Mohon tunggu...
Rhizky Syahputra
Rhizky Syahputra Mohon Tunggu... Administrasi - Legal Officer

Beberapa orang menganggap penghargaan salah satu tujuan utama agar mereka dikenal, sebagian lagi menganggap penghargaan itu disaat kita mampu berkontribusi untuk masyarakat tanpa harus diberi tanda semat. Karena menulis salah satu bentuk kontribusi anak bangsa. Traveller|Design Grafis | Hobi Foto

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Karena Asap Tak Pernah Kompromi

9 Oktober 2015   10:52 Diperbarui: 9 Oktober 2015   11:31 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Negeri masih saja menganggap hukum tak berlaku bagi pemilik modal terbesar di negeri ini. Dan negeri masih sajatak pernah belajar dari masa lalu dan mungkin saja tak mengingat masa lalu yang silam. Padahal telah jelas diatur oleh hukum itu sendiri, tak pandang bulu bagi siapa dan barang siapa yang melakukan tindakan melawan hukum.

Disaat kabut asap mejalar sebagian orang menyatakan untuk menjadikan ini merupakan bencana nasional, kalau kita teliti lebih lanjut tentang bencana nasional, artinya pemerintah siap untuk menanggung dan melepaskan semua beban dari pembakar sesungguhnya. Karena pada dasarnya bencana nasional itu diakibatkan alam yang tak bersahabat, apakah kita tetap yakin kabut asap itu bencana? Atau ada tangan usil untuk mengambil lahan besar milik negeri.

Akankah masih tetap menunggu sampai semua lahan habis terbakar dan menghabisi penduduk secara perlahan? Atau kita siap untuk kehilangan kembali jantung dunia yang selalu di jaga oleh para pecinta lingkungan?

Disisi lain mau tak mau pemerintah bukan hanya turun ke lapangan sekedar melihat, harus ada tindakan nyata untuk menghentikan api agar tak menjalar sampai menghabiskan pohon-pohon yang tumbuh dengan sendirinya. Sampai kapankah kabut asap berakhir dan tak terjadi lagi?

Diakhir tulisan ini saya tak mau menyalahkan siapa-siapa, lebih baik kita ambil bagian untuk membantu minimal lewat doa, agar kabut asap dapat terselesaikan dengan cepat dan para pemilik modal yang membuka lahan baru itu segera ditangkap dan diselesaikan dengan tidak memandang bulu terhadap apa yang telah dilakukan.

Semoga saja ini menjadi peringatan untuk terakhir kalinya, bahwa penyelesaiannya itu tak bisa menunggu, karena sesuatu yang datang tak selalu bisa berhenti untuk menunggu mendapatkan penyelesaian. Alangkah lebih baiknya lakukan secepatnya dengan alat seadanya dan kemapuan seadanya. Dan saya pikir dengan begitu kita tidak akan dipandang sebelah mata orang negara-negara lain dalam penanggulangan kabut asap ini.

Untuk Pulau Sumatera dan Kalimantan yang telah menyumbang pemasukkan negara lewat perkebunannya.

 

#Melawanasap

#intelektualjalanan

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun