Mohon tunggu...
RhetIM
RhetIM Mohon Tunggu... Buruh - Orang biasa

Aneh ajalah. Bingung mau dibuat apa, karena ada pepatah mengatakan, tak kenal maka tak sayang..

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Keselamatan yang Kekal

1 April 2016   21:50 Diperbarui: 2 April 2016   00:11 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Efesus 2:8 (TB)  Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, 

Ada pertanyaan yang selama ini sebenarnya masih sedikit membingungkan. Kematian dan kebangkitan Yesus kemarin memang sudah lewat. Namun, hal ini juga yang memang masih belum bisa dapat diterima secara nalar oleh khalayak. Berbicara tentang Yesus, pastinya juga tidak berbicara tentang pribadi dan pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan-Nya semasa hidup.

Kontroversi tentang berita keselamatan, selalu menjadi perdebatan hingga kini. Bahkan pada ayat yang dituliskan oleh Paulus sebagai penjelasannya tentang keselamatan yang datang dari Allah itu, bukanlah hasil dari usaha manusia, masih mengundang kontroversi--tentang keselamatan itu sendiri.

Memang sebagian ada yang meyakini dengan iman, apapun yang terjadi, ia akan tetap percaya bahwasannya itu adalah firman Tuhan. Namun, ada juga sebagian yang mencoba mencari dan menyelidiki tentang keselamatan dengan maksud dan tujuan masing-masing personal.

Kita tahu, bahwa pentingnya keselamatan itu. Kejatuhan Adam dan Hawa, telah membawa semua keturunannya merasakan dosa. Pelanggaran yang dilakukannya itu, telah memisahkan dan menciptakan jarak antara manusia dan Allah.

Dosa itu petaka, ibarat jalan telah menyesatkan anak-anak manusia untuk mengenal jalan menuju Tuhan sejati.

Nah, di sinilah akan dibahas tentang arti dari keselamatan itu sendiri dengan mengutip ayat di atas--yang dituliskan oleh Paulus.

Mengapa para nabi didatangkan dan diutus oleh Allah?

Jawabannya sangat jelas untuk membimbing manusia mengenal akan Tuhannya.

Lalu, misi apakah yang dibawa oleh para nabi dalam mengabarkan ajaran-ajaran Tuhan?

Ini pun jelas, supaya manusia dapat selamat dan tidak terjebak atau terjatuh dalam perbuatan dosa.

Lantas, apakah dengan didatangkannya para nabi, maka keselamatan itu sudah ada dan kita sudah menerimanya secara mutlak?

Belum tentu, itu jawaban saya.

Kenapa?

Seperti yang kita ketahui, bahwa begitu banyak nabi yang diutus--bahkan ada pula nabi-nabi palsu di dalamnya yang mengaku sebagai utusan Tuhan--datang dan memberikan pengajaran. Namun, tidak serta merta manusia bisa dengan mudah terlepas. Menilik kisah Musa yang naik ke atas gunung untuk menerima hukum Tuhan yang dikenal sebagai hukum taurat, namun kenyataan yang terjadi pada bangsa Israel ialah memaksa Harun membuat patung lembu 🐄 emas untuk dapat mereka sembah sebagai pengganti Tuhannya Abraham, Ishak, dan Yakub.

Baru ditinggal sebentar saja itu. Setahun juga nggak ada, hihihi....

Alkitab mencatat 40 hari lamanya.

Keluaran 24:18 (TB)  Masuklah Musa ke tengah-tengah awan itu dengan mendaki gunung itu. Lalu tinggallah ia di atas gunung itu empat puluh hari dan empat puluh malam lamanya.

Lalu, apa guna para nabi datang ke dunia?

Ya, hanya sebagai petunjuk saja. Suatu petunjuk yang mengarahkan kaki kita menuju pada keselamatan yang kekal. Para nabi itu ibarat seorang guru di sekolah.

Tugas seorang guru adalah mendidik dan mengajar. Seorang guru memberi bekal pengetahuan, namun para nabi ini lebih dari sekedar pengetahuan pada umumnya. Ya, pengetahuan tentang keselamatan yang di dapat pada ajaran Tuhan yang sebenarnya.

Jika kita sependapat bahwa para nabi kita anggap sebagai guru, lalu apakah peran orang tua terhapus begitu saja?

Sekali-kali tidak! Justru disinilah peranan pentingnya. Guru yang dikenal sebagai pengajar dalam moral dan pengetahuan, namun peran orang tualah yang masih mendapat peranan paling penting dalam membentuk karakter seorang anak. Begitu hal dengan keselamatan yang didatangkan oleh Tuhan. Tentunya sebagai pencipta manusia, tidak serta merta Ia lepas tangan. Ia adalah Tuhan yang baik. Yang namanya keselamatan, pastilah didatangkan dari seorang yang kuat. Tidaklah mungkin seseorang yang jatuh ke dasar jurang, lalu ditolong oleh seorang bocah 5 tahun. Atau tidak mungkin juga seseorang itu yang terjatuh ke dasar jurang, serta merta dapat mendaki kembali dalam keadaan sehat walafiat--kecuali Superman yang baru aja tadi malam gue tonton, hihihi ... Dalam filmnya yang berjudul Batman vs Superman.

Tentunya kita tahu, jika orangtua masih berperan penting dalam mengembangkan karakter anak, baik dari segi moral dan pengetahuan, terlebih Tuhan yang memang ingin secara langsung juga mendidik kita--tanpa dibatasi lagi oleh dosa atau melalui perantara para nabi.

Kita pun juga tahu, bahwa seseorang yang membutuhkan pertolongan dan membutuhkan keselamatan itu berharap seorang pribadi yang kuat dan tangguh untuk dapat membantunya. Begitu hal dengan Tuhan. Tuhan ingin membuktikan prioritas-Nya sebagai sosok pribadi yang bertanggung jawab atas ciptaan-Nya. Tuhan juga ingin supaya kita tahu, bahwa kita adalah manusia lemah yang membutuhkan pertolongan dari sosok pribadi yang kuat. Dan itu juga hanya bisa kita dapat dari sosok Tuhan itu sendiri yang bermanifestasi menjadi manusia di dalam diri Yesus. Dan memang bahwa keselamatan itu pada akhirnya datang di dalam pribadi Yesus itu sendiri. Di dalam Yesuslah ada jalan menuju Tuhan dan kebenaran tentang Tuhan, dan juga hidup sebagaimana yang dikehendaki oleh Tuhan.

Akhir kata, benar yang diucapkan oleh Paulus, bahwasannya keselamatan itu bukanlah usaha kita, melainkan pemberian dari Allah. Mukjizat bisa dilakukan sebagai tanda bahwasannya itu adalah suatu tanda penyertaan dari Tuhan, namun keselamatan itu tetap berasal dari Allah, Tuhan kita Yesus Kristus.

 

Salam sejahtera.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun