Mohon tunggu...
Rian Umbu
Rian Umbu Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis Jalanan

Menulis Membuka Pikiran Baru

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Makna Mamuli dalam Perkawinan Adat Sumba

3 April 2019   11:27 Diperbarui: 3 April 2019   22:03 1040
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mamuli asli Sumba (Sumber : Rato Adat)

Pengertian Mamuli
Mamuli merupakan salah satu benda pusaka yang disimpan secara khusus karena memiliki pertalian dengan para luluhur. Mamuli (Omma) adalah perhiasaan khas dari Pulau Sumba yang berbentuk anting-anting telinga yang ukurannya agak besar dengan tambahan hiasan ornamen pelengkap. 

Mamuli  terbuat dari perak dan emas yang dicampur dan dipanaskan dengan api. Setelah cair dicelup dalam air, kemudian dititi untuk ditipiskan dan di lebarkan agar terbentuk sebuah mamuli (Omma).

Masyarakat Suku Sumba memiliki simbol-simbol khas yang menjadi kebanggaan atau menjadi sesuatu yang tidak bisa dilepaskan dan harus di pertahankan  dari adat istiadat dalam upacara perkawinan, salah satunya Omma (mamuli) yang berupa perhiasan. Masyarakat Desa Kabalidana.

Perhiasan emas (Omma) memiliki peran penting dalam marapu, kepercayaan adat yang masih dapat dilakukan. Zaman dahulu, ketika masyarakat Sumba masih melakukan kebiasaan menarik daun telinga hingga panjang, mamuli digunakan sebagai perhiasan telinga. Namun pada masa sekarang mamoli digantungkan di leher sebagai liontin atau digunakan sebagai hiasan pakaian.

Mamuli yang paling berharga dan yang dianggap kuat, jarang dikeluarkan dari tempat penyimpanan karena dipercaya dan dapat memiliki kesaktian yang bisa menimbulkan bencana alam atau membawa malapetaka bagi orang di sekitarnya. 

Mamuli juga digunakan sebagai jimat atau mahar pernikahan bagi pengantin perempuan, serta mamuli ini diistilahkan sebagai watu mata (biji mata) yang melambangkan penghargaan terhadap usaha seorang ibu dalam membesarkan anak perempuannya. 

Bentuk Mamuli

Sumber : Rato Adat
Sumber : Rato Adat
Bentuk dasar Perhiasan mamuli menyerupai bentuk rahim atau kelamin perempuan, sebagai simbol kewanitaan dan perlambangan kesuburan, yang tentunya dimaksudkan menghormati kedudukan perempuan.

Bentuk lain dari perhiasan mamuli adalah berbentuk omega. Perhiasaan mamuli berbentuk Omega () ini terbuat dari emas yang bahan dasarnya berasal dari logam emas yang pada zaman dahulu emas itu diberikan orang Belanda kepada keluarga dari raja-raja yang bersekutu dengan Belanda. 

Sebelumnya kedudukan logam emas sangat penting dalam kehidupan Marapu (agama asli Pulau Sumba). Dalam kepercayaan setempat logam mulia emas itu berasal dari langit. 

Matahari terbuat dari emas dan bulan bintang terbuat dari perak. Kemudian sebagian emas dari matahari jatuh ke bumi saat matahari terbenam dan juga perak jatuh ke bumi melalui bintang jatuh (meteorit). Baik logam emas maupun perak keduanya dijadikan sebagai kekayaan dari kemurahan Tuhan yang disimpan menjadi relik suci oleh sekelompok orang di Sumba khususnya di Desa Kabalidana. Selain itu bentuk mamuli banyak ditemukan dalam motif  kain tenun Sumba.

Makna Simbol Mamuli dalam Perkawinan Adat di Pulau Sumba

Mamuli asli Sumba (Sumber : Rato Adat)
Mamuli asli Sumba (Sumber : Rato Adat)
Gambar Omma (Mamuli)
Manusia sebagai makluk hidup yang berakal budi memiliki kemampuan untuk menggunakan simbol-simbol sehingga dengan demikian manusia dapat belajar dan mengembangkan kebudayaan serta mewariskannya kepada keturunannya. 

Hal ini berarti bahwa tanpa disadari suatu fenomena sosial budaya mengandung pesan-pesan tertentu. Agar pesan-pesan tersebut dapat diteruskan dan dapat difahami orang lain, maka pemberi makna harus menyampaikannya dalam sistem konvensi simbolik tertentu.

Pesan-pesan itu harus disampaikan dengan mengikuti aturan-aturan penggunaan simbol yang ada dan bersifat sosial atau kolektif. 

Aturan-aturan tersebut dapat didefinisikan sebagai "pedoman untuk berperilaku menurut tata-cara tertentu". Aturan-aturan itu tidak hanya bertalian dengan akal budi dan pengertian manusia saja, melainkan dengan seluruh pola kehidupannya. Dapat dikatakan bahwa semua aktivitas manusia berlangsung berdasarkan aturan-aturan tertentu, demikian pula halnya dengan penggunaan simbol-simbol.

Dengan demikian manusia adalah makhluk yang dipandang mampu untuk menciptakan dan mengembangkan berbagai wahana simbolik untuk menyampaikan pikiran dan perasaannya kepada pihak yang lain. 

Kemampuan untuk melakukan pemaknaan itu mempunyai implikasi bahwa kehidupan manusia merupakan kehidupan yang penuh dengan makna, sehingga fenomena sosial-budaya dapat dikatakan sebagai fenomena simbolik karena fenomena-fenomena yang muncul itu dapat dimaknai oleh pelakunya.

Simbol Omma (mamuli) lebih umum disebut sebagai Katillu kawana (telingah kanan) dan katillu wello (telingah kiri), Omma tersebut berupa anting emas yang dikenakan pada anak perempuan dari pihak keluarga perempuan yang akan dipindahkan ke keluarga laki-laki, dalam tradisi perkawinan adat di Desa Kabalidana Omma sebagai simbol perpisahan seorang anak dengan ibunya, simbol Omma mengandung makna bahwa sang Ibu telah melepaskan anak gadisnya dari air susunya, Omma lebih khususnya digunakan pada tahap ke tiga (pindah) "dikki" dalam perkawinan adat di Desa Kabalidana.

Simbol mamuli (Omma) di atas merupakan yang biasanya digunakan dalam perkawinan adat di Desa Kabalidana, dari simbol mamuli bisa digantikan dengan nilai mata uang atau hewan yakni karambo (kerbau) dan Ndara (kuda), hal tersebut dilakukan karena kurangnya simbol Omma (mamuli) pada masa sekarang ini, karena sudah banyak di perdagangkan.

Bagi masyarakat  Desa Kabalidana, simbol tersebut mempunyai makna dan arti untuk menyampaikan kehendak atau keinginan seseorang kepada orang lain, khususnya bagi yang hendak melakukan perkawinan adat.

Secara adat mamuli dijadikan sebagai mas kawin, digunakan dalam ritual adat, menjadi bekal kubur selain perhiasan lainnya dan juga bagi keluarga bangsawan, mamuli merupakan salah satu benda pusaka yang disimpan secara khusus karena memiliki pertalian dengan para leluhur. Selain itu bentuk mamuli banyak ditemukan dalam motif kain tenun Sumba.

Penulis : Rian Umbu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun