Mohon tunggu...
rheynalzhr
rheynalzhr Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Brawijaya

Salah satu mahasiswa dari Uniersitas Brawijaya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menghadapi Tantangan Penyandang Disabilitas Rungu di Masyarakat Indonesia.

11 Desember 2024   00:31 Diperbarui: 11 Desember 2024   00:29 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketidaknyamanan ini sering kali diperburuk oleh komunikasi yang buruk antara tenaga medis dan pasien rungu. Jika tenaga medis tidak memiliki keterampilan komunikasi yang memadai atau tidak bersedia menggunakan metode alternatif seperti bahasa isyarat atau tulisan, pasien mungkin merasa frustasi dan putus asa saat mencoba menjelaskan kondisi mereka.

Penting bagi pemerintah dan masyarakat untuk membuat lingkungan yang lebih inklusif bagi penyandang disabilitas rungu untuk mengatasi masalah ini. Pendidikan inklusif adalah langkah pertama. Meningkatkan pengetahuan guru dan siswa tentang cara berinteraksi dengan penyandang disabilitas rungu dapat membantu menciptakan lingkungan belajar yang lebih mendukung. Oleh karena itu, anak-anak dengan gangguan pendengaran dapat merasa lebih diterima di sekolah. 

Sangat penting bagi guru dan tenaga kesehatan untuk memahami cara berkomunikasi dengan penyandang disabilitas rungu karena komunikasi yang efektif akan membantu mereka memperoleh hak-hak mereka secara penuh. Berlaku juga untuk seluruh masyarakat, tidak hanya tenaga kesehatan dan pendidikan.

Pelatihan khusus bagi tenaga kesehatan tentang cara berkomunikasi dengan pasien rungu sangat penting. Ini termasuk penggunaan bahasa isyarat dan alat bantu komunikasi lainnya agar penyandang disabilitas rungu merasa nyaman saat menerima perawatan. Dengan pelatihan ini, tenaga medis akan lebih siap untuk memberikan layanan yang berkualitas kepada pasien dengan gangguan pendengaran.

Teknologi juga dapat membantu penyandang disabilitas rungu menjadi lebih mudah diakses. Misalnya, aplikasi handphone yang memungkinkan terjemahan bahasa isyarat atau transkripsi percakapan dapat membantu penyandang disabilitas rungu berkomunikasi lebih baik dengan orang lain. Teknologi modern ini memungkinkan penyandang disabilitas rungu menjadi lebih dekat dengan masyarakat luas

Penggunaan teknologi juga mencakup pengembangan perangkat keras seperti alat bantu dengar canggih dan implan koklea yang semakin terjangkau dan efektif. Dengan kemajuan teknologi ini, banyak individu dengan gangguan pendengaran kini memiliki kesempatan lebih besar untuk berpartisipasi aktif dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam sosiologi kesehatan, disabilitas rungu adalah masalah yang signifikan yang memerlukan perhatian penuh dari semua pihak. Meskipun ada kemajuan dalam perlindungan hukum bagi penyandang disabilitas di Indonesia, stigma sosial dan kesulitan untuk mendapatkan perawatan medis masih menjadi masalah utama. Oleh karena itu, kerja sama antara pemerintah, masyarakat, dan organisasi non-pemerintah sangat penting untuk membuat lingkungan yang lebih ramah bagi penyandang disabilitas rungu sehingga mereka dapat berpartisipasi secara penuh dalam masyarakat.

Kita dapat mengharapkan masa depan yang lebih cerah bagi penyandang disabilitas rungu jika kita meningkatkan kesadaran tentang pentingnya mendukung penyandang disabilitas rungu dan menerapkan kebijakan yang inklusif di berbagai bidang kehidupan, seperti pendidikan dan kesehatan. Setiap langkah kecil menuju inklusi akan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat secara keseluruhan, termasuk penyandang disabilitas rungu sendiri.

Vector illustration for hearing loss, communication, sign language concept (Sumber: Freepik)
Vector illustration for hearing loss, communication, sign language concept (Sumber: Freepik)

Daftar Pustaka:

Cahyono, S. A. T., & Probokusumo, P. N. (2016). Hak-hak disabel yang terabaikan kajian pemenuhan kebutuhan dasar penyandang disabilitas keluarga miskin. Media Informasi Penelitian Kesejahteraan Sosial, 40(2), 93-108.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun