Mohon tunggu...
Ria Lestari Baso
Ria Lestari Baso Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa S1 Agribisnis Universitas Brawijaya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Die

12 April 2013   21:10 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:18 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

‘Malam jadi saksinya, kita berdua diantara kata yang tak terucap. Berharap waktu membawa keberanian untuk datang membawa jawaban’ kunyanyikan lagu merdu itu padanya dengan suara serak andalanku. Banyak wanita yang memuji suara serakku ini termasuk wanita yang ku bonceng kini.perkenalkan namanya die. Aku bilang padanya kalau aku mencintainya, tapi aku juga mengatakan hal yang sama pada wanita lain . Bangsat ! Itulah memang aku. Aku berusaha keras melawan dingin, tapi apa memang tubuhku begitu rakus ingin dihangatkan oleh dua wanita. Die dan sebut saja dia dinda. Kami habiskan malam itu bersama, jam tangannya yang terpasang tak kuasa melaksanakan tugasnya untuk mengingatkan waktu. Kami terus saja mencipta kenangan. Kenangan yang nanti akan memakan tuannya sendiri. Tuan nya yang bodoh. Tentu aku. Aku memeluknya, entah perasaan sebagai kakak atau sebagai lelaki yang mencintainya. Aku cium keningnya sebelum membiarkan dia pergi. Kau tahu rasanya mencium wanita yang ketika kau mengatakan cinta padanya malah membuatmu resah? Pecundang. Apa begitu pantasnya aku menyandang kata itu?

DINDA.

Aku benci wanita bernama die.

Wanita yang sempat memupuskan harapanku memiliki dion, lelaki yang aku agung-agungkan belakang ini, dia berhasil memikat ku tanpa kira-kira.

Aku cemburu, karena aku wanita normal. Tapi kini, lihatlah. Aku sudah bermesraan dengan dion dimana saja, kami sudah disatukan oleh status.  Dan status itulah yang sedikit demi sedikit mengusir kehadiran die. Aku wanita, dia wanita tapi tak salahkan kalau aku yang jadi juaranya kini.

DAVE.

Aku mencintaimu dinda. Senyummu, tak ada hal lebih membuatku gila dari hal itu. Sejak pertemuan pertama kita yang selalu berakhir pada obrolan mesra nan humoris itu, aku sudah berjanji akan terus mengejarmu ay. Dinda, apa kurangku? Apa kau ingin menguji kesungguhanku dan kesetiaanku dengan berpacaran kepada lelaki lain? Kau tahu aku masih jauh lebih pantas bersamamu, aku berani mebuktikan cintaku jauh lebih besar.

Dinda, kembalilah. Jingga dan senja harus terus ada dalam catatan harian yang memuat kisah manis kita ay.

DAZY.

Die. Wanita itu sungguh mencandukanku. Aku tak pernah dekat seorang wanita tapi kejadian pagi itu merubahku. Seorang wanita lari terbirit-birit. ‘Ini buku mu jatuh’ kataku padanya. ‘Terima kasih’. Dia tertawa, sambil mengulurkan tangannya. Wanita ini aneh, nada bicaranya tinggi, bicaranya cepat, aku selalu melihatnya terlambat bahkan kata temanku dia nol soal angka tapi dia dapat nilai 100 untuk mendapatkan hatiku. Kini aku semakin dekat dengan die tapi dalam zona pertemanan, aku yang bodoh dulu melamar jadi pendengar yang baik atas kisah patah hatinya. Tiap hari aku harus mendengar nama dion terucap dari bibirnya, siapa dion itu? Sungguh bodoh. Kalau saja Tuhan memberiku kesempatan bertemu dengan dion, biar saja tangan ini yang berbicara untuk menguji kejantanannya.

DION.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun