Mohon tunggu...
Riama Sonya Simorangkir
Riama Sonya Simorangkir Mohon Tunggu... Mahasiswa - Fakultas Ilmu Keperawatan- Universitas Indonesia

-

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Konsep Diri Perawat yang Baik : Refleksi Terhadap Profesionalisme

29 Desember 2024   14:50 Diperbarui: 29 Desember 2024   14:50 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

     Semua orang ingin mendapatkan pelayanan yang baik ketika pergi ke suatu tempat, tidak terkecuali ketika sedang sakit dan datang ke rumah sakit. Dari awal klien masuk dan mendaftar, klien menginginkan administrasi yang efisien dan cepat serta memperhatikan kondisi kebersihan lingkungan di rumah sakit (Sommer et al, 2023). Kemudian, ketika mulai dirawat di ruangan, klien akan mengharapkan komunikasi yang jelas dan informasi lengkap terkait perawatan serta kehadiran perawat yang memberikan perhatian penuh (Berman, 2022) . Selama klien berada di rumah sakit, klien terus memperhatikan sikap dan kemampuan perawat terutama ketika sedang bertindak dan menyelesaikan masalah. Tanpa disadari, klien pun menilai profesionalisme perawat melalui pelayanan yang ia terima. Apabila klien menilai kinerja perawat baik, ia akan merasa puas dan senang akan pelayanan yang diberikan. 

      Kepuasaan klien harus menjadi prioritas utama bagi perawat ketika ia memilih untuk bekerja untuk melayani masyarakat. Untuk dapat memberikan pelayanan yang baik, perawat harus memperhatikan kualitas kerja. Kualitas kerja tersebut merupakan bagian dari identitas profesional perawat atau selanjutnya disebut profesionalisme. Profesionalisme dalam keperawatan adalah rasa diri terhadap sendiri yang dipengaruhi oleh karakteristik, norma, dan nilai-nilai disiplin keperawatan sehingga menghasilkan pemikiran, tindakan, dan perasaan individu seperti seorang perawat (Berman, 2022). Di dalam profesionalisme, terdapat nilai-nilai yang menjadi pedoman dalam melakukan pekerjaan. Perhatian terhadap nilai-nilai profesionalisme keperawatan sangat diperlukan karena perawat akan membawa kode etik dan nilai-nilai yang dianutnya di lingkungan klinis serta akan mendasari setiap keputusan yang ia buat (Jahromi, 2018). Profesionalisme tidak hanya berbicara mengenai keahlian dan kemampuan perawat dalam melakukan tindakan tetapi jauh lebih luas yaitu mengenai keseluruhan aspek diri perawat secara fisik, mental, dan psikososial. 

     Sesuai dengan pernyataan Berman bahwa profesionalisme adalah rasa terhadap diri sendiri, hal ini selaras dengan pengertian konsep diri. Konsep diri adalah citra mental seseorang tentang diri sendiri (Berman, 2022). Nilai-nilai profesionalisme yang berakar pada diri kita sendiri akan mempermudah perawat menjadikan nilai profesionalisme menjadi karakternya. Hal ini dibuktikan dengan berbagai penelitian yang mengatakan bahwa perbedaan nilai-nilai profesional terletak pada prioritas maupun sifat asli perawat (Poorchangizi, 2017). Proses perolehan nilai-nilai tersebut terjadi secara bertahap sepanjang hidup seseorang. Namun, satu hal pasti bahwa individu terutama perawat dengan konsep diri yang positif diyakini dapat beradaptasi dengan perubahan yang mungkin terjadi selama masa hidup. 

    Konsep diri mempengaruhi interaksi seseorang dengan orang lain. Bagi perawat, konsep diri yang baik contohnya percaya diri, kesadaran diri, resiliensi, dan empati merupakan karakter yang penting dibutuhkan karena nilai-nilai ini akan membantu perawat menghasilkan pemikiran, keputusan, dan tindakan yang tepat untuk pekerjaannya. Dari nilai yang dianut ini, perawat akan menjadikan nilai-nilai tersebut sebagai bagian dari diri sendiri sehingga nilai tersebut mempengaruhi cara berpikir, merasa, dan bertindak. Pada akhirnya, nilai-nilai yang positif akan mendukung perawat dalam membentuk karakter profesional yang tepat. 

KEPERCAYAAN DIRI 

     Dalam teori perkembangan psikososial Erikson, ia menyatakan bahwa kepercayaan diri dimulai pada saat seseorang memiliki sesuatu untuk dipegang dan dipercayai (Berman, 2022). Secara alami, manusia akan merasa aman apabila hal tertentu atau seseorang  dapat menunjukkan kehadiran, keandalan, kejujuran, dan ketulusan untuk menyediakan. Pada kondisi ini, akan timbul rasa percaya karena terdapat keyakinan dalam diri kita bahwa hal atau sosok tersebut mampu menolong kita. Sumber kepercayaan diri bisa hadir dari siapapun dan apapun, tetapi sosok yang paling mampu menolong kita adalah diri kita sendiri. Erikson menyatakan kembali bahwa dalam fase otonomi versus keraguan, kepercayaan diri yang dimiliki seseorang akan membentuk pengendalian diri dan kemandirian di dalam lingkungannya (Townsend, 2018). Hal inilah yang dibutuhkan oleh perawat profesional untuk membawa dirinya di ranah pekerjaan, inilah yang akan membantu perawat membentuk profesionalisme sebab salah satu nilai profesionalisme adalah adanya otonomi dan pengaturan diri. Dari sini kita dapat melihat bahwa kepercayaan diri sangat berperan dalam profesionalisme dengan cara membentuk pribadi yang memiliki keyakinan dan kontrol atas dirinya sendiri serta lingkungan di sekitarnya. 

    Terbentuknya kepercayaan diri seorang perawat merupakan proses yang panjang dan terbentuk dari awal menjadi mahasiswa keperawatan, praktik klinik, hingga bekerja di rumah sakit. Kepercayaan diri juga terbentuk melalui pembelajaran, persaingan, dan pengakuan dari orang terdekat (Jahromi, 2018). Kepercayaan diri perawat juga dikaitkan dengan lingkungan kerja. Sebuah studi yang dilakukan oleh Beer (2024) menemukan bahwa perawat yang kurang dihormati oleh sesama rekan kerja menyebabkan kurangnya rasa percaya diri dan berkurangnya kualitas perawatan pasien sehingga perawat tersebut tidak mampu mempertahankan martabat profesionalnya. Oleh karena itu, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa kepercayaan diri bagi perawat berfungsi untuk mempertahankan kompetensi dan melanjutkan perkembangan personal dan profesional. 

SELF AWARENESS

    Setelah seorang perawat memiliki kepercayaan diri dalam bekerja, ia harus mengetahui dan sadar akan kelebihan dan keterbatasan yang  dimilikinya. Berman mendefinisikan kesadaran diri sebagai hubungan antara individu dengan persepsi tentang diri sendiri. Kesadaran diri sangat terkait dengan konsep diri karena pengenalan akan diri sendiri merupakan proses untuk membentuk konsep diri terutama pada masa dewasa muda (Park, 2019). Kesadaran diri diperlukan terutama dalam profesionalisme untuk terus melakukan perbaikan diri sebab salah satu komponen penting dari kesadaran diri adalah introspeksi diri. Selain itu, perawat yang memahami dirinya sendiri dan menerima keunikannya lebih mampu mengontrol emosi dan menghargai klien (Townsend, 2018). Penelitian yang dilakukan oleh Han (2022) menunjukkan bahwa perawat yang memiliki kesadaran diri cenderung mempunyai identitas profesional yang lebih kuat dan kemampuan interpersonal yang lebih baik contohnya komunikasi yang efektif. Dengan adanya kesadaran diri yang diiringi dengan refleksi diri, seorang individu akan secara perlahan membangun ketahanan (resiliensi) dan mempersiapkan perawat untuk menghadapi tantangan pekerjaan.

RESILIENSI

     Dalam suatu shift kerja, perawat rentan dengan hazard baik itu hazard fisik, kimia, biologis, ergonomis, maupun psikologis. Penelitian yang dilakukan oleh Petersen (2024) terhadap perawat homecare di Jerman, menemukan bahwa hazard psikologis yang sering dihadapi adalah perawatan yang tidak memenuhi kebutuhan kesehatan klien,  tanggung jawab yang lebih besar untuk keseluruhan pengaturan perawatan, konflik pekerjaan-privasi, dan konflik antara etika profesional dengan sistem pembayaran. Untuk menghadapi tekanan saat bekerja, resiliensi atau adaptasi positif merupakan hal yang penting untuk manajemen stres dan menghindari kelelahan berlebihan (Titriek, 2022).

   Resiliensi adalah kemampuan untuk mencapai, mempertahankan, atau mendapatkan kembali tingkat fisik atau emosional (bangkit kembali) setelah tragedi, trauma, kesulitan yang terkait dengan pemicu stres (Stuart, 2013). Stuart juga menjelaskan bahwa komponen dalam resiliensi adalah responsivitas, empati, komunikasi, optimis, dan motivasi berjuang. Resiliensi perawat sangat berpengaruh terhadap profesionalisme. Perawat yang lebih mampu mengelola stres dan mengatasi tantangan mampu meningkatkan kualitas perawatan dan kepuasan pasien (Gndz, 2024). Ini merupakan salah satu tujuan profesionalisme yaitu memberikan pelayanan keperawatan yang baik. 

EMPATI

     Terdapat hubungan positif antara resiliensi dengan empati. Sang (2022) menemukan bahwa kedua sifat ini saling menguatkan karena empati membantu orang memahami perasaan dan situasi orang lain. Empati adalah kemampuan untuk melihat melampaui perilaku dan memahami situasi dari sudut pandang klien (Stuart, 2013). Lebih dari itu, Townsend juga mengatakan bahwa empati termasuk bagaimana perawat mengkomunikasikan pemahamannya dalam bahasa yang dipahami pasien. Empati sebagai salah satu karakteristik utama dari seorang perawat berfungsi untuk menciptakan hubungan terapeutik dengan klien. Dengan empati, perawat mampu memahami pikiran dan perasaan klien sehingga mampu memecahkan masalah klien. Empati juga merupakan bagian dari nilai-nilai profesionalisme yaitu altruisme. Empati juga dikaitkan dengan kepekaan etis dalam keperawatan yang membantu perawat membuat keputusan yang selaras dengan nilai dan kebutuhan pasien (Sharifnia, 2024). 

      Keempat nilai diatas yaitu kepercayaan diri, kesadaran diri, resiliensi, dan empati saling berkaitan. Kesadaran diri membantu individu memahami kekuatan dan kelemahannya sehingga dapat melakukan evaluasi dan meningkatkan rasa percaya diri. Rasa percaya diri meningkatkan kemampuan interpersonal dan kinerja profesional (Han, 2022). Perawat yang profesional juga selalu ingin belajar dan mengembangkan diri melalui pendidikan maupun mengikuti pelatihan, ini merupakan cara mereka untuk membangun ketahanan diri secara pengetahuan dan mental. Selain belajar, rasa empati juga berkontribusi terhadap resiliensi. Dengan empati, perawat dapat memahami situasi yang berisiko membuatnya stress, dan dengan kemampuannya, ia dapat mengelola emosi dan bangkit dari keterpurukan (Sang, 2022). Keempat nilai konsep diri tersebut yang dijalankan secara berkelanjutan akan membentuk identitas profesional yang berani dan sesuai dengan prinsip moral dalam keperawatan. 

DAFTAR PUSTAKA

Berman, A. T., Snyder, S., & Frandsen, G. (2022). Kozier & erb's fundamentals of nursing, global edition (11th ed.). Pearson Education

de Beer, J., Rawas, H., & Beheri, W. (2024). Workplace dignity amongst clinical nurses. BMC Nursing, 23(1). https://doi.org/10.1186/s12912-024-02376-z

Gndz, E. S., Yildirim, N., Akatin, Y., & Gndodu, N. A. (2024). Relationship between nurses' resilience and quality of professional life. International Nursing Review, 71(4), 1023--1031. https://doi.org/10.1111/inr.12960

Han, J. (2022). Mediating Effect of Interpersonal Ability on Relationships among Professional self-concept, Self-esteem, Self-awareness of Nursing Students. Res Militaris, 12(2), 284--292.

Jahromi, M. K., Koshkaki, A. R., Poorgholami, F., & Talebizadeh, M. (2018). A study of nurses' perception of professional values in the university hospitals affiliated with Jahrom university of medical sciences, 2015. Bangladesh Journal of Medical Science, 17(1), 47--51. https://doi.org/10.3329/bjms.v17i1.35279

Park, I. T., Oh, W.-O., & Lee, A. (2019). Changes in the Reciprocal Relationship Between Parenting and Self-Awareness During Adolescence: A Longitudinal Analysis of National Big Data. Journal of Pediatric Nursing, 47, e51--e57. https://doi.org/10.1016/j.pedn.2019.04.025

Petersen, J., Rsler, U., Meyer, G., & Luderer, C. (2024). Understanding moral distress in home-care nursing: An interview study. Nursing Ethics. https://doi.org/10.1177/09697330241238338

Poorchangizi, B., Farokhzadian, J., Abbaszadeh, A., Mirzaee, M., & Borhani, F. (2017). The importance of professional values from clinical nurses' perspective in hospitals of a medical university in Iran. BMC Medical Ethics, 18(1). https://doi.org/10.1186/s12910-017-0178-9

Sang, N., Zhu, Z.-Z., Wu, L., Shi, P.-L., Wang, L.-W., Kan, H.-Y., & Wu, G.-C. (2022). The mediating effect of psychological resilience on empathy and professional identity of Chinese nursing students: A structural equation model analysis. Journal of Professional Nursing, 43, 53--60. https://doi.org/10.1016/j.profnurs.2022.09.002

Sharifnia, A. M., Green, H., Fernandez, R., & Alananzeh, I. (2024). Empathy and ethical sensitivity among intensive and critical care nurses: A path analysis. Nursing Ethics, 31(2--3), 227--242. https://doi.org/10.1177/09697330231167543

Sommer, D., Greiler, T., Fischer, S., Wilhelm, S., Hanninger, L.-M., & Wahl, F. (2023). Investigating User Requirements: A Participant Observation Study to Define the Information Needs at a Hospital Reception. In Communications in Computer and Information Science: Vol. 1833 CCIS. https://doi.org/10.1007/978-3-031-35992-7_23

Stuart, G. W. (2013). Principles and practice of psychiatric nursing (10th ed.). Mosby.

Titrek, O., Usman, M., S-e, Z., H-y, Y., Q-l, L., Y-f, G., & X-h, H. (2022). Can resilience promote calling among Chinese nurses in intensive care units during the COVID-19 pandemic? The mediating role of thriving at work and moderating the role of ethical leadership.

 Townsend, M. C. (2018). Psychiatric mental health nursing: Concepts of care in evidence-based practice (9th ed.). F. A. Davis Company

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun