Aku berjuang untuk dirimu semua, untuk menuju Visi Indonesia yang dicitakan di masa-masa paling genting mendatang.
Aku diibaratkan seekor ulat yang sedang memantapkan perubahan diri dalam sebuah cangkang, atau kepompong. Dengan harapan aku bertransformasi menjadi Kupu-kupu yang menebarkan kebermanfaatan bagi tumbuh-tumbuhan disekelilingku.
Oleh karenanya banyak Tokoh Religius dari setiap agama pastinya merasakan perjalanan Uzlah, karena demi masyarakat yang diperjuangkannya.
Bahkan saya mengingat pesan Bung Karno kepada Bung Harto yang dilihatnya kelak akan menjadi pemimpin bangsa berikutnya.
"Tirakatlah!"
Dengan Uzlah, seorang yang tadinya belum berkemampuan, ia mengasah kemampuannya dalam kesendirian dan keterasingan, dan hingga menjadi seorang yang berkemampuan menuntaskan segala permasalahan yang ada bagi yang ia perjuangkan.
Namun syarat Uzlah harus mendapatkan persetujuan dari orang-orang terdekat, sehingga tidak menjadi beban dalam berkehidupan. Misal ia sudah berumah tangga dan memiliki anak, apabila ia melaksanakan uzlah, pasti dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan keluarganya, dan ini menjadi pertimbangan mutlak yang wajib dipikirkan dan ditinjau kembali.
Demikian Filosofi Kepompong dan kaitannya dengan Uzlah.
Uhuy~ Izin dong aku curhat dikit yah heheheh~
Aku sangat sedih tidak bisa mengikuti dan menghadiri festival Kompasianival 2022, menimbang momentumnya sangat tidak pas, karena pada tanggal yang disebutkan Nenekku tercinta harus menjalani operasi tulang, yang butuh pendampingan dan penyemangat untuk semangat hidup beliau yang terkasih.
Padahal aku sudah mendaftarkan diri lewat PC ku tersayang di link: https://kompasianival.kompasiana.com/daftar namun aku tak mendapat restu dari Ibunda.
Semoga tahun berikutnya aku dapat hadir dan bisa tatap wajah bersama seluruh sahabat Kompasianer dan Pembaca yang sampai saat ini setia hadir mendukungku dan memberikan apresiasi.
Terima kasih sudah membaca tulisan singkat ini sahabat.
Salam Mantap!
Tertanda.
Rian.
Cimahi, 19 November 2022.