Kata-kata kita adalah cerminan jiwa kita.
Ada relevansi antara aturan religius Islami dengan cara kita menyampaikan tulisan di Medsos.
Mengapa jangan Tajassus (mencari-cari kesalahan orang untuk dibunuh karakternya)?
Mengapa jangan Ghibah (membicarakan keburukan orang untuk dibunuh karakternya)?
Jika kita menggunakan mekanisme spiritual. Kata-kata yang benar-benar dihasilkan oleh pikiran kita sendiri (orisinil) memiliki ikatan batin dengan produsennya yakni pikiran kita. Artinya kalau kita masih mencontek karya orang (plagiasi), maka hukum sebab akibat hal ini tidaklah berlaku.
Maka jika kita membagikan tulisan dari kata-kata yang dikreasikan pikiran kita ke Medsos seperti K ini. Jika tulisan kita bermanfaat maka pikiran kita semakin sehat, mengapa? Kalau dijelaskan secara religius apa apa yang bermanfaat bagi orang banyak atas apa yang kita berikan, maka kita mendapatkan pahalanya. Nah pahala dari tulisan kita yaitu berdampak pada kesehatan pikiran kita. Karena kebaikan yang kita tebar, apa-apa dalam tubuh kita yang berperan dalam kebaikan, juga mendapatkan kebaikan berupa kesehatan
Maka kalau yang merasakan manfaat dari tulisan itu semakin banyak dan terhitung, betapa banyaknya kebaikan yang kita terima dan pada akhirnya diri kita semakin sehat dan semakin kuat.
Kalau pikiran kita sudah sehat, pasti lebih leluasa dalam berkarya bukan? Itulah manfaat dari berbuat kebaikan walaupun hanya dengan berbagi pemikiran lewat tulisan lalu dipublish di medsos seperti K ini.
Tapi bagaimana kalau yang kita tulis itu Tajassus atau Ghibah? Wah ini sih bahaya, karena kita bisa mendapatkan dosa jika dalam bahasa religiusnya. Orang-orang yang membacanya bisa jadi tidak nyaman dan merasa terganggu, akibatnya kita dapat sugesti negatif dari para pembaca kita.
Dosa itu berarti keburukan, akibatnya bisa membuat penyakit dan kerusakan pada diri kita sendiri. Bisa jadi karena terlalu sering berlaku Tajassus dan Ghibah di medsos, pikiran kita jadi sakit, dan ini sangat mempengaruhi kata-kata yang kita ucap dan tulis, dan kata-kata itu mempengaruhi pula tindakan kita, kebiasaan kita, karakter kita, hingga pada akhirnya nasib kita sangat ditentukan oleh apa yang kita tulis tersebut. Dampaknya banyak Tajassus dan Ghibah membuat diri kita terjerembab dalam kemalangan.
Banyak yang tidak menyadari sering pasang status galau bahkan jahat-jahatin di Whatsapp, itu juga dapat mempengaruhi kesehatan pikiran. Karena banyaknya pembaca yang merasa tidak nyaman dan tidak suka, pada akhirnya terlontar ucapan sugesti kepada seorang yang pasang status kurang baik tersebut.
Banyak yang menyimpulkan di kepenulisan K ini akan fenomena yang saya tulis, bahwa menulis itu adalah cara healing yang paling murah sekaligus efektif. Maka dengan menulis hal-hal yang bermanfaat dan yang baik-baik sehingga menginspirasi, bisa berpotensi memberikan kesembuhan dan kesehatan untuk kamu, kamu dan kamu agar proses healing ini benar-benar terjadi.