Berawal dari semakin kompleksnya permasalahan yang dihadapi oleh manusia khususnya masyarakat metropolitan. Mulai dari masalah pekerjaan, masalah keluarga, masalah sosial, banjir, serta masalah kemacetan yang semakin tak berpangkal. Pada kesempatan kali ini saya amat tertarik pada permasalahan yang disebutkan terakhir, yakni kemacetan.Â
Lihatlah disaat waktu berangkat kerja maupun pulang kerja di salah satu kota besar misalnya. Anda pasti akan menemui satu dari banyak masalah yang dihadapi oleh generasi abad 21,Â
"Kemacetan"Â
Almost impossible without traffic jam.Â
Well, bukan permasalahan tersebut yang membuat saya tertarik. Tapi, sifat maupun perilaku masyarakat yang menghadapi permasalahan tersebut justru lebih menarik dibanding dengan problematika kemacetan itu sendiri.
Mungkin lebih menarik jika saya menyuguhkan pengalaman sendiri. Pertama, lebih kepada menceritakan apa yang saya alami saat menggunakan transportasi publik saat macet. Memang sih, naik transportasi umum khususnya naik bis ( bukan busway lho yaa ) bisa jadi lebih lama dibandingkan dengan naik sepeda motor. Kendaraan yang dijuluki kendaraan paling efisien seluruh Indonesia Raya.Â
Namun dibalik itu semua, pernahkah anda naik bis, mendapatkan tempat duduk, lalu beberapa menit kemudian ada seorang wanita tua atau bisa jadi ibu hamil yang baru saja naik bis, sementara anda sudah dalam posisi yang sangat nyaman.Â
Apakah yang anda lakukan saat berada di posisi tersebut? Pernahkah anda saat naik bis, lalu tanpa sadar tangan anda merogoh saku anda sendiri dan mendapati bahwa saku anda kosong, lupa membawa uang, dompet, dll. Apa yang akan anda lakukan ? Itu saja mungkin paling essensial dalam pembahasan kali ini..Â
Okaay, the nextÂ
Saya sendiri juga pernah bahkan sering untuk menggunakan kendaraan pribadi, semisal sepeda motor. Jujur saja menggunakan sepeda motor memang paling efisien paling irit untuk hitungan rupiah yang saya keluarkan untuk menuju tujuan. Tak perlu menunggu lama jadwal bis, pun tak perlu berdesakan seperti saat naik bis. Saat naik kendaraan pribadi, pernah kah anda merasa kesal atau bahkan marah saat kendaraan anda disalip dengan seenaknya sendiri oleh kendaraan orang lain atau jalan anda dipotong secara tidak sopan misalnya?
Lalu pernahkah anda naik kendaraan pribadi dengan terburu buru? Apakah anda menganggap pengendara kendaraan lain itu sebagai musuh ataukah sebagai apa ?Â
Apa anda pernah membayangkan bagaimana jika yang berada dalam posisi tersebut keluarga anda misalnya ibu anda yang lagi terburu-buru serta lupa memberikan kode sein kanan atau kiri, mungkin juga kakak perempuan anda yang tidak sengaja melakukan kesalahan saat naik kendaraan seperti menyalip dengan seenaknya. Saya bukan bermaksud menggurui atau apa, saya hanya membuat renungan sajaÂ
Menurut kesimpulan yang dapat saya tarik dari permasalahan diatas.Â
Menggunakan kendaraan pribadi sangat menguras emosi, meningkatkan sifat egois pengendara. Kendaraan pribadi hanya cocok untuk jarak tempuh yang dekat, tidak cocok untuk rutinitas, apalagi menempuh kemacetanÂ
Sebagai pengendara kendaraan pribadi, terlebih jika anda mengendarai mobil mewah sendiri, berapa persenkah anda memberikan tumpangan ketika ada orang yang meminta tumpangan ?
Di kendaraan umum kita bisa belajar berbagi, belajar menghargai orang lain, belajar mengerti bahwa disaat kita lelah sepulang bekerja, masih ada seseorang yang lebih tua dari kita yang tentunya lebih lelah daripada kita yang masih muda.
Di kendaraan umum kita juga bisa merasakan, bagaimana jika keluarga kita yang lebih tua misalnya orang tua kita, atau bahkan kakek nenek kita yang lebih tua naik kendaraan umum tidak ada yang memberikan kursi untuknya, bagaimana rasanya. Sehingga disaat kita merelakan tempat duduk kita untuk orang yang lebih berhak bukan berarti toh juga sama sama bayar, namun lebih kepada disaat kita berbuat baik kepada orang lain, semoga Tuhan membalas dengan suatu saat kelak Tuhan memberikan balasan kepada kita, maupun keluarga kita.
Jika anda pernah mungkin sering melecehkan wanita di transportasi umum, coba anda bayangkan bagaimana jika itu menimpa saudara perempuan anda, ibu anda, atau kakak adik anda. Bagaimana Perasaan anda ?
Saran saya meskipun saya tahu kalau ini tidak mungkin bisa terealisasi / impossible. Simpel sih, pendidikan saya bukan di bidang transportasi umum. Yaa ambil alih lah transportasi umum jadi salah satu BUMN. Berikan jaminan kalau transportasi umum itu tepat jadwalnya serta terjangkau ongkosnya. Jalur khusus seperti jalur busway, setuju jika benar benar steril, masa bodo dengan jalur non busway yang macet parah.Â
Kalau membatasi jumlah mobil dibilang melanggar HAM orang berduit serta mendzolimi industri otomotif, ya batasilah kendaraan yg bisa lewat dengan boleh lewat jika sudah membayar. Dan seterusnya sampai jalan normal kembali.Â
Dan itu semua gak bakalan bisa terealisasi jika kejahatan di bis maupun di terminal, kejahatan terhadap pejalan kaki, serta kriminalitas tidak di berantas habis. Karena keamanan yang paling utama, kepastian dan kenyamanan biasanya menjadi satu kesatuan yang berada di urutan nomor dua.
Terima kasih sudah mampir ngombe disini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H