Resiliensi adalah kemampuan untuk mencapai, mempertahankan, atau mendapatkan kembali tingkat fisik atau emosional (bangkit kembali) setelah tragedi, trauma, kesulitan yang terkait dengan pemicu stres (Stuart, 2013). Stuart juga menjelaskan bahwa komponen dalam resiliensi adalah responsivitas, empati, komunikasi, optimis, dan motivasi berjuang. Resiliensi perawat sangat berpengaruh terhadap profesionalisme. Perawat yang lebih mampu mengelola stres dan mengatasi tantangan mampu meningkatkan kualitas perawatan dan kepuasan pasien (Gndz, 2024). Ini merupakan salah satu tujuan profesionalisme yaitu memberikan pelayanan keperawatan yang baik.Â
EMPATI
   Terdapat hubungan positif antara resiliensi dengan empati. Sang (2022) menemukan bahwa kedua sifat ini saling menguatkan karena empati membantu orang memahami perasaan dan situasi orang lain. Empati adalah kemampuan untuk melihat melampaui perilaku dan memahami situasi dari sudut pandang klien (Stuart, 2013). Lebih dari itu, Townsend juga mengatakan bahwa empati termasuk bagaimana perawat mengkomunikasikan pemahamannya dalam bahasa yang dipahami pasien. Empati sebagai salah satu karakteristik utama dari seorang perawat berfungsi untuk menciptakan hubungan terapeutik dengan klien. Dengan empati, perawat mampu memahami pikiran dan perasaan klien sehingga mampu memecahkan masalah klien. Empati juga merupakan bagian dari nilai-nilai profesionalisme yaitu altruisme. Empati juga dikaitkan dengan kepekaan etis dalam keperawatan yang membantu perawat membuat keputusan yang selaras dengan nilai dan kebutuhan pasien (Sharifnia, 2024).Â
   Keempat nilai diatas yaitu kepercayaan diri, kesadaran diri, resiliensi, dan empati saling berkaitan. Kesadaran diri membantu individu memahami kekuatan dan kelemahannya sehingga dapat melakukan evaluasi dan meningkatkan rasa percaya diri. Rasa percaya diri meningkatkan kemampuan interpersonal dan kinerja profesional (Han, 2022). Perawat yang profesional juga selalu ingin belajar dan mengembangkan diri melalui pendidikan maupun mengikuti pelatihan, ini merupakan cara mereka untuk membangun ketahanan diri secara pengetahuan dan mental. Selain belajar, rasa empati juga berkontribusi terhadap resiliensi. Dengan empati, perawat dapat memahami situasi yang berisiko membuatnya stress, dan dengan kemampuannya, ia dapat mengelola emosi dan bangkit dari keterpurukan (Sang, 2022). Keempat nilai konsep diri tersebut yang dijalankan secara berkelanjutan akan membentuk identitas profesional yang berani dan sesuai dengan prinsip moral dalam keperawatan.Â
DAFTAR PUSTAKA
Berman, A. T., Snyder, S., & Frandsen, G. (2022). Kozier & erb's fundamentals of nursing, global edition (11th ed.). Pearson Education
de Beer, J., Rawas, H., & Beheri, W. (2024). Workplace dignity amongst clinical nurses. BMC Nursing, 23(1). https://doi.org/10.1186/s12912-024-02376-z
Gndz, E. S., Yildirim, N., Akatin, Y., & Gndodu, N. A. (2024). Relationship between nurses' resilience and quality of professional life. International Nursing Review, 71(4), 1023--1031. https://doi.org/10.1111/inr.12960
Han, J. (2022). Mediating Effect of Interpersonal Ability on Relationships among Professional self-concept, Self-esteem, Self-awareness of Nursing Students. Res Militaris, 12(2), 284--292.
Jahromi, M. K., Koshkaki, A. R., Poorgholami, F., & Talebizadeh, M. (2018). A study of nurses' perception of professional values in the university hospitals affiliated with Jahrom university of medical sciences, 2015. Bangladesh Journal of Medical Science, 17(1), 47--51. https://doi.org/10.3329/bjms.v17i1.35279
Park, I. T., Oh, W.-O., & Lee, A. (2019). Changes in the Reciprocal Relationship Between Parenting and Self-Awareness During Adolescence: A Longitudinal Analysis of National Big Data. Journal of Pediatric Nursing, 47, e51--e57. https://doi.org/10.1016/j.pedn.2019.04.025