Mohon tunggu...
Humaniora

Peran Pustakawan dalam Pencerdasan Bangsa

10 Desember 2017   18:48 Diperbarui: 12 Desember 2017   08:00 3226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pustakawan  adalah salah satu profesi yang dapat mempengaruhi masa depan bangsa. Pustakawan bertugas membimbing dan mengajarkan  pemustaka dalam hal mencari bahan bacaan yang sedang dibutuhkan, termasuk membimbing pemustaka agar bisa lebih baik dalam memilih buku. Bahkan juga bukan hanya untuk mendapatkan buku yang dibutuhkan, tetapi untuk memperoleh subyek lain yang ada korelasi buku  dengan buku yang dibutuhkan.

Menurut Undang-undang Perputakaan Nasional RI nomer 43 tahun 2007 sebagai pelaksanaan Undang-undang 1945, perpustakaan adalah wahana belajar sepanjang hayat dengan mengembangkan potensi masyarakat untuk menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri.  Perpustakaan juga ditujukan untuk membentuk warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab dalam mendukung penyelenggaraan pendidikan nasional.

Pemerintah dalam hal ini berkewajiban membina dan mengembangkan kompetensi, profesionalitas pustakawan, dan tenaga teknis perpustakaan. Sehingga profesionalisme pustakawan antara lain harus memiliki kompetensi paedagogik, kopentensi sosial, kopetensi pribadi.

Tugas pustakawan sangat fundamental untuk mewujudkan masyarakat yang gemar membaca, sehingga bisa ikut dalam program perbaikan kondisi bangsa Indonesia di masa datang. Harapan itu tertumpang kepada para pustakawan yang cerdas dan gigih dalam menggali berbagai ilmu yang ada di koleksi perpustakaan.

Data statistik UNESCO Institute tahun 2008, mencatat, bahwa di Indonesia warga dewasa yang mampu membaca teks dan angka yang sederhana adalah 91.4% dari total penduduk Indonesia. Sedangkan, warga yang buta huruf adalah 8.6%. Prosentase tersebut terpecah dengan komposisi laki-laki yang masih buta huruf adalah 4,3 juta penduduk. Sedangkan warga belajar perempuan adalah 10,1 juta penduduk. Jika demikian, Indonesia memiliki prosentase literasi orang dewasa yang cukup tinggi dengan peringkat ke delapan, meninggalkan 12 negara Asia Pasifik lainnya.

Sebuah angka statistik yang memprihatinkan.

Membaca Dan Menulis Di Indonesia

Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan dan informasi, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis.

Dari segi linguistik, membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan pembacaan sandi (a recording and decoding process), berlainan dengan berbicara dan menulis yang justru melibatkan penyandian (encoding). Sebuah aspek pembacaan sandi (decoding) adalah menghubungkan kata-kata tulis (written word) dengan makna bahasa lisan (oral language meaning) yang mencakup pengubahan tulisan/cetakan menjadi bunyi yang bermakna. ( Anderson 1972 : 209-210 ).

Menulis adalah aktivitas menggunakan lambang-lambang (simbol) yang menggambarkan (mewakili) benda-benda atau ide. Proses menulis ini kemudian disebut bahasa yang dipahami oleh sekelompok orang tertentu.

Pada prinsipnya fungsi utama dari tulisan adalah sebagai alat komunikasi yang tidak langsung. Tulisan sangat penting bagi pendidikan  karena memudahkan  para pelajar mendapatkan transfer ilmu pengetahuan dan mendorong proses berfikir. Tentu juga untuk mendorong untuk berpikir kritis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun