Mohon tunggu...
INDRIAN SAFKA FAUZI (Aa Rian)
INDRIAN SAFKA FAUZI (Aa Rian) Mohon Tunggu... Penulis - Sang pemerhati abadi. Pemimpin bagi dirinya sendiri.

Hamba Allah dan Umat Muhammad Saw. 🌏 Semakin besar harapan kepada Allah melebihi harapan kepada makhluk-Nya, semakin besar pula potensi dan kekuatan yang kita miliki 🌏 Link Akun Pertama: https://www.kompasiana.com/integrityrian 🌏 Surel: indsafka@gmail.com 🌏

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pengalaman dan Rasa Dikritik Bahkan Dihujat dengan Bahasa Pedih

24 November 2022   17:00 Diperbarui: 24 November 2022   17:32 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hai sahabat Pembaca Budiman!

Pernahkah sahabat merasakan mendapati kritik yang baik? Bahkan hingga merasakan Hujatan dengan Bahasa Pedih?

Saya ingin berbagi kisah kepada para pembaca, perjalanan panjang saya hingga mampu menulis dengan karya demikian yang mana saya bersyukur mendapatkan respon positif dari kebanyakan pembaca. Alhamdulillah.

Bermula dari Sakit Psikis akibat pengaruh sihir

Saya pernah menulis hal-hal negatif bahkan melampaui batas-batas nalar saat saya sakit non-medis saat duduk di bangku SMA. Karena pengaruh sihir diluar nalar berdasarkan pengamatan "orang-orang yang mengaku bisa".

Saya sampai menghabiskan uang kedua orang tua saya karena tidak mampu mengendalikan diri ketika mengirim SMS berantai mengerikan kepada teman-teman saya saat itu.

Hingga saya diancam teman saya sendiri, saya akan dilaporkan kepada pihak kepolisian dengan membeberkan sejumlah bukti tulisan negatif yang saya tebarkan.

Tidak sampai disitu sahabat.

Pengalaman mengerikan lagi, berlanjut kemudian saat saya menggunakan Facebook.

Saya sampai divonis dan dijudge "Gila" bahkan "Anak ****** (Saya sensor karena tidak pantas untuk diucapkan) karena saya dianggap mengaku diri sebagai "Imam Mahdi", "Nabi Isa" bahkan "Dajjal" sekalipun di Facebook saat itu.

Itu tidak saya pungkiri, karena saya begitu terinspirasi dengan kisah akhir zaman Islami di masa-masa pendidikan SMA. Namun sayang karena kemampuan kognisi saya begitu terkikis karena pengaruh magis yang melekat pada pikiran saya. Saya harus sampai mengalami isolasi di sebuah rumah sakit.

Saya mengalami peristiwa memilukan yang panjang, selama bertahun-tahun akibat pengaruh sihir tersebut. Yang mana sudah saya kisahkan pada tulisan saya di Akun Pertama saya:

Kasih Tulus Ibunda kepada Penipu

Ayahanda Paling Tabah

Adinda Sang Penjaga

Hingga pada akhirnya saya bangkit.

Saya yang sudah lelah mendapati hujatan menyakitkan, ungkapan memilukan, dan lainnya atas perbuatan dan perkataan yang saya tidak saya sadari. 

Dari segala umpatan menyakitkan itu saya sadar akan satu hal.

Bahwa sebaiknya saya memperbaiki diri.

Dengan mendekatkan diri selamanya kepada Allah S.W.T, berzikir penuh melawan ketidaksadaran meraja. 

Alhamdulillah.

Kini saya mampu berkarya dengan menelurkan karya-karya di Kompasiana ini.

Terima kasih Sahabat Setia Pembaca atas dukungan yang telah diberikan.

Perjalanan saya tidak cukup sampai disini.

Misi diri saya tanamkan untuk semangat menebarkan kalimat positif bagi pembaca, agar senantiasa hidup penuh optimisme. Penuh harapan. Dan penuh cita yang sarat energi positif. 

Barulah dimulai.

Salam Mantap!

Tertanda.
Rian.
Cimahi, 24 November 2022.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun