Mohon tunggu...
Rheznanda AkmalRizki
Rheznanda AkmalRizki Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi saya berolahraga, bermain games online, dan menonton film

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Kenaikan PPN : Apakah Sebuah Kebijakan Yang Baik Bagi Masyarakat?

29 Desember 2024   16:13 Diperbarui: 29 Desember 2024   16:11 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Pada 2025, Indonesia akan mengalami kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12%. Kenaikan ini adalah kelanjutan dari kebijakan pemerintah yang sudah dimulai pada 2022, saat PPN meningkat dari 10% menjadi 11%. Penerapan tarif baru ini tentunya menjadi perhatian banyak pihak karena berpotensi memengaruhi kehidupan ekonomi masyarakat, terutama dalam hal daya beli dan kestabilan harga barang dan jasa. Lalu, apakah kebijakan kenaikan PPN ini akan membawa manfaat atau justru menambah beban bagi masyarakat? Artikel ini akan membahas berbagai dampak dari kenaikan PPN yang direncanakan untuk diterapkan pada tahun 2025.

Apa Itu PPN dan Mengapa Kenaikannya Diperlukan?

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak konsumsi yang dikenakan atas barang dan jasa yang beredar di masyarakat. Setiap kali barang atau jasa diproduksi, dijual, atau dikonsumsi, PPN dikenakan pada transaksi tersebut. PPN adalah salah satu sumber utama pendapatan negara yang digunakan untuk mendanai berbagai program pembangunan dan belanja negara.

Kenaikan tarif PPN menjadi 12% pada 2025 merupakan bagian dari kebijakan fiskal pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan penerimaan negara, khususnya dalam rangka mendukung pembangunan infrastruktur dan memenuhi kebutuhan pembiayaan negara lainnya. Kenaikan ini juga menjadi bagian dari reformasi perpajakan yang lebih luas untuk memperbaiki ketergantungan negara pada sumber pendapatan yang lebih stabil dan transparan.

Dampak Positif Kenaikan PPN

1. Meningkatkan Pendapatan Negara

Salah satu tujuan utama dari kenaikan tarif PPN adalah untuk meningkatkan pendapatan negara. Dengan tarif yang lebih tinggi, pemerintah berharap dapat memperoleh lebih banyak dana yang akan digunakan untuk membiayai berbagai kebutuhan publik, seperti pembangunan infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan. Dana yang lebih besar ini juga dapat digunakan untuk mengurangi defisit anggaran negara, yang telah menjadi tantangan besar bagi ekonomi Indonesia.

2. Mendorong Reformasi Sistem Perpajakan

PPN adalah jenis pajak yang relatif mudah dipungut, karena langsung dikenakan pada transaksi barang dan jasa. Dengan meningkatkan tarif PPN, pemerintah juga berupaya memperbaiki sistem perpajakan yang lebih adil dan efisien. Reformasi perpajakan ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada pajak penghasilan yang lebih kompleks dan memperluas basis pajak melalui pajak konsumsi yang lebih merata.

3. Peningkatan Kepatuhan Pajak

Kenaikan PPN diharapkan dapat mendorong peningkatan kepatuhan pajak dari pelaku usaha, karena transaksi yang dikenakan PPN terjadi hampir di seluruh sektor ekonomi. Dengan sistem yang lebih transparan dan mudah dipantau, penerimaan negara melalui PPN bisa lebih optimal dan mengurangi kebocoran pajak.

Dampak Negatif Kenaikan PPN

1. Peningkatan Harga Barang dan Jasa

Dampak yang paling langsung dari kenaikan tarif PPN adalah meningkatnya harga barang dan jasa yang dikenakan pajak. Semua barang konsumsi yang termasuk dalam kategori PPN akan menjadi lebih mahal, yang langsung dirasakan oleh konsumen. Barang-barang pokok seperti makanan, transportasi, dan bahan bakar yang sangat dibutuhkan masyarakat, kemungkinan besar akan mengalami kenaikan harga yang signifikan. Ini tentu saja bisa menambah beban hidup bagi masyarakat, terutama bagi mereka yang berada dalam kelompok berpendapatan rendah dan menengah.

2. Potensi Inflasi yang Lebih Tinggi

Kenaikan tarif PPN biasanya akan diikuti oleh kenaikan harga barang dan jasa, yang pada gilirannya bisa mendorong inflasi. Inflasi yang tinggi akan mengurangi daya beli masyarakat, karena harga barang-barang yang mereka butuhkan untuk hidup sehari-hari akan semakin mahal. Jika inflasi tidak terkendali, ini bisa memperburuk kondisi perekonomian dan memperburuk kualitas hidup masyarakat, terutama di tengah situasi ekonomi yang sudah tidak menentu.

3. Beban Berat bagi Masyarakat Berpendapatan Rendah

Pajak konsumsi seperti PPN bersifat regresif, yang artinya lebih membebani masyarakat berpendapatan rendah daripada mereka yang berpendapatan tinggi. Orang yang memiliki penghasilan rendah lebih banyak menghabiskan uangnya untuk konsumsi barang dan jasa sehari-hari yang dikenakan PPN. Meskipun pemerintah bisa memberikan pengecualian atau pengurangan PPN pada beberapa barang pokok, namun dampak dari kenaikan ini akan tetap terasa lebih berat bagi kelompok masyarakat yang lebih rentan.

4. Menambah Ketimpangan Sosial

Peningkatan tarif PPN berpotensi memperburuk ketimpangan sosial yang ada di Indonesia. Masyarakat dengan pendapatan tinggi mungkin tidak terlalu merasakan dampak kenaikan PPN, karena mereka memiliki fleksibilitas untuk menyesuaikan pengeluaran mereka. Sebaliknya, masyarakat berpendapatan rendah akan kesulitan menyesuaikan pengeluaran mereka akibat kenaikan harga barang yang dipicu oleh tarif PPN yang lebih tinggi. Hal ini bisa memperlebar kesenjangan antara kaya dan miskin di Indonesia.

Apa yang Bisa Dilakukan untuk Mengurangi Dampak Negatif?

Untuk meminimalkan dampak negatif dari kenaikan PPN, pemerintah harus memperkenalkan kebijakan-kebijakan yang dapat melindungi kelompok masyarakat yang paling rentan. Beberapa langkah yang bisa dilakukan antara lain:

  1. Pemberian Subsidi atau Bantuan Sosial
    Pemerintah dapat meningkatkan program bantuan sosial, seperti bantuan langsung tunai (BLT) atau subsidi bahan pokok, yang dapat membantu masyarakat yang terdampak oleh kenaikan PPN. Ini akan meringankan beban masyarakat miskin dan menengah yang kesulitan menghadapi inflasi dan kenaikan harga.
  2. Pengecualian PPN untuk Barang dan Jasa Pokok
    Beberapa barang dan jasa yang menjadi kebutuhan dasar masyarakat, seperti sembako, obat-obatan, dan pendidikan, dapat diberikan pengecualian atau tarif PPN yang lebih rendah. Dengan cara ini, pemerintah bisa memastikan bahwa masyarakat tetap dapat mengakses barang-barang penting meskipun tarif PPN telah naik.
  3. Penguatan Program Perlindungan Sosial
    Pemerintah bisa memperkenalkan atau memperluas program perlindungan sosial untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Program ini bisa mencakup jaminan kesehatan, bantuan pendidikan, dan pelatihan keterampilan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. Dengan demikian, masyarakat yang terdampak oleh kenaikan PPN bisa lebih mudah beradaptasi.
  4. Transparansi dalam Pengelolaan Anggaran
    Agar kenaikan PPN diterima dengan baik oleh masyarakat, penting bagi pemerintah untuk memastikan bahwa dana yang diperoleh dari pajak ini digunakan dengan transparan dan akuntabel. Masyarakat perlu melihat bahwa dana tersebut digunakan untuk kepentingan publik, seperti pembangunan infrastruktur yang bermanfaat bagi banyak orang, peningkatan layanan kesehatan, dan perbaikan pendidikan.

Kesimpulan

Kenaikan tarif PPN menjadi 12% pada 2025 merupakan langkah yang berpotensi membawa manfaat dan tantangan bagi perekonomian Indonesia. Di satu sisi, kebijakan ini dapat meningkatkan pendapatan negara yang penting untuk pembangunan nasional. Namun, di sisi lain, kenaikan ini dapat meningkatkan harga barang dan jasa, serta memperburuk ketimpangan sosial, terutama bagi kelompok masyarakat berpendapatan rendah dan menengah.

Agar kebijakan ini dapat memberikan manfaat yang maksimal bagi seluruh lapisan masyarakat, pemerintah perlu mengimbangi kenaikan tarif PPN dengan kebijakan perlindungan sosial yang memadai, peningkatan transparansi dalam pengelolaan anggaran, dan pengecualian bagi barang-barang kebutuhan pokok. Dengan langkah-langkah yang tepat, kenaikan PPN bisa menjadi bagian dari strategi pembangunan jangka panjang yang berkelanjutan dan lebih inklusif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun