Instingku mengatakan bahwa pria dihadapanku ini bukanlah orang jahat, dan biasanya instingku selalu salah. Tapi lihatlah, yang kulakukan sekarang malah menutup semua pintu dan jendela menuruti permintaannya. Setelah yakin seluruh pintu tertutup dan tidak ada celah yang terlihat dari luar, kini ia benar-benar tergeletak jatuh.
"Arrghh" teriakku tertahan. Aku berlari ke arahnya.
"Tuan"
ia tersenyum "aku tidak akan mati, tenanglah " katanya, seolah bisa membaca pikiranku "apa kita hanya berdua saja saat ini?"
Aku mengangguk cepat.
AKhirnya kini ia membuka jaketnya, memperlihatkan luka tembak yang mengeluarkan banyak darah.
"tolong siapkan air panas untukku, dan sterilkan beberapa pisau kecil, gunting, tolong ambilkan juga kain tebal" ia berkata cepat, mengambil nafas "apa kau punya kotak p3k?"
Aku mengangguk lagi
"bagus, tolong siapkan perban, alkohol. aaaakhhh shitt"
"kumohon, bawa apa saja yang kau punya. Sekarang!!!" katanya lagi
Aku berlari dengan cepat mengambil semua yang dia perintahkan. Jangan ragukan kemampuan otakku dalam mengingat, ingatanku sangat kuat. Meski aku gagal dalam ujian praktek akhir tahun ini tapi setidaknya aku pernah menjadi mahasiswa kedokteran. Meski gagal menjadi dokter.