Â
Tak digubrisnya lagi perkataan dari lelaki yang kini mendekam dibalik jeruji besi. Sebuah penyesalan, telah membayangi Sulastri sebagai istrinya yang sudah sepuluh tahun menjalani hidup bersama lelaki itu.
Â
Akibat dari pengaruh alkohol di malam itu, serta motor yang digadaikan di tempat lokalisasi--demi menutup anggaran yang tak mencukupi untuk membayar beberapa botol minuman dan juga wanita penghibur yang menemaninya--telah dianggapnya membuat pusing. Ditambah dengan kedatangan Kardi menagih janji yang memang tak pernah diharapkan.
Â
Emosi yang membuncah. Dalam gelap malam, turut matanya merasakan samar dan remang, yang tak lagi memandang Kardi sebagai kerabat yang telah banyak membantunya selama ini.
Â
Penyesalan, sebuah sikap yang datang terlambat, di saat waktu telah menyingkap segala sesuatunya yang buruk; yang telah dialami oleh beberapa segelintir orang dibalik jeruji besi. Ataukah memang, sebatas ungkapan penyesalan takkan mampu menghapus jiwa yang telah tersakiti? Entahlah, seakan tangis pun takkan mengembalikan waktu yang telah lalu--andai itu menjadi suatu permintaan.
Â
*****
Satu tahun menjalani hukuman yang dirasanya telah membuang waktu percuma. Juga, tak ada satu kerabat yang membesuk dan menilik keadaannya di dalam Hotel Prodeo. Siksaan, tekanan, dan intimidasi yang harus dilewatinya menghadapi napi yang lain, kini telah lalu sudah dan menikmati keadaannya menghirup udara bebas. Itulah sepintas yang dialami oleh tarmaji saat dirinya telah sanggup mendapati lagi hak kemanusiaannya.