Untuk menemukan struktur modal yang optimal, secara umum manajer menggunakan formulasi biaya modal rata-rata tertimbang atau Weighted Average Cost of Capital (WACC) yang merupakan formulasi umum dalam manajemen keuangan.Â
WACC dihasilkan dari proporsi penyesuaian tingkat utang dan modal dengan pertimbangan risiko keuangan seminimal mungkin. Â WACC bukanlah satu-satunya formulasi yang digunakan oleh manajemen dalam menentukan keputusan struktur modal optimal. Manajemen terkadang menggunakan strategi atau teori lain yang didasarkan pada insting mereka dalam menentukan struktur modal optimalnya.
Dalam menentukan struktur modal, manajer umumnya menggunakan dua istilah sebagai berikut :
a. Low Leverage, dimana proporsi utang lebih rendah daripada proporsi ekuitas dalam strutur modal.
Misalnya, jika perusahaan memiliki total aset Rp 10.000.000, maka manajer akan mengatur jumlah utang sejumlah Rp3.000.000 Â Â Â Â Â Â dan ekuitas sejumlah Rp7.000.000 .
b. High Leverage yang merupakan kebalikannya, dimana proporsi utang lebih tinggi daripada proporsi ekuitas dalam struktur modal.
Misalnya, jika perusahaan memiliki total aset Rp 10.000.000, maka manajer akan mengatur jumlah utang sejumlah Rp 8.000.000 Â Â Â Â Â dan ekuitas sejumlah Rp 2.000.000.
Penerapan struktur modal dapat bervariasi dan bersifat dinamis sesuai masing-masing jenis industri. Struktur modal yang cocok untuk industri pertambangan tentu belum tentu cocok untuk jenis industri seperti perbankan dan asuransi. Perlu dilakukan riset mendalam dalam menentukan struktur modal yang optimal pada setiap jenis perusahaan. Setiap perusahaan harus menemukan suatu struktur modal yang tidak merugikan baik pihak investor, kreditur, dan perusahaan itu sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H