Hai sahabat Pembaca Budiman!
Pernahkah sahabat merasakan mendapati kritik yang baik? Bahkan hingga merasakan Hujatan dengan Bahasa Pedih?
Saya ingin berbagi kisah kepada para pembaca, perjalanan panjang saya hingga mampu menulis dengan karya demikian yang mana saya bersyukur mendapatkan respon positif dari kebanyakan pembaca. Alhamdulillah.
Bermula dari Sakit Psikis akibat pengaruh sihir
Saya pernah menulis hal-hal negatif bahkan melampaui batas-batas nalar saat saya sakit non-medis saat duduk di bangku SMA. Karena pengaruh sihir diluar nalar berdasarkan pengamatan "orang-orang yang mengaku bisa".
Saya sampai menghabiskan uang kedua orang tua saya karena tidak mampu mengendalikan diri ketika mengirim SMS berantai mengerikan kepada teman-teman saya saat itu.
Hingga saya diancam teman saya sendiri, saya akan dilaporkan kepada pihak kepolisian dengan membeberkan sejumlah bukti tulisan negatif yang saya tebarkan.
Tidak sampai disitu sahabat.
Pengalaman mengerikan lagi, berlanjut kemudian saat saya menggunakan Facebook.
Saya sampai divonis dan dijudge "Gila" bahkan "Anak ****** (Saya sensor karena tidak pantas untuk diucapkan) karena saya dianggap mengaku diri sebagai "Imam Mahdi", "Nabi Isa" bahkan "Dajjal" sekalipun di Facebook saat itu.
Itu tidak saya pungkiri, karena saya begitu terinspirasi dengan kisah akhir zaman Islami di masa-masa pendidikan SMA. Namun sayang karena kemampuan kognisi saya begitu terkikis karena pengaruh magis yang melekat pada pikiran saya. Saya harus sampai mengalami isolasi di sebuah rumah sakit.
Saya mengalami peristiwa memilukan yang panjang, selama bertahun-tahun akibat pengaruh sihir tersebut. Yang mana sudah saya kisahkan pada tulisan saya di Akun Pertama saya:
Kasih Tulus Ibunda kepada Penipu
Hingga pada akhirnya saya bangkit.
Saya yang sudah lelah mendapati hujatan menyakitkan, ungkapan memilukan, dan lainnya atas perbuatan dan perkataan yang saya tidak saya sadari.
Dari segala umpatan menyakitkan itu saya sadar akan satu hal.
Bahwa sebaiknya saya memperbaiki diri.
Dengan mendekatkan diri selamanya kepada Allah S.W.T, berzikir penuh melawan ketidaksadaran meraja.
Alhamdulillah.
Kini saya mampu berkarya dengan menelurkan karya-karya di Kompasiana ini.
Terima kasih Sahabat Setia Pembaca atas dukungan yang telah diberikan.
Perjalanan saya tidak cukup sampai disini.
Misi diri saya tanamkan untuk semangat menebarkan kalimat positif bagi pembaca, agar senantiasa hidup penuh optimisme. Penuh harapan. Dan penuh cita yang sarat energi positif.
Barulah dimulai.
Salam Mantap!
Tertanda.
Rian.
Cimahi, 24 November 2022.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H