Mohon tunggu...
Baf Oemar
Baf Oemar Mohon Tunggu... Karyawan Kantor -

Selanjutnya

Tutup

Bola

Pavard di Antara Pogba dan Kante

15 Juli 2018   22:55 Diperbarui: 16 Juli 2018   15:33 963
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menghadapi Peru di babak penyisihan grup lainnya, Prancis berhasil menang tipis dengan skors 1-0. Lalu, Prancis bermain imbang 0-0 kontra tim "dinamit" Denmark. Di laga ini, Pavard dan beberapa pilar utama Prancis tidak dimainkan, (mungkin) mengingat tiket 16 besar sudah mereka amankan.

Nah, menghadapi Argentina di babak 16 besar, Prancis kebobolan hingga 3 gol. Gol pertama Argentina dicetak pemain yang merumput di Ligue 1 Prancis,  Angel Di Maria. 

Gol ini terjadi setelah Di Maria menerima operan dari rekan setimnya melalui sisi kanan pertahanan Prancis, sisi yang dikawal Pavard. Gol kedua adalah gol tak sengaja yang beruntung didapatkan Gabriel Mercado. Gol ini berawal ketika Messi berupaya menembak bola ke arah tengah gawang. Lloris yang siap menangkap terkelabui lantaran bola mengenai kaki Mercado dan akhirnya menembus sisi kiri gawang. 

Dan gol terakhir diperoleh Argentina melalui sundulan Sergio Aguero setelah menerima umpan dari sektor kiri pertahanan Prancis yang dikawal Lucas Hernandez.   

Selanjutnya, gawang Prancis yang dijaga Hugo Lloris tidak pernah berhasil dibobol. Pada babak perempat final, anak asuh Didier Deschamps berhasil menang dan mengandaskan Uruguay dengan skor 2-0. Kemudian, di babak semi final, skuad Prancis sukses mengubur mimpi "generasi emas" Belgia. Lagi-lagi, Prancis menang tanpa kebobolan dengan skor tipis 1-0.

Dari review menohok di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa lini pertahanan timnas Prancis terbilang cukup kokoh. Kesimpulan ini terutama terjadi di sektor kanan pertahanan yang dikawal Benjamin Pavard. Satu-satunya gol yang lahir dari sektor yang dikawal Pavard adalah gol Di Maria. 

Menarik bukan? Apalagi Pavard boleh dibilang "anak baru" di skuad Prancis. Meski terbilang baru berseragam "les bleus", namun Pavard perlahan dan pasti mulai di elu-elukan di tanah kelahirannya. Dengan usia muda dan bakat yang luar biasa, ke depan Pavard diprediksi akan memiliki karir yang cemerlang. 

Jika dirinya terus konsisten bermain apik, Pavard dapat pula diproyeksikan menjelma menjadi seorang legenda timnas Prancis, bahkan mengalahkan nama besar Lilian Thuram, bukan sekedar "The Next Lilian Thuram".

Kini, Pavard dan timnya tengah bersiap menuju laga Final menghadapi Kroasia. Situasi ini sebenarnya tidak pernah terbayangkan oleh Pavard sebelumnya.

Kondisi ini yang kemudian mengundang keinginan salah satu rekan Pavard di akademi sepak bola Lille, Corentin Halucha berkomentar. Halucha menyebut bahwa baru dua tahun lalu dirinya dan Pavard masih rutin menyambangi fan zone di kota Lille untuk menonton partai-partai Prancis di gelaran Piala Eropa 2016. Halucha mengatakan bahwa ketika dulu ia (Pavard) harus bekerja keras, ia melakukannya dengan amat serius. 

Tapi di luar ia justru sosok yang gemar melucu dan terkadang ia akan menyetel koleksi musik 1980-an miliknya dengan suara kencang-kencang. Halucha juga menyebut jika sepak bola adalah mengenai kesempatan. Kereta (peluang) sudah datang, ia (Pavard) menaikinya, dan kini ia sedang menikmati perjalanan dengan berada di kelas satu. (sport.detik.com/9 Juli 2018)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun