Mohon tunggu...
Rhiena Asyifani
Rhiena Asyifani Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hidup itu harus dibikin asyik

Bismillah...memulai hidup sukses dari cara belajar nge_blog

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tangisan Kecil di Pagi Hari

15 September 2020   03:22 Diperbarui: 15 September 2020   11:43 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

    Mentari mulai menyinari indahnya alam di pagi hari.Sosok mungil kecil terlihat dari balik tirai putih kamarnya,dia adalah tari gadis kecil berumur 6 tahun yang diangkat sebagai anak oleh seorang  wanita yang tinggal sebatang kara di dusun kecil tempat ia tinggal.Wanita itu bernama ibu sairoh.

 

     "Tariii....naakk...ayooo cepat bangun!"sahut bu sairoh.

    "Iya bu...!"jawab tari.

 

   Ibu sairoh dikenal sebagai sosok yang sangat baik sekali.Ibu sairoh sangat menyayangi tari seperti dia menyayangi anaknya sendiri.

    Ibu sairoh menemukan tari di sungai yang pada saat itu kebetulan dia akan mencuci pakaiannya.Pada saat itu di suatu pagi hari ibu sairoh mendengar ada seperti suara tangisan bayi lalu kemudian ibu sairoh mencari-cari di mana suara itu berada dan ternyata suara itu tepat berada di dekat rerumputan yang tidak jauh dari sungai.

   Ibu sairoh teramat sangat senang sekali menemukan seorang bayi yang kemudian bu  sairoh langsung membawa pulang tari ke rumahnya itu.Kemudian bu sairoh memberikan nama tari pada bayi yang telah ditemukannya itu.

     "Buuu....tari lapaaarr!"rengek tari kepada ibunya.

 

     Bu tari hanya terdiam karena kala itu dia sedang tidak mempunyai makanan apa-apa.

     "Tarii...kamu sabar ya nak ibu akan mencarikanmu makanan!"Bergegas bu sairoh keluar dengan membawa hasil anyamannya untuk dijual.

      "Ibu jangan lama-lama yaa!"sahut tari.

    Ibu sairoh pun mulai melangkahkan kakinya untuk segera mencari orang yang akan membeli hasil rajutannya itu.Setapak demi setapak jalan yang telah dia lalui.Bu sairoh tidak pantang menyerah dia pun terus menawarkan hasil rajutannya itu ke setiap rumah yang ia jumpai.Dan sampai akhirnya dia bertemu dengan seorang gadis muda.

     "Ibu ini cari siapa?"tanya resti gadis desa yang sangat ramah.

     "Ibu sedang menawarkan hasil rajutan ibu ini neng!"ujar bu sairoh.

     "Berapa harga kain rajutan ini bu?"tanya resti.

    "Terserah neng mau belinya berapa,asal anak saya bisa makan!"jawab ibu sairoh.

     Kemudian resti memberikan sejumlah uang yang lumayan banyak jumlahnya kepada bu sairoh.

    "Ini bu uangnya!"sembari tersenyum manis resti memberikan uang itu kepada bu sairoh.

     "Terima kasih neng...neng ini sangat baik sekali,tapi ini uangnya terlalu banyak neng!"ujar bu sairoh.

    "Tidak apa-apa bu..itu untuk ibu dan juga anak ibu.Saya resti anak dari kampung sebelah.,Memangnya ibu tinggal di mana?"sahut resti.

    "Ibu tinggal tidak jauh dari sini neng,kalau neng mau boleh mampir ke gubuk ibu!"

   "Bolehkah itu bu?"resti sangat senang sekali mendengar ajakan nenek sairoh.

    Mereka berdua pun bergegas pergi ke rumah bu sairoh.Sesampainya di rumah bu sairoh,mereka mendapati tubuh tari yang sudah terbaring lemas karena menahan lapar.

   "Ya alloh...tarii..bangun nakk!"seraya berlinang air mata bu sairoh mendekap tubuh mungil anaknya itu.

    "Ini anak ibu..kenapa buu anaknya?"tanya resti.

    "Tadi dia meminta makan sama ibu lantas ibu menjual dulu kain rajutan tadi neng!"jawab nek sairoh sembari mengelus-ngelus rambut tari.

    "Ayo bu segera kita bawa tari ke puskesmas!"ajak tari.

     Mereka pun segera bergegas pergi ke puskesmas untung saja puskesmasnya tidak jauh dari rumah bu sairoh.Tari pun segera ditangani oleh seorang dokter.Setelah diberi minyak angin tari pun tersadar lalu memeluk ibunya itu.

    "Buu...tari dimana?"tanya tari.

    "Kamu tadi pingsan nak,sekarang kamu ada di puskesmas!"jawab bu sairoh.

     Ternyata diam-diam resti membelikan makanan dan juga susu buat tari dn juga ibunya lalu resti memberikannya kepada mereka.

     "Ini buat ibu dan juga tari!"sahut resti.Dan    Sontak langsung tari mengambil makanannya itu.

    "Terima kasih kak!"sahut tari.

 

    "Iya terima kasih ya neng...neng resti sangat baik sekali!"mata bu sairoh berkaca-kaca.

    "Iya sama-sama buu!"jawab resti.

     Terbersit di benaknya resti ingin sekali dia mengajak ibu sairoh dan juga resti pulang ke rumah resti untuk tinggal bersama.

    "Buu...kalau boleh, bagaimana kalau ibu dan juga tari tinggal saja di rumah saya.Kebetulan saya tinggal hanya berdua dengan adik saya di rumah!"ajak resti.

     "Ahh...ngga usah neng biarlah kami tinggal di gubuk kami saja!"jawab ibu sairoh.

    "Oh iya bu tapi nanti kapan-kapan mampirlah ke rumah resti dan jangan sungkan!"ujar resti.

     "Iya neng...terima kasih!"seruu bu sairoh.

    Kemudian resti mengantarkan kembali tari beserta ibu sairoh ke rumahnya.Resti pun hampir setiap hari mampir ke rumanya bu sairoh untuk menengok dan memberikan sedikit makanan yang dia punya.Tari pun sering diajak ke rumahnya resti begitupula dengan bu sairoh.Tari dan juga bu sairoh sering diajak jalan-jalan oleh resti.Mereka sangat senang sekali dan mensyukuri atas semua yang telah alloh swt berikan kepada mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun