Namun, tentunya hal ini hanya dapat terealisasi, bila sedari awal niat para wisatawan memang sungguh-sungguh untuk edukasi dan konservasi. Rasanya akan menjadi masalah bila wisatawan tidak merasa "puas" melihat lumba-lumba robot ketimbang yang asli. Bila hal itu terjadi, maka perlu direnungkan ulang, tujuan melihat lumba-lumba itu apakah memang edukasi dan konservasi, atau sekedar gengsi dan prestise?
Kembali pada fokus robot lumba-lumba, sejauh ini idenya cukup menjanjikan. Tetapi berhubung idenya masih baru, harganya pun masih mahal. Robot lumba-lumba ini ditaksir pada harga USD 3-5 juta, jauh sangat mahal bila dibandingkan harga lumba-lumba asli di harga USD 100.000 (Johnson, 2021). Kendati demikian, dari sudut pandang ekonomi jangka panjang, robot lumba-lumba ini sebenarnya lebih menguntungkan. Hal ini dikarenakan, biaya perawatan robot lebih efisien dibandingkan lumba-lumba asli. Lumba-lumba asli perlu diberi makan, dijaga kesehatannya, diobati bila sakit, dan bila lumba-lumbanya mati tentu harus diganti yang baru. Mengganti lumba-lumba hidup pun tak murah, banyak biaya yang diperlukan seperti biaya tangkap, beli, dan transport.Â
Bayangkan dunia masa depan, ketika satwa liar dapat hidup lestari di habitatnya masing-masing. Satwa liar tak lagi perlu dicekam kepunahan, karena harus terus menerus diambil dari alam atau dibiakkan untuk keperluan pemanfaatan hiburan manusia. Peran "satwa penghibur" dapat digantikan oleh robot-robot yang wujud dan perilakunya sama persis dengan satwa aslinya. Hal ini bukan tidak mungkin, karena praktik edukasi satwa dengan menggunakan robot satwa sebetulnya sudah mulai bermunculan. Salah satunya adalah atraksi Walking With Dinosaurs Live. Hewan dinosaurus yang sudah punah pun dapat "dihidupkan" kembali, melalui teknologi robotik modern. Bukankah ini luar biasa? Bila dinosaurus yang punah saja dapat "dihidupkan" kembali, maka untuk apa mengurung satwa hidup di kandang demi hiburan semata?Â
Penulis berharap tulisan ini dapat bermanfaat sebagai tambahan informasi, dan dapat menggugah pemikiran para pembaca untuk peduli pada kesejahteraan lumba-lumba dan satwa liar lainnya. Biarkanlah mereka hidup di alamnya, mari kita jaga mereka di alam, dan kita jaga pula alamnya. Salam.
Referensi:
Daly, Natasha. (2019). National Geographic "How to do wildlife tourism right"
Johnson, Stephen. (2021). "How robots could end animal captivity in zoos and marine parks"
Maulana, Rheza. (2021). "Atraksi Lumba Semakin Dikecam Di Seluruh Dunia, Memang Apa Salahnya?"