Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Tujuan utamanya adalah untuk mengeksplorasi penerapan metode Socrates dalam evaluasi argumentasi dalam konteks kontemporer, dengan fokus pada bagaimana individu dapat menggunakan metode ini dalam mengevaluasi argumen dalam perdebatan sosial dan politik.
Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah individu yang terlibat dalam diskusi publik, baik di media sosial maupun dalam forum diskusi tatap muka. Sampel yang dipilih terdiri dari 30 orang yang aktif berpartisipasi dalam diskusi tersebut, dengan latar belakang yang bervariasi, baik dalam hal profesi maupun pendidikan.
Teknik Pengumpulan Data
Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam dengan 30 partisipan yang terlibat dalam diskusi sosial atau politik, baik secara daring maupun tatap muka. Wawancara ini berfokus pada bagaimana mereka mengevaluasi argumen yang disampaikan oleh pihak lain, serta apakah mereka menggunakan pertanyaan yang diajukan oleh metode Socrates dalam proses tersebut. Selain itu, peneliti juga menganalisis contoh-contoh diskusi yang ada di media sosial untuk melihat bagaimana teknik ini diterapkan dalam situasi yang lebih terbuka dan tidak terstruktur.
Hasil Penelitian
Deskripsi Umum Responden
Dari 30 responden, mayoritas berusia antara 25-40 tahun, dengan 60% memiliki latar belakang pendidikan tinggi (sarjana atau lebih), dan 40% lainnya adalah profesional yang bekerja di bidang komunikasi, pendidikan, dan media. Sebagian besar responden aktif berpartisipasi dalam diskusi sosial dan politik di media sosial dan forum-forum online.
Pembahasan
Analisis Hasil Penelitian
Penelitian ini menunjukkan bahwa meskipun banyak individu menyadari pentingnya berpikir kritis dalam menilai argumen, tidak semua orang secara konsisten menerapkan metode Socrates dalam diskusi mereka. Hal ini sesuai dengan temuan Paul dan Elder (2014) yang menunjukkan bahwa penerapan metode Socrates memerlukan pelatihan berkelanjutan dalam mengajukan pertanyaan yang mendalam dan kritis. Salah satu tantangan terbesar adalah kecenderungan untuk menerima argumen yang sederhana tanpa mengeksplorasi lebih lanjut asumsi atau logika yang mendasarinya.
Selain itu, meskipun sebagian besar responden menggunakan metode ini untuk mengidentifikasi asumsi dan kesalahan logika dalam argumen, kurang dari separuh responden yang aktif menerapkan teknik ini secara konsisten dalam diskusi mereka. Ini menunjukkan bahwa ada kebutuhan untuk meningkatkan kesadaran dan keterampilan berpikir kritis dalam komunitas diskusi, terutama dalam platform digital yang cepat dan sering kali dangkal.
Kesimpulan dan Rekomendasi
Kesimpulan
Penelitian ini mengungkapkan bahwa meskipun metode Socrates dapat menjadi alat yang sangat berguna dalam evaluasi argumentasi, penerapannya dalam kehidupan sehari-hari masih terbatas. Banyak individu yang menyadari pentingnya berpikir kritis, namun tidak semua orang secara konsisten menerapkan teknik ini dalam diskusi mereka.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI