Mohon tunggu...
Ria amelia
Ria amelia Mohon Tunggu... Konsultan - Jangan Lupa Bahagia:)

Jangan Lupa Bahagia:)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pendar di Kaki Gunung Merbabu

13 Januari 2019   10:35 Diperbarui: 13 Januari 2019   10:41 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karena hidup adalah tentang menciptakan arti:)

Hari itu 18 November 2018, aku berkesempatan bergabung dengan komunitas Pendar Foundation untuk ikut mengajar anak-anak di desa Sanden, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang. Desa ini terletak di bawah kaki gunung merbabu dan bagi para pendaki via selo pastinya desa ini sudah tidak asing lagi, karena dekat dengan ketep pass.

Kami berangkat dari Yogyakarta sekitar pukul 12 siang. Cuaca pada hari itu seperti sedang demam, karena sebentar panas kemudian redup mendung dan kembali panas lagi. Diperjalanan, kami beberapa kali berteduh karena hujan turun.

Namun lucunya hujan ini hanya sebentar saja. Perjalanan kami memakan waktu sekitar dua jam. Selama perjalanan, kuamati desa Sanden ini memiliki pesona tersendiri. Desa ini tak kalah indahnya dengan desa-desa yang pernah ku kunjungi sebelumnya. Desa ini memiliki potensi pertanian yang begitu besar.

Sejauh mata memandang, selama perjalanan terhampar luas ladang warga yang ditanami sayuran wortel, kubis, tomat, cabe, brokoli dan masih banyak lagi. Pemandangan ini sukses memanjakan mata kami sejenak yang sedikit jenuh akan hiruk pikuk kota.

(dok. pribadi)
(dok. pribadi)
Kami tiba di desa Sanden sekitar pukul dua siang. Sesampainya disana kami segera menyambangi rumah warga yang dijadikan tempat belajar bahasa Inggris tiap hari minggu atau lebih tepatnya rumah ini disebut dengan sekolah desa. Warga di desa ini ramah-ramah, karena setiap warga yang berpapasan dengan kami selalu senyum dan menyapa kami dengan kalimat "mau ngajar bahasa inggris nggih mbak? Dan jawaban kami adalah "nggih bu.

Sekitar 15 menit beristirahat dan menunggu, anak-anak tak kunjung datang. Ibu pemilik rumah menyarankan kami untuk membuat pengumuman di masjid. Ibu pemilik rumah juga membantu kami untuk mendatangi rumah adik-adik guna memberi tahu bahwa sekolah desa akan mengadakan belajar bahasa Inggris seperti biasanya. 

Sekitar 10 menit setelah pengumuman, satu persatu anak-anak mulai berdatangan. Mereka terlihat begitu polos dan lugu. Banyak dari mereka yang terlihat begitu segar dengan rambut basah setelah keramas, ada dari mereka yang berkata "kak maaf aku tadi lama karena mandi dulu" sambil menenteng buku dan alat tulis mereka.

(dok. pribadi)
(dok. pribadi)
Karena anak-anak sudah mulai ramai, sekitar pukul 14.40 kami memulai pelajaran. Pelajaran diawali dengan membaca doa dalam bahasa Inggris. Lalu kami memulai perkenalan dengan anak-anak. Materi yang akan dipelajari hari ini adalah tentang family. Kami mengajarkan nama panggilan kakek, nenek, ayah, ibu, paman, bibi, kakak dan adik dalam bahasa Inggris.

Anak-anak disini terlihat begitu antusias untuk mengacungkan tangan saat kami melontarkan pertanyaan. Mereka juga dengan telaten mencatat apa yang kami tuliskan di papan tulis. Anak- anak begitu bersemangat membentuk kelompok. Pada masing-masing kelompok ini anak-anak ditugasi untuk mewarnai family tree dan mencocokkan gambar kemudian menempelkannya sesuai nama panggilan keluarga.

Kelompok yang paling rapih, cepat dan presentasinya bagus akan menjadi pemenang dalam tugas kelompok ini. Terlihat setiap kelompok sangat bersemangat mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Tak terasa waktu begitu cepat, waktu menunjukkan hampir pukul 16.30. Kami berencana untuk segera mengakhiri pelajaran. Diakhir pelajaran seperti biasanya anak-anak diberikan kebebasan untuk memilih tema mana yang akan menjadi PR kelompok mereka.

(dok. pribadi)
(dok. pribadi)
(dok. pribadi)
(dok. pribadi)
(dok. pribadi)
(dok. pribadi)
(dok. pribadi)
(dok. pribadi)
Dengan ekspresi ceria mereka berdiskusi kelompok memilih tema PR mereka. Ada bisik-bisik dari mereka dengan bahasa jawa" balek iki, ayo garap PR bareng", yang kurang lebih artinya "pulang dari sini, ayo ngerjain PR bareng. Senang rasanya bisa belajar bersama adik-adik disini. Mereka begitu ramah, polos, lugu, pendengar dan pembelajar yang sangat baik.

Semangat mereka untuk terus belajar seolah membuktikan pada dunia bahwa tinggal di kaki gunung bukanlah sebuah halangan. Karena mimpi itu tidak kenal batas, begitu banyak mimpi dan harapan yang bisa dibagi serta asa dan usaha untuk mewujudkannya.

Terimakasih adik-adik dari desa Sanden yang telah memberi kesempatan pada kami untuk menyalakan pendar-pendar mimpi dan harapan di kaki gunung merbabu ini. Kelak ketika bertemu lagi semoga kalian sudah menjadi sosok yang berpendar dan bermanfaat untuk desa kalian.  

(dok. pribadi)
(dok. pribadi)
Salam dari kami

Pendar Foundation

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun