Mohon tunggu...
Ria Fachria
Ria Fachria Mohon Tunggu... Novelis - Menulis, menghargai diri dalam kata

Seorang penulis yang masih belajar mengeja kata baik sebagai Content Writer, Ghost writer, dan penulis novel anak dan dewasa. Penulis menyukai budaya, alam dan segala senti ciptaan Tuhan di jagad raya yang terbentang luas ini.

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Keteladanan Sang Jendral Besar

14 April 2021   18:03 Diperbarui: 14 April 2021   18:04 592
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
er Foto: Islami.co (ilustrasi perang Khandaq)

Ketika kau berpikir sudah berbuat banyak dan dicaci, bahkan orang-orang memandang sinis akan upayamu. Kau merasa kerdil dan terdiskriminasikan hingga ingin pergi jauh saja.

Jauh sebelum itu terjadi pada dirimu, adalah ia sosok yang dahulu berperang demi kaum musrik dan mengalahkan kaum muslimin di Mekkah.

Kemudian ia hidayah menyapanya, ia pun menjadi komandan pasukan muslim, menggantikan 3 orang pemimpin sebelumnya yang telah syahid.

Ia memimpin pasukan muslim melawan para Nasrani dan Romawi di dekat daerah yang dinamakan Mut'ah.

Dengan gagah perkasa ia mengatur strategi agar bisa melawan para musrikin meski dalam keterbatasan jumlah pasukan. Tiga ribu prajurit melawan 200 ribu pasukan bukanlah hal yang sebanding.

Namun dengan kecerdasannya, ia mampu mengalahkan kaum musyrikin dan membuat kaum muslimin bersuka cita atas kemenangan tersebut.

Tiba di sana, ia bahkan dicemooh karena dianggap penakut. Mengapa tak dikejar saja pasukan yang telah mereka kalahkan?

Mereka tidak tahu, kalau saja ia mengejar, mungkin ia akan strateginya akan ketahuan oleh para musuh. Parahnya lagi, kelemahan mereka akan segera tertangkap. Boleh jadi mereka masih berada dalam jumlah yang banyak dan dapat menghabisi pasukan muslimin.

Demi itu semua, Khalid Bin Walid menanggung cemoohan dari sebagian penduduk Madinah kala itu. Syukurlah sabda Rasulullah meluruskan segalanya, bahwa ia bukanlah orang yang lari dari Medan perang, akan tetapi tujuannya adalah semat mengatur strategi.

Mereka yang mencemooh, bukanlah orang yang paham akan maksud Khalid Bin Walid. Wajar kalau merendahkan dan menghina.

Namun, hal itu tidak menjadikan Khalid Bin Walid merasa patah arang, apalagi keluar dari barisan pasukan Rasulullah.

Kadang, memang pilihan kita dicemooh, tapi itu bukan alasan buat kita mundur dan berhenti berbuat bukan? Kalau mau mendengar mulut manusia, telinga kita yang dua ini memang sangatlah lemah dengannya. 

Akan tetapi, tidak sama halnya jika kita hanya berpegang pada apa yang dikatakan Rasulullah dan Allah dalam wahyu-wahyunya. Telinga kita pasti akan baik-baik saja. Karena semua perkataan Nabi SAW dan Kalamullah adalah obat hati dan penenang bagi segala jiwa yang gundah.

Sudah berapa juz tilawah hari ini? Semakin banyak, hati akan semakin tentram.

Ramadhan memang bulan ketentraman bukan? Karena banyak dari kita yang lebih memilih menghabiskan kegiatan dengan membaca Kalamullah dibandingkan kegiatan yang penuh kesia-siaan dan menjadikan kita hidup dalam sesal saat bulan suci ini pergi meninggalkan kita.

#belajardarisirah
#kisahramadhan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun