dan anggota keluarga yang lain menjadi guru-gurunya. Penguatan peran keluarga dalam pendidikan anak menjadi hal yang sangat penting, karena keluarga dapat mengajarkan hal-hal yang tidak anak dapatkan di sekolah. Pendidikan dalam “sekolah keluarga” ini harus dilakukan secara baik dan maksimal, karena masa anak-anak adalah masa membangun pondasi yang kuat untuk membangun karakter dan  menopang ilmu anak hingga dewasa kelak.

Seperti yang telah diungkapkan diatas, anak-anak memerlukan perhatian yang ekstra dari semua pihak. Pihak-pihak utama yang dimaksud disini adalah pemerintah, sekolah, serta keluarga. Semua pihak tersebut harus menjalankan perannya masing masing agar menciptakan sistem pendidikan yang baik. Jika peran pemerintah (termasuk sekolah yang berada dibawah kementrian pendidikan dan kebudayaan)  adalah merancang, menerapkan dan mengevaluasi kurikulum pendidikan terbaik, mengangkat guru dan meningkatkan kualitas guru, serta membebaskan biaya pendidikan. Maka, apa peran keluarga dalam mendukung dan menguatkan pendidikan anak?

Menciptakan Lingkungan Keluarga Yang Baik

Anak-anak sangat pintar dalam hal mengimitasi perilaku sosial, ia akan dengan mudah mengikuti apa saja yang ada disekitarnya. Dalam hal ini, keluarga mempunyai peran besar, karena lagi-lagi keluarga merupakan orang terdekat dan lingkungan utama bagi anak-anak. Keluarga yang harmonis dapat memberikan pelajaran mengenai tanggung jawab, kejujuran, kemandirian, kedisiplinan dan sebagainya. Kemudian bagaimana dengan keluarga yang kurang harmonis?. Perceraian memang merupakan masalah yang banyak menimbulkan efek negatif bagi anak. Namun, orang tua tetap bertanggung jawab untuk mendidik anaknya dengan baik meski mereka terlibat perselisihan sekalipun. Mereka tetap harus memberikan perhatian dan contoh yang baik untuk anak-anaknya.  Anak yang berada dalam kondisi rumit seperti itu memang memerlukan perhatian yang lebih ekstra. Dibutuhkan pula bantuan dari keluarga non inti untuk “merangkul” anak broken home.Agar ia senantiasa selalu mendapatkan pengawasan dan perhatian yang tepat disaat ia kehilangan perhatian orang tuanya.

Mengontrol Dan Mengatur Waktu Belajar Anak

Di era digital seperti sekarang ini, rasanya anak-anak lebih tertarik dengan gadget-nya. Mereka bisa menghabiskan sepanjang hari hanya untuk bermain game atau menonton TV. Sebaiknya orang tua dapat mengingatkan dan mengatur waktu belajar anak. Misalnya dapat dilakukan dengan cara mengatur waktu belajar dari pukul 18.00 hingga 20.00, atau mengatur waktu bermain anak hanya satu hingga dua

jam per hari. Apabila kedua orang tua bekerja, mereka bisa tetap mengontrol dan mengatur waktu belajar anak via telepon. Menyempatkan waktu untuk menelepon anak dari tempat kerja bukan hal yang sulit bukan?

Membimbing Anak Ketika di Rumah

Selain mengingatkan anak untuk belajar, ketika anak belajar pun orang tua sebaiknya membimbing dan mengawasi.  Membimbing bukan berarti mengerjakan PR anak sepenuhnya. Bimbingan orang tua juga diperlukan saat mereka bermain. Misalnya saja ketika anak menonton TV, kita tahu bahwa program TV di Indonesia banyak yang kurang bahkan tidak mendidik. Kita memang tidak menghentikan program TV yang tidak mendidik tersebut, tapi kita bisa mengontrol tayangan yang seharusnya ditonton anak-anak.

Merencanakan Pendidikan Anak

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun