Empon-empon Semakin Diburu
"Mbak-mbak Kunyit dan temulawaknya itu dijual ya, mau tak beli. Di pasar laris mbak, orang-orang pada mencari katanya bisa meningkatkan imun," celetuk pedagang yang suka keliling membeli apa saja tanaman yang laku di pasar.Â
"Tidak mbak, hanya menanam di pojok itu untuk kebutuhan keluarga sendiri, dan siapa saja yang butuh asal tidak terlalu banyak bisa." Jawabku memecah pagi.
Pagi itu juga pedagang menjelaskan bahwa empon-empon sangat diburu di pasaran. Harganya melambung katanya. Naiknya antara 100-200 persen.
Indonesia ini negeri yang kaya raya itu tak dipungkiri dari dulu. Memiliki segala macam tanaman yang menjadi kebutuhan manusia mulai dari pangan hingga makanan. Meski begitu jarang orang yang paham, bahwa di negerinya memiliki begitu banyak tanaman obat.Â
Menulis tentang empon-empon jadi ingat masa kecil saat aku sakit panas, ayahku sangat telaten memberiku minuman kunyit madu. Kunyit diparut diberi air lalu diendapkan berikutnya ditambahkan madu lalu diminumkan.Â
Kemudian tubuh di balur dengan tumbukan daun dadap, bawang merah, jeruk nipis, dan minyak kelapa buatan sendiri. Ayahku telaten seminggu kadang sampai dua minggu aku baru sembuh. Maklum dulu dokter belum banyak yang praktik di desa.
Berjalan dengan kemajuan zaman, empon-empon untuk jamu atau obat semakin tersingkir. Manusia cenderung menggunakan obat kimia, katanya sih lebih cepat reaksinya. Misalnya flu kalau dulu cukup minum jeruk nipis hangat.Â
Apakah alam semesta ini semakin banyak polusinya? Hingga kalau terkena flu hanya minum-minum yang mengandung vitamin C, makan yang banyak masih lama sembuhnya.
Setelah corona masuk ke Indonesia, banyak yang memperkenalkan bahwa empon-empon bisa digunakan untuk meningkatkan imun tubuh. Komunikasi online yang mempercepat informasi menjadikan empon-empon ini diburu.Â
Harganya melonjak, kunyit, jahe, temu lawak, yang dulunya mulai  dilupakan untuk minuman obat sekarang menjadi incaran. Dan tentunya kebutuhan yang mendadak ini akan membuat pedagang yang bisa membaca pangsa pasar sangat diuntungkan.
Sebenarnya ini tidak akan terjadi jika masyarakat menyadari betapa pentingnya menanam TOGA. Tanaman obat keluarga ini antara lain, kunyit, Â jahe, temu lawak, sereh, sirih, lidah buaya, pecut kuda, kencur, tapak kuda, dan daun kelor. Dengan kemajuan teknologi pertanian sebenarnya bertanam TOGA di atas tidak selalu memerlukan lahan yang luas. Kita bisa menanamnya di pot-pot di sekitar rumah.
Apa keuntungannya tanaman TOGA bila bisa tersedia di rumah. Selain untuk obat, tanaman tersebut bisa digunakan untuk bumbu masakan. Berikutnya bisa dibuat minuman keluarga yang menyehatkan.
Keuntungan lain jika menanam empon-empon itu bisa digunakan untuk kebutuhan kesehatan kita tidak bingung karena harganya mahal di pasaran. Semua bisa kita ambil dari tanaman yang tersedia di rumah.
Kebutuhan kesehatan keluarga terpenuhi, juga bisa beramal bagi mereka yang membutuhkan. Bahkan jika yang kita miliki itu lebih bisa kita jual. Empon-empon selalu laku di pasaran meski harganya tidak melangit seperti sekarang. Sebab empon-empon selalu diperlukan untuk masakan.
Cobalah mulai sekarang menanam sendiri di rumah. Satu rimpang yang kita tanam bila beruntung bisa menghasilkan seperempat kilogram, baik itu kunyit, jahe maupun temu lawak.
Kita membuat kunyit asam sendiri untuk anak-anak sebagai minuman yang menyehatkan dan menyegarkan. Misalnya satu rimpang kunyit ditambah asam secukupnya ditambah gula merah.
Kunyit diris-iris di tambah asam lalu di godog dengan 2 gelas air bersih di gerabah ditambah gula merah. Wow diminum hangat enak, dingin pun segar dan sehat. Anak-kita bebas pemanis dan pengawet.
Minuman jahe juga bisa kita buat sendiri di rumah. Musim hujan yang kadang membuat anak-anak mudah flu. Buatkanlah minuman jahe sendiri. Jahe dicuci bersih, di buang kulitnya, diiris lalu digeprek, setelah itu ditambah gula pasir dan air panas. Wah ini minuman yang menyehatkan juga. Bisa ditambahkan susu segar.
Selamat mencoba, menanam empon empon sendiri agar tidak ikut berburu kemahalan empon empon saat dibutuhkan.
Riami-Wagir-Malang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H