Mohon tunggu...
Ria Anggriawan
Ria Anggriawan Mohon Tunggu... Penulis - penulis lepas, pegiat sosial

-------

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Taman Class Seikhlasnya, Belajar Dulu Bayar Seikhlasnya Kemudian

25 September 2020   14:15 Diperbarui: 25 September 2020   14:34 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Taman Class Seikhlasnya
Taman Class Seikhlasnya

Biaya dan metode pembelajaran yang kaku menjadi salah satu masalah dari ribuan masalah pendidikan di Tanah Air. Mochammad Risky Altaresh, founder Taman Siswa yang juga merupakan Fellow LEAD Indonesia dari Bakrie Center Foundation berusaha memecahkan masalah tersebut dengan menggelar kelas virtual bernama Taman Class Seikhlasnya.

Taman Class Seikhlasnya merupakan kelas virtual yang diadakan oleh Taman Siswa dengan sistem pembayaran seikhlasnya. Menurut Altaresh, siapapun bisa bergabung dengan Taman Class Seikhlasnya untuk belajar.

"Kita memberikan kebebasan orang untuk seenggaknya menyerap dulu ilmunya, habis itu baru memutuskan sendiri apakah ingin bayar atau enggak," ujar Altaresh.

Hal yang membedakan peserta yang membayar pada kelas Taman Class Seikhlasnya dengan yang tidak adalah hak mendapat materi dan rekaman proses belajar dari Taman Siswa. Bagi peserta yang belum membayar, mereka belum bisa mendapat kedua hal tersebut, tapi tetap bisa belajar.

"Jadi kami tidak ada diskriminatif terhadap orang-orang yang belum bisa bayar. Tapi uniknya, mereka yang niat belajar pasti ujung-ujungnya akan tetap bayar walaupun nunggak beberapa minggu," kata Altaresh.

Hingga saat ini Taman Class Seikhlasnya telah memiliki lebih dari 20 kelas dengan jumlah pendaftar lebih dari 2000 peserta yang terdiri dari pelajar, mahasiswa, dan karyawan. Adapun durasi pembelajaran di Taman Class Seikhlasnya sekitar 1,5 jam sampai 3 jam.

Kelas UX Writing oleh Sri Izzati
Kelas UX Writing oleh Sri Izzati

Altaresh menjelaskan bahwa Taman Class Seikhlasnya diklasifikasi menjadi 5 jenis layaknya menu makanan seimbang seperti karbohidrat, protein, sayur, susu, dan buah.

Karbohidrat adalah kelas yang sifatnya akademis misalnya kelas persiapan bagi mahasiswa tahun pertama Institut Teknologi Bandung (ITB) dan kelas persiapan bagi siswa SMP untuk seleksi masuk SMA favorit di Indonesia.

Protein adalah kelas yang sifatnya industrial seperti UI/UX design dan UX writing. Di kelas ini Taman Class Seikhlasnya menghadirkan Nugi, UI/UX Designer dari Taman Siswa dan Sri Izzati, UX Writer dari Gojek. Sejauh ini materi-materi yang diberikan pada kategori ini menyesuaikan dengan industri teknologi.

Buah adalah kelas bahasa. Saat ini di Taman Class Seikhlasnya terdapat kelas seputar Bahasa Jerman, Arab, Korea, Cina, dan Inggris. Di kelas Bahasa inggris Taman Class Seikhlasnya, pengajarnya adalah Alisha Bakrie yang kini sedang menempuh pendidikan di Cheltenham Ladies College, Inggris. Khusus untuk kelas bahasa, rencananya akan diperbanyak ke depannya mengingat tingginya jumlah peminat.

Kemudian, sayur adalah kelas yang mengajarkan tentang seni, seperti kelas design illustrator oleh Melda Uditia, fashion designer dari Bunka Fashion College, Tokyo. Ke depannya, kelas ini juga akan memberikan materi tentang videografi dan fotografi.

Terakhir susu, yaitu kelas yang sifatnya mengobati rasa penasaran para calon peserta didik seperti yoga, kelas coding for painting, dan lain sebagainya, yang secara industri mungkin permintaannya tidak ada tapi menyenangkan untuk dipelajari.

Altaresh mengatakan untuk menjadi pengajar, syaratnya harus memiliki latar belakang di bidang tersebut dan punya portofolio. Selain itu, mereka juga harus bisa menyampaikan ilmunya dengan baik dan mudah dicerna. Hal ini penting dimiliki oleh para pengajar karena Taman Siswa ingin menghadirkan metode pembelajaran dengan gaya dan konsep yang santai serta menyenangkan.

Altaresh menuturkan hingga kini, Taman Siswa telah bekerja sama @hrdbacot yang sempat membantu dalam kegiatan promosi kelas Bahasa Cina. Altaresh terus memperluas cakupan kerja sama dengan mencari media partner dan  perusahaan-perusahaan yang dapat memberikan sumber daya manusia sebagai pengajar.

"Kita pengen coba fokus dulu ke satu company atau start up. Bikin mereka percaya dulu dengan Taman Siswa, baru selanjutnya harapannya ada perusahaan lain yang juga bisa percaya, sehingga nantinya kami bisa meningkatkan fiturnya," kata Altaresh.

Ke depannya, Taman Siswa tidak hanya sekadar fasilitas kelas virtual tempat berbagi ilmu. Namun, juga dapat menghasilkan talenta- talenta potensial.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun