Mohon tunggu...
INDRIAN SAFKA FAUZI (Aa Rian)
INDRIAN SAFKA FAUZI (Aa Rian) Mohon Tunggu... Penulis - Sang pemerhati abadi. Pemimpin bagi dirinya sendiri.

Hamba Allah dan Umat Muhammad Saw. 🌏 Semakin besar harapan kepada Allah melebihi harapan kepada makhluk-Nya, semakin besar pula potensi dan kekuatan yang kita miliki 🌏 Link Akun Pertama: https://www.kompasiana.com/integrityrian 🌏 Surel: indsafka@gmail.com 🌏

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menulis yang Baik-Baik dan Bermanfaat di Medsos, Sangat Mempengaruhi Kesehatan Pikiran

20 Agustus 2023   14:30 Diperbarui: 20 Agustus 2023   14:37 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Bermedsos (Pixabay.com, Kreasi: stevepb)

Kata-kata kita adalah cerminan jiwa kita.

Ada relevansi antara aturan religius Islami dengan cara kita menyampaikan tulisan di Medsos.

Mengapa jangan Tajassus (mencari-cari kesalahan orang untuk dibunuh karakternya)?

Mengapa jangan Ghibah (membicarakan keburukan orang untuk dibunuh karakternya)?

Jika kita menggunakan mekanisme spiritual. Kata-kata yang benar-benar dihasilkan oleh pikiran kita sendiri (orisinil) memiliki ikatan batin dengan produsennya yakni pikiran kita. Artinya kalau kita masih mencontek karya orang (plagiasi), maka hukum sebab akibat hal ini tidaklah berlaku.

Maka jika kita membagikan tulisan dari kata-kata yang dikreasikan pikiran kita ke Medsos seperti K ini. Jika tulisan kita bermanfaat maka pikiran kita semakin sehat, mengapa? Kalau dijelaskan secara religius apa apa yang bermanfaat bagi orang banyak atas apa yang kita berikan, maka kita mendapatkan pahalanya. Nah pahala dari tulisan kita yaitu berdampak pada kesehatan pikiran kita. Karena kebaikan yang kita tebar, apa-apa dalam tubuh kita yang berperan dalam kebaikan, juga mendapatkan kebaikan berupa kesehatan

Maka kalau yang merasakan manfaat dari tulisan itu semakin banyak dan terhitung, betapa banyaknya kebaikan yang kita terima dan pada akhirnya diri kita semakin sehat dan semakin kuat.

Kalau pikiran kita sudah sehat, pasti lebih leluasa dalam berkarya bukan? Itulah manfaat dari berbuat kebaikan walaupun hanya dengan berbagi pemikiran lewat tulisan lalu dipublish di medsos seperti K ini.

Tapi bagaimana kalau yang kita tulis itu Tajassus atau Ghibah? Wah ini sih bahaya, karena kita bisa mendapatkan dosa jika dalam bahasa religiusnya. Orang-orang yang membacanya bisa jadi tidak nyaman dan merasa terganggu, akibatnya kita dapat sugesti negatif dari para pembaca kita.

Dosa itu berarti keburukan, akibatnya bisa membuat penyakit dan kerusakan pada diri kita sendiri. Bisa jadi karena terlalu sering berlaku Tajassus dan Ghibah di medsos, pikiran kita jadi sakit, dan ini sangat mempengaruhi kata-kata yang kita ucap dan tulis, dan kata-kata itu mempengaruhi pula tindakan kita, kebiasaan kita, karakter kita, hingga pada akhirnya nasib kita sangat ditentukan oleh apa yang kita tulis tersebut. Dampaknya banyak Tajassus dan Ghibah membuat diri kita terjerembab dalam kemalangan.

Banyak yang tidak menyadari sering pasang status galau bahkan jahat-jahatin di Whatsapp, itu juga dapat mempengaruhi kesehatan pikiran. Karena banyaknya pembaca yang merasa tidak nyaman dan tidak suka, pada akhirnya terlontar ucapan sugesti kepada seorang yang pasang status kurang baik tersebut.

Banyak yang menyimpulkan di kepenulisan K ini akan fenomena yang saya tulis, bahwa menulis itu adalah cara healing yang paling murah sekaligus efektif. Maka dengan menulis hal-hal yang bermanfaat dan yang baik-baik sehingga menginspirasi, bisa berpotensi memberikan kesembuhan dan kesehatan untuk kamu, kamu dan kamu agar proses healing ini benar-benar terjadi.

Jangan lelah untuk belajar lalu diakhiri dengan berkarya, belajar dan berkarya adalah siklus tiada henti sampai nafas kita yang terakhir. Dan pada akhirnya kita mendapatkan kebaikan yang tiada terputus. Amin Ya Rabb.

Semoga bermanfaat!

Cimahi, 20 Agustus 2023.

Aa Rian untuk Kompasiana dan Warganya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun