Selain itu, Hutan Baluran dan Gilimanuk memiliki mitos Blok Candi Bang. Mitos ini tidak jauh berbeda dengan mitos Mbah Cuking. Mitos Blok Candi Bang bercerita tentang seseorang Bernama Datuk Syah yang dipercaya sebagai sesepuh masyarakat adat di daerah tersebut. Datuk Syah semasa hidupnya selalu mengajarkan nilai-nilai yang bijak dalam hal menjaga kelestarian dan kesuburan alam.
Kearifan lokal yang diterapkan di Taman Nasional Gunung Merapi serta Taman Nasional Baluran dan Gilimanuk menjadi bukti nyata bahwa masyarakat adat dapat memiliki pengaruh besar terhadap kelestarian alam. Pengaruh yang diberikan tidak kalah besar jika dibandingkan dengan orang yang memiliki latar belakang Pendidikan yang tinggi, misalnya para akademisi. Local wisdom dan lingkungan alam sudah seharusnya berjalan selaras dengan saling menjaga keberlanjutan satu sama lain. Taman nasional di Indonesia seharusnya menjalankan pengelolaan yang cukup baik dan efektif dengan turut melibatkan masyarakat adat. Pengelolaan dan pengambilan manfaat yang dilakukan terhadap Kawasan lindung diharapan dapat meminimalkan dampak yang mungkin akan terjadi.
Referensi:
Sinapoy, S. (2018). Kearifan Lokal Masyarakat Adat Suku Moronene dalam Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. HOLREV. Volume 2 Issue(2)
Okta Hadi Nurcahyono, & Dwi Astutik. (2018). Harmonisasi Masyarakat Adat Suku Tengger (Analisis Keberadaan Modal Sosial Pada Proses Harmonisasi Pada Masayarakat Adat Suku Tengger, Desa Tosari, Pasuruan, Jawa Timur). Dialektika Masyarakat: Jurnal Sosiologi, 2(1), 1–12.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H