Mohon tunggu...
Rhiska Anastasya
Rhiska Anastasya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Diponegoro

Mahasiswa S1 Ekonomi Universitas Diponegoro

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mahasiswa KKN UNDIP Lakukan Sosialisasi Bahaya Stunting dan Narkoba terhadap Perekonomian Indonesia

8 Agustus 2022   12:24 Diperbarui: 8 Agustus 2022   12:41 1477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelaksanaan Sosialisasi Kesadaran dan Bahaya Stunting (Dokpri)

Stunting dan narkoba adalah dua dari beberapa permasalahan yang sedang dan masih menjadi fokus pencegahan oleh pemerintah. Hal ini salah satunya disebabkan karena kedua permasalahan ini memberikan dampak negatif pada masa depan perekonomian bangsa. 

Stunting yang merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat dari kekurangan gizi kronis, berdampak pada rendahnya tingkat kecerdasan, kerentanan terhadap penyakit, menurunkan produktivitas dan menghambat pertumbuhan ekonomi, serta meningkatkan kemiskinan dan ketimpangan. 

Menurut laporan World Bank, masalah stunting dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dan produktivitas pasar kerja, dengan potensi kehilangan 11% GDP serta mengurangi pendapatan pekerja dewasa hingga 20%. 

Masalah stunting juga memperburuk kesenjangan karena mengurangi 10% dari total pendapatan seumur hidup, sehingga dalam jangka panjang akan menciptakan kemiskinan antargenerasi. Saat ini, Indonesia menjadi salah satu negara dengan prevalensi stunting yang cukup tinggi dibandingkan dengan negara-negara berpendapatan menengah lainnya. Indonesia sendiri berada pada kelompok negara-negara dengan kondisi stunting terburuk dengan kasus stunting pada balita.

Poster Anti-Narkoba (Dokpri)
Poster Anti-Narkoba (Dokpri)

Sama seperti stunting, selain memiliki dampak negatif bagi kesehatan penggunanya, penyalahgunaan narkoba juga bisa memberikan dampak pada lesunya perekonomian. Hal ini karena dampak narkoba membuat daya beli masyarakat menurun. Narkoba juga memberikan efek negatif pada produktivitas, khususnya pada generasi muda. 

Hal ini karena, individu pecandu narkoba biasanya cenderung cepat lelah hingga kerap tertidur saat bekerja atau mangkir, sulit fokus, ceroboh hingga menyebabkan kecelakaan atau salah dalam penilaian. Pekerja yang seperti ini akan menghambat produktivitas kerja perusahaan sehingga memungkinkan individu untuk dipecat. 

Dengan begitu, apabila pengguna narkoba semakin banyak tentunya akan meningkatkan angka pengangguran dan kemiskinan di Indonesia yang kemudian dalam jangka panjang akan mengganggu perekonomian negara dan menyebabkan semakin tingginya angka ketimpangan. Badan Narkotika Nasional (BNN) memperkirakan bahwa kerugian ekonomi bisa mencapai Rp74,4 triliun hanya dari penyalahgunaan narkoba. 

Angka tersebut akan terus mengalami meningkat jika pengguna narkoba setiap tahunnya terus bertambah. Menurut laporan Badan Narkotika Nasional (BNN), prevalendi pengguna narkoba di Indonesia di tahun 2021 mengalami peningkatan sebesar 0,15%, yang semula sebesar 1,80% atau setara dengan 3,41 juta orang di tahun sebelumnya menjadi sebesar 1,95%  atau setara dengan 3,66 juta orang.

Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa status Indonesia masih bahaya dengan tingginya tingkat prevalensi stunting dan narkoba. Situasi ini jika tidak segera ditangani akan memengaruhi perekonomian dan kinerja pembangunan Indonesia, baik yang menyangkut pertumbuhan ekonomi, kemiskinan, maupun ketimpangan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun