Di sisi lain, kelompok non-pemerintah di Indonesia aktif mendukung para negosiator melalui advokasi serta menyediakan data penelitian terkait CPO guna memperbaiki reputasi produk ini di pasar EFTA. Namun, kelompok penentang CPO di Swiss terus mengemukakan narasi negatif, seperti kerusakan lingkungan, yang berpotensi memengaruhi keputusan EFTA untuk membatalkan perjanjian. Sementara itu, kelompok pendukung CPO Indonesia mengedepankan pandangan bahwa Indonesia adalah mitra dagang potensial yang penting bagi Swiss, khususnya dalam sektor minyak nabati.
Mereka juga memperingatkan bahwa menolak perjanjian perdagangan bebas dapat mengancam stabilitas ekonomi Swiss. Pada akhirnya, hasil referendum di Swiss sesuai dengan kesepakatan awal (win-set) yang telah dirumuskan, memungkinkan Swiss untuk meratifikasi perjanjian IE CEPA. Hal ini memberikan dampak positif pada citra minyak kelapa sawit Indonesia di pasar internasional, khususnya Eropa. Kendati demikian, pemerintah Indonesia tetap perlu memastikan keberlanjutan industri sawit dengan merumuskan kebijakan yang mendukung produksi secara berkelanjutan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H