Pak Sarif hanya tertawa mendengar. Ekosistem pemikiran orang memang berbeda-beda. Mungkinkah tergantung iklim di tiap-tiap negara?
"Sudah seharusnya berdoa minta Tuhan memberikan musim salju," celetuk Bu Darsih pemilik warung.
"Apa hubungannya?"
"Biar bangsa kita maju dan tidak kebanyakan ngeluh!" celoteh Bu Darsih yang masih menyeduh segelas kopi untuk sopir angkot yang baru saja datang.
Meski  begitu, perbincangan itu mulai merambat kembali pada kasus Mirna. Pak Sarif terdiam. Ia tidak ingin mengambil bagian dalam perbincangan itu. Matanya justru jauh menerawang, menggambarkan sebuah kenangan yang tidak mungkin lagi terulang. Soal persetubuhan, pengadopsian Sisca, hingga ketelanjangan Mirna yang dijajaki i sumur tua.
"Di-dia ibu kandungku." Itulah keterangan terakhir yang didengar Pak Sarif dalam pengembangan kasus Mirna.
Isak tangis masih membasah di pipi. Sisca perlahan membuka titik terang atas kasus yang menimpa Mirna. Pak Sarif terdiam dan masih terus memandang kosong pada segelas kopi yang belum terkecap. Menghitam. Meski berkali-kali pula ia beradu mata di dalam segumpal remahan kopi yang kini mengambang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H