Mohon tunggu...
INDRIAN SAFKA FAUZI (Aa Rian)
INDRIAN SAFKA FAUZI (Aa Rian) Mohon Tunggu... Penulis - Sang pemerhati abadi. Pemimpin bagi dirinya sendiri.

Hamba Allah dan Umat Muhammad Saw. 🌏 Semakin besar harapan kepada Allah melebihi harapan kepada makhluk-Nya, semakin besar pula potensi dan kekuatan yang kita miliki 🌏 Link Akun Pertama: https://www.kompasiana.com/integrityrian 🌏 Surel: indsafka@gmail.com 🌏

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Penyebab Kemarahan dalam Sudut Pandang yang Berbeda

15 Maret 2023   09:30 Diperbarui: 15 Maret 2023   09:36 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ih Kezel! (Freepik.com)

Hai sahabat pembaca!

Mungkin kita tidak asing jika penyebab kemarahan diantaranya: Stres, depresi, gangguan kecemasan, dan kurang tidur seperti yang sudah di ulas di alodokter.com. Lantas... adakah penyebab lainnya? Simak tulisan berikut sahabat!

1. Kesenjangan harapan dengan kenyataan (masalah)

Kita sudah tidak asing dengan fenomena demonstrasi massa, banyak yang mengeluhkan kebutuhan hidup yang diharapkan tidak dipenuhi sesuai kenyataan oleh penguasa. Apakah kita merasa marah jika harapan tidak sesuai kenyataan? Mari kita cek rekam jejak pribadi kita masing-masing saat menghadapi situasi demikian, apakah kita benar-benar marah karena merasa tidak mampu, atau menjadikan ketidakmenerimaan kita dengan penuh semangat untuk makin berkemampuan?

2. Diragukan sesama kita

Kita kadang mungkin terpantik emosi marah, saat pelbagai pernyataan yang melambangkan keraguan mereka terhadap kredibilitas dan kapasitas kita sebagai seorang yang dipercaya. Apakah benar demikian? Misal sebagai contoh fenomena seperti berikut:

Seorang konsumen bertanya dengan penuh keraguan kepada pekerja:

"Bisakah anda mengerjakan pekerjaan dengan cepat? Saya sedang buru-buru!"

"Mengapa begitu saja tidak bisa? Katanya lulusan akademi "XXX"?

"Apa anda kesulitan untuk mengerjakan pekerjaan mudah ini? Katanya sudah ikut pelatihan?"

Kira-kira jika kita mendapati pertanyaan seperti ini, apakah kita akan marah? Atau berjuang menunjukkan kapasitas dan kemampuan terbaik kita agar beliau percaya pada kita?

3. Keyakinan pribadi yang disinggung

Apakah saat keyakinan kuat yang melekat pada diri kita disinggung, bahkan direndahkan kita berdiam diri? Atau terprovokasi dalam kemarahan? Jawaban ada dalam nurani pribadi masing-masing. Apalagi jika sudah berkait erat dengan SARA, tentu berpotensi memicu interaksi sosial negatif.

4. Tidak dihargai

Apakah saat kita berbicara di depan khalayak, lalu para pendengar tidak menghargai pembicaraan kita dengan mengalihkan perhatian kepada gawai, apa reaksi kita? Marahkah? Atau bersabar?

Atau apa reaksi guru saat menerangkan pelajaran tidak dihargai oleh murid-muridnya karena malah sibuk mengobrol. Apakah marahkah, atau bersabar?

5. Merasa lelah dan capek, namun tidak ada yang membantu

Mungkin kita merasakan situasi ini, saat kita ingin ditolong tapi tak ada satupun yang membantu kita termasuk orang-orang terdekat. Apakah perasaan emosi yang kita rasakan? Marahkah? Atau menerimanya dengan lapang dada?

Nah, apakah sahabat setuju 5 faktor diatas dapat memicu kemarahan? Hingga menjurus pada pertengkaran?

Boleh dong tanggapannya sahabat! Hehe!

Cimahi, 15 Maret 2023.

Aa Rian untuk Kompasiana dan warganya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun