Hai Sahabat Pembaca!
Mungkin sahabat pernah membaca sebuah pepatah religius-spiritual.
Keinginan Hanya Boleh Dimiliki Orang Shaleh Sahaja.
Lho kok begitu?
Jadi Orang-orang yang tidak shaleh tidak boleh punya keinginan kah?
Sejatinya keinginan itu lahir dari pemikiran, dan pemikiran lahir dari amalan.
Rumus tepat yang saya temukan dari pelbagai kitab suci beragama.
Amalan Kebaikan melahirkan Pemikiran yang Mulia, Pemikiran yang Mulia melahirkan Keinginan Luhur, Keinginan Luhur melahirkan Kecerdasan.
Sementara antitesanya.
Amalan Buruk melahirkan Pemikiran yang Buruk, Pemikiran yang Buruk melahirkan Keinginan Hawa Nafsu, Keinginan Hawa Nafsu melahirkan Kebodohan dan Kegelapan Hidup.
Nah sekarang sudah jelas ya sahabat!
Dengan berlomba-lomba dalam sifat kebaikan, yang merupakan kualifikasi demi mencapai kesalehan mesti ditempuh manusia agar setiap keinginan badan dan ruhaninya bersifat suci dan murni dari kekotoran hawa nafsu, melainkan keinginan yang lahir dari semangat jiwa yang sarat keselamatan.
Jika orang-orang yang tidak shaleh selalu berkeinginan dalam hidupnya, maka ia terjerat dengan angan-angan dan khayalan yang berupaya memuaskan hasrat badannya namun dengan cara-cara yang tidak disukai Tuhan dan Malaikat-Nya.
Akibatnya penipuan, pencurian, perampokan, pembunuhan, tindak asusila merajalela karena tidak ada yang bisa menghentikan keinginan internal dari orang-orang yang tidak mau disibukan dengan kegiatan shaleh. Dan ini tentu menyebabkan kekacauan hingga kehancuran suatu peradaban manusia.
Oleh karena itu pepatah diatas memang benar adanya, bahwasanya Hanya Orang-Orang Shaleh-lah yang satu-satunya diperbolehkan untuk berkeinginan.
Melalui keinginan-keinginan luhur orang-orang shaleh, tentu akan berdampak positif bagi peradaban manusia yang sarat moralitas dan kejayaan peradaban.
Jika kita masih sibuk dengan perbuatan yang menyimpang dari ajaran agama, maka segera lakukan perbaikan agar menjadi seorang yang shaleh dengan taat menjalankan peribadatan, kegiatan amal kebaikan, dan pelayanan yang tulus kepada orang-orang terdekat dan tercinta, agar kesadaran pikiran kita berangsur naik derajat kesucian dan kemurniannya dari kekotoran pemikiran yang buruk.
Sehingga dengan kesalehan yang kita miliki, pikiran kita termurnikan, dan begitupun keinginan kita menjadi suci dan menguntungkan orang banyak dalam suatu peradaban manusia. Hasil akhir dari semua itu... kita semua memperoleh kecerdasan untuk dapat menaklukan segala permasalahan yang mewarnai kehidupan dari keinginan luhur yang sudah terwujudkan.
Maka benarlah Ajaran Agama yang menganjurkan kita agar hidup dalam sifat-sifat keshalehan.
Niscaya kita termasuk orang-orang yang beruntung.
Tertanda.
Aa Rian (Indrian Safka Fauzi)
Cimahi, 7 Januari 2023.
Aa Rian untuk Kompasiana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H