Hai sahabat Pembaca!
Terima kasih sahabat penuh perhatian dan selalu setia hadir di setiap tulisan saya.
Saya doakan Keberkahan hidup mengalir di kehidupan Sahabat selama-lamanya. Aamiin YRA.
Kali ini saya ingin membagikan sebuah Filosofi tentang Uzlah (Menyendiri) yang ada kaitannya dengan Transformasi Kepompong.
Jadi inget lagu Sindentosca Kepompong dong! Hehehe~
"Persahabatan bagai kepompong~ berubah ulat menjadi kupu-kupu~"
Nah.
Mengingat daku sedang kondisi Uzlah.
Aku masih belum pantas untuk berkemampuan menjadi seorang yang benar-benar dibutuhkan kehadirannya bagi negeri ini secara fisik, karena aku masih memantapkan diri dalam kondisi ketersendirian dan mengasingkan diri dari hiruk pikuk kehidupan modern kota.
Saya berfokus pada tirakat saya yang selalu saya gembor-gemborkan pada artikel saya sebelumnya di akun Kompasiana:
https://www.kompasiana.com/rian94168
Banyak yang mengungkapkan sahabat Kompasianer dan pembaca, mungkin saya unik, beda sendiri, dan sebagainya.
Karena itu semua adalah bentuk perjuangan untuk dirimu dan kamu-kamu semua sahabat.
Aku berjuang untuk dirimu semua, untuk menuju Visi Indonesia yang dicitakan di masa-masa paling genting mendatang.
Aku diibaratkan seekor ulat yang sedang memantapkan perubahan diri dalam sebuah cangkang, atau kepompong. Dengan harapan aku bertransformasi menjadi Kupu-kupu yang menebarkan kebermanfaatan bagi tumbuh-tumbuhan disekelilingku.
Oleh karenanya banyak Tokoh Religius dari setiap agama pastinya merasakan perjalanan Uzlah, karena demi masyarakat yang diperjuangkannya.
Bahkan saya mengingat pesan Bung Karno kepada Bung Harto yang dilihatnya kelak akan menjadi pemimpin bangsa berikutnya.
"Tirakatlah!"
Dengan Uzlah, seorang yang tadinya belum berkemampuan, ia mengasah kemampuannya dalam kesendirian dan keterasingan, dan hingga menjadi seorang yang berkemampuan menuntaskan segala permasalahan yang ada bagi yang ia perjuangkan.
Namun syarat Uzlah harus mendapatkan persetujuan dari orang-orang terdekat, sehingga tidak menjadi beban dalam berkehidupan. Misal ia sudah berumah tangga dan memiliki anak, apabila ia melaksanakan uzlah, pasti dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan keluarganya, dan ini menjadi pertimbangan mutlak yang wajib dipikirkan dan ditinjau kembali.
Demikian Filosofi Kepompong dan kaitannya dengan Uzlah.
Uhuy~ Izin dong aku curhat dikit yah heheheh~
Aku sangat sedih tidak bisa mengikuti dan menghadiri festival Kompasianival 2022, menimbang momentumnya sangat tidak pas, karena pada tanggal yang disebutkan Nenekku tercinta harus menjalani operasi tulang, yang butuh pendampingan dan penyemangat untuk semangat hidup beliau yang terkasih.
Padahal aku sudah mendaftarkan diri lewat PC ku tersayang di link: https://kompasianival.kompasiana.com/daftar namun aku tak mendapat restu dari Ibunda.
Semoga tahun berikutnya aku dapat hadir dan bisa tatap wajah bersama seluruh sahabat Kompasianer dan Pembaca yang sampai saat ini setia hadir mendukungku dan memberikan apresiasi.
Terima kasih sudah membaca tulisan singkat ini sahabat.
Salam Mantap!
Tertanda.
Rian.
Cimahi, 19 November 2022.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H