Mohon tunggu...
Ria Mi
Ria Mi Mohon Tunggu... Guru - Menulis memotivasi diri

Guru

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Ayah, Bagaimana Kabarmu di Alam Barzah?

14 Oktober 2020   23:18 Diperbarui: 14 Oktober 2020   23:21 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu malam ayah sesak napas. Begitu berat yang dirasakan. Kami larikan ke rumah Sakit Ben Mari Malang. Diluar dugaan melalui hasil pemeriksaan paru-paru ayah telah tertutup penyakitnya sehingga kehabisan oksigen. Keadaan ini membuat ayah harus dirujuk ke rumah sakit Daerah. Padi hari ayah dilarikan ke RSU Saiful Anwar Malang dengan ambulans.

Apa lagi saat itu aku lagi punya bayi tidak bisa mengikuti ke rumah sakit. Duh terasa berat sekali perasaanku. Siang itu kuterima telepon dari adik lelakiku. "Hallo Mbak, hari ini ayah harus dioperasi. Operasi apa? Operasi pembuatan lubang napas yang menggantikan saluran hidung." Kata adikku sangat gugup dan ketakutan. 

Aku berusaha menenangkan diri. Kujawab telepon dari adikku, "Jika sudah di rumah sakit serahkanlah pada dokter, inshaallah itu yang terbaik. Akhirnya pagi itu juga ayah dioperasi dilubangi di leher, untuk dipasang slang  ke paru-paru, agar bisa bernapas. Dua minggu ayah dirawat di rumah sakit Syaiful Anwar Malang.

***

Sejak itu ayah tak lagi ke sawah, tak lagi kepasar. Tapi perjuangannya telah usai. Semua anaknya selesai sekolah. Selesai menikah. Ayah telah berjuang hingga hingga tuntas menurutku.

Hari-hari merawat ayah yang renta dan sangat menegangkan. Tiap hari gantian dengan dua adikku mengganti slang napas ayah. wah terasa keringatan aku saat harus melepas slang dari lubang leher, lalu menggantikannya yang baru. Terasa slang itu masuk dalam kerongkonganku, oh mengapa apa bapak terlalu lelah berjuang. Kulihat otot kekarnya dulu sudah mulai mengecil. Oh ayahku.

Berobat tak hanya ke dokter, segala menurut orang sukses kami datangi. Kami ingin ayah sembuh. Selama tujuh bulan ayah bernapas dengan slang. Hidung ayah sudah tak berfungsi. Ayah tak bisa bicara lagi. 

Untungnya ayah bisa menulis meski hanya berpendidikan SR (sekolah Rakyat). Aku sediakan ayah satu buku untuk bisa menuliskan yang dirasa. 

Aku menulis ini semua sampai empat kali laptop saya tutup terasa tak kuat menuliskan perjuangan ayah melawan sakit. Ayah selama ini memang tak terlalu memedulikan dirinya, yang dipedulikan adalah keluarganya. Semoga kelak jika tulisan ini terbit juga jadi saksi kebaikannya di akhirat.

***

Suatu pagi, aku sudah siap berangkat ke sekolah, mengajar, sudah pakai baju dinas. Tiba-tiba kudengar ibu memanggilku. "Nduk-nduk Ayahmu kenapa?" suara ibu hampir tak sampai. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun