Mohon tunggu...
Ria Lestari Baso
Ria Lestari Baso Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa S1 Agribisnis Universitas Brawijaya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Die

12 April 2013   21:10 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:18 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku bingung. Titik ! Aku telah menjalin hubungan dengan dinda tapi aku menghabiskan malam dengan die. Ada perasaan yang terus mengahntuiku. Perasaan bersalah. Mungkin perasaan bersalahku pada die karena pada akhirnya aku memilih dinda atau mungkin perasaan bersalahku pada dinda karena aku belum sungguh-sungguh memilihnya dan aku masih terus memikirkan die bahkan menikmati malam bersama seakan dinda tak pernah ada. Dave? Ya, mungkin saja ini juga perasaan bersalah pada dave. Aku jijik setiap mengingat tentang dave.

DAVE.

Aku ingat, dinda selalu bertanya padaku ‘dave, mengapa kau terus mengejarku. Aku sudah bersama dion sekarang ay’. ‘Aku mecintaimu dan cintaku patut ku perjuangankan, aku tak ingin dipecundangi keadaan ini hanya karena kau bersama nya’ jawabku.

Dion. Nama itu masih menjadi penguasa. Sial ! Lelaki bangsat ! Ingin sekali ku bunuh dia. Lelaki aaarrghhhh… Tak pantas. Tapi aku sebenarnya dalam keadaan yang lebih bangsat. Aku mengejar-ngejar dinda hanya untuk pembalasan dendamku. Tentu saja pada dion. Sejak aku tahu dion menyukai dinda, aku tak mau kalah. Siang malam aku mendekati dinda. Dinda adalah luapan pelarian kekesalanku pada dion.

Shubuh itu aku tidur disampingnya, wajahnya begitu menghanyutkan. Kudekatkan bibirku

Tapi shit sebelum bibirku menyentuh bibirnya. Dia menamparku. Dion menolak mentah-mentah perasaan cintaku padanya karena itu dia harus menerima pembalasan. Aku buat dia sakit kehilangan dinda. Dia tak akan memiliki dinda seperti aku yang tidak bisa memilikinya.

Aku masih mencintaimu dion, hingga detik ini. Disini.

DINDA.

‘Apa kabar?’ kutekan tombol send. Aku harap dia membalasnya. Handphoneku berdering, dia membalasnya. ‘Baik’, hanya itu balasannya tanpa bertanya balik keadaanku setelah dia tinggalkan pergi. Kami berpisah setengah tahun yang lalu. Dia lelaki yang sangat baik, aku pacar pertamanya. Aku begitu disayangnya, dia yang tak pernah marah padaku. Karena sifatnya itulah, aku menjalin hubungan dengan lelaki lain. Aku hanya iseng, aku jenuh dengan hubungan kami yang berjalan mulus tanpa konflik, dia yang seakan menjadi malaikat nyata didunia. Aku yang salah. Maaf atas perselingkuhan ini dan benar saja, aku tak dapat maaf darinya. Dia pergi sepergi-perginya. Aku koyak termakan penyesalan. Dazy maafkan aku.

DAZY.

Die. Ketika aku bangun pagi akan lebih semarak jika membayang dia yang sedang sibuk. Berlari kesana kemari, urus ini itu. Dia yang tak pernah bisa diam. Aku suka padanya. Sungguh suka.  Dion, nama itu tetap saja menghantui. Aku masih harus terus melihat die menangis karena lelaki itu. Ini memang bukan pertama kalinya aku jatuh cinta, ini yang kedua. Yang pertama, sudahlah aku tak ingin mengingatnya. Die yang begitu hebat tertawa didepan banyak orang padahal sebenarnya sangat rapuh. Aku sering mendapatinya menangis sesenggukan. Jika dia tahu akan kehadiranku, dia langsung tertawa sambil memanggil namaku keras, die aku ingin hapus airmatamu.  Biarlah dazy bukan dion. Kapan kau memanggilku, satu kali saja sebagai lelaki yang kau cintai. Die. Aku mencintaimu. Titik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun