Mohon tunggu...
Rhea Silva Aliifah 43222010161
Rhea Silva Aliifah 43222010161 Mohon Tunggu... Mahasiswa - Dosen Pengampu : Apollo, Prof. Dr. M. Si. Ak. / Nama : Rhea Silva Aliifah / NIM : 43222010161 / Absen : 33 / UNIVERSITAS MERCU BUANA / Fakultas : Ekonomi dan Bisnis / Jurusan : Akuntansi

Mahasiswi Universitas Mercu Buana, Rhea Silva Aliifah / 43222010161 / S1 Akuntansi / Jum'at 14.00 - 15.40 / B - 302 / Pendidikan Anti Korupsi dan Etik Apollo Prof. Dr, M. Si. Ak.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kuis 3: David Hume

14 Desember 2023   10:03 Diperbarui: 15 Desember 2023   14:52 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karena itu ilmupengetahuan tidak akan mencapai level keniscayaan paling jauh ada pada level kemungkinan.

Ada juga kritik terhadap keajaiban / mukjizat, David Hume berkata yang disebut mukjizat adalah sesuatu yang tidak kita alami yang berbeda dengan kebiasaan, beberapa kritik dari David Hume terhadap mukjizat :

  • Subyektif, tidak kolektif
  • Berdasar klaim, bukan kesempatan empiris
  • Secara psikologis manusia suka dan meyakini kejadian luar biasa
  • Terjadi ketika sains belum berkembang
  • Lebih merupakan tafsiran iman dalam rangka memperkenalkan ajaran keimanan yang baru

David Hume juga mengkritik tentang agama, yang pertama ia mengkritik deisme yang menganggap alam semesta ini mekanis belaka dengan hukum alamnya yang dihubungkan dengan Maha Kekuasaan dan Maha Kebaikan Allah SWT, namun bagaimana dengan kejahatan dan kerusakan di muka bumi? Yang disukai oleh David Hume adalah filosof, apa Tuhan tidak ingin melenyapkan kejahatan di muka bumi? Kalau tidak ingin berarti Tuhan tidak maha baik atau Tuhan ingin tapi tidak mampu, kalau tidak mampu berarti Tuhan tidak maha kuasa. Yang kedua adalah kritik atas immortalitas (kehidupan sesudah mati), kritik yang pertama untuk hidup tertib dan bermoral mengandaikan harus ada sesudah mati, kita tidak punya bukti tidak ada faktanya, rekaman, bukti konkrit bahwa hidup sesudah mati itu benar -- benar ada. David Hume mengkritik tentang agama dengan alasan tersebut. Yang ketiga ia mengkritik atas takhayul -- takhayul dalam agama, karena memang agama banyak di warnai oleh hal-hal yang ghaib atau adikodrati, kita harus mengembalikan manusia dan agama dari kenyataan adikodrati ke kenyataan kodrati yang sifatnya empiris.

Pandangan David Hume dalam bidang moral, ia memiliki teori yang unik tentang moral yang dikenal sebagai "Moral Sentiment Theories" (teori perasaan moral), biasanya orang membahas etika atau moralitas dasarnya dengan rasio atau akal, suara hati, namun David Hume berbeda ia berdasar dengan perasaan suka atau tidak suka, asumsi-asumsi nya adalah sebagai berikut :

  • Menolak segala sistem etika yang tidak berdasar pengamatan empiris. Yang dapat kita ketahui hanyalah apa yang menjadi pengalaman kita, pengalaman indrawi, dan pengalaman perasaaan dalam diri kita.
  • Tidak ada nilai mutlak objektif yang mendahului sikap kita. Sesuatu itu bernilai oleh karena kita merasa tertarik kepadanya, dan bukan sebaliknya kita merasa tertarik kepada sesuatu yang bernilai.
  • Tidak ada kewajiban moral. Kita dapat merasa setuju, bangga, gembira, jijik, benci atau malu, tetapi semua itu merupakan fakta, data, dan bukan kewajiban.

Oleh karena itu, etika harus dicari dalam diri kita sendiri : masalah baik dan buruk bukan sesuatu yang objektif, melainkan berhubungan dengan perasaan. Perasaan sebagai dasar moralitas, nilai moral diawali dari setuju atau tidak setuju. Standar moral adalah nikmat atau kegunaan, biasanya kita setuju dengan sesuatu yang menurut kita memberikan nikmat, guna, manfaat dan tidak setuju dengan yang tidak memberikan nikmat atau manfaat, jadi dasarnya perasaan penilaiannya setuju atau tidak setuju standarnya memberikan nikmat ada manfaatnya atau tidak, lalu rasio kegunaannnya untuk mengukur manfaat, itulah yang disebut moral sentiment theories. Lalu apakah moral sentiment theories ini bersifat egois? Tidak, karena kita hanya terdorong untuk mengusahakan apa yang berguna agar kita sendiri merasa nikmat, melainkan juga untuk membuat orang lain merasa nikmat serta untuk melindungi dia dari perasaan sakit. Jadi, kita juga terdorong untuk bersikap baik hati, kita merasakan kebaikan hati (Hedonisme yang tidak egois : Kita gembira kalau orang lain gembira dan kita sedih kalau orang lain tersiksa). Kemampuan untuk ikut merasakan bersam aorang lain berdasarkan simpati, dan simpati merupakan bakat alami. Secara alami kita memang makhluk sosial, maka kita mempunyai perasaan -- perasaan sosial, kita merasa nikmat menyaksikan perasan nikmat orang lain. Empat kelompok sifat moral yang positif, yaitu :

  • Yang berguna bagi masyarakat : keadilan dan kebaikan hati
  • Yang berguna bagi kita sendiri : kehendak yang kuat, kerajinan, sikap hemat, kekuatan badani, kepintaran akal, dan kemampuan rohani
  • Yang langsung menyenangkan bagi kita sendiri : watak gembira, kebesaran jiwa, watak yang luhur, keberanian, ketenangan, dan kebaikan
  • Yang langsung menyenangkan bagi orang lain : sikap tahu diri, tata krama, kesopanan, dan humor.

Pandangan David Hume tentang identitas dan atribut, identitas adalah yang kita tempelkan kepada segala sesuatu adalah fiktif, dibentuk dalam pikiran, bukan sifat khusus yang dimliki oleh apa yang kita bicarakan, maksudnya laptop ini canggih sekali, canggih adalah identitasnya. Atribut ada dalam pikiran kita, kita yang membuat kita juga yang menempelkan. Dalam pikiran David Hume "Tetaplah Menjadi Manusia" terdapat dua quotes yang pertama "Skeptisisme, mungkin secara teori tak terbantah namun bahkan seorang skeptis harus bertindak, hidup dan bercakap, sebagaimana orang lain, karena ciri manusia tidak memberinya pilihan". Quotes yang kedua adalah "Ikuti passionmu terhadap sains namun biarlah sainsmu tetap manusiawi, sehingga masih memiliki hubungan langsung dengan tindakan dan masyarakat. Jadilah filsuf namun di tengah semua filsafatmu, tetaplah jadi manusia".

David Hume menginginkan kita menjadi manusia yang normal, ia berhasil menangkap sebuah faktor kunci mengenai sifat manusia, ia menenmukan bahwa kita lebih terpengaruh oleh perasaan daripada akal. Dari satu sudut pandang, hal ini adalah sebuah hinaan yang besar kepada rasa harga diri kita. Tetapi Hume berpikir kalau kita mampu menangani fakta mengejutkan ini dengan baik, kita akan mampu, baik secara kolektif maupun individual, menjadi jauh lebih tenang dan lebih bahagia, ketimbang kalau kita melawan fakta.

Filsafat Hume didasari pada satu pengamatan yang amat tajam, bahwa hal terpenting yang harus kita dahulukan dalam hidup adalah perasaan dan bukan rasionalitas. Kesimpulan ini memang terdengar aneh, kita terbiasa mengasumsikan bahwa kita seharusnya melatih pikiran kita agar menjadi serasionalitas mungkin, agar kita mendasarkan diri kita pada bukti serta pemikiran logis sambil berkomitmen bahwa kita akan menjauhkan perasaan kita dari pikiran kita. Tetapi Hume menekankan bahwa terlepas dari apapun yang kita kehendaki sebagai sasaran, tetap saja akal budi adalah budak dari emosi. Kita lebih termotivasi oleh perasaan kita daripada hasil analisis dan logika yang jauh lebih lemah. Hanya sedikit dari berbagai hal yang kita percaya berdasar pada investigasi rasional atas fakta -- fakta. Kita memutuskan apakah seseorang pantas dikagumi, apa yang kita lakukan saat waktu luang, apa yang kita anggap sebagai karir yang sukses, atau siapa yang kita cintai, dengan berdasar pada perasaan dan bukan hal yang lain. Akal budi hanya membantu sedikit saja tetapi faktor penentunya terikat erat dengan kehidupan emosional kita. Dengan passion kita, sebagaimana dikatakan Hume.

Orang - orang harus belajar agar lebih bijaksana, lebih sabar, lebih damai dengan diri mereka sendiri, dan tidak terlalu takut dengan orang lain. Tetapi, hal ini membutuhkan sistem edukasi yang menitikberatkan pada perasaan dan bukan pada hal akal budi. Inilah mengapa Hume begitu percaya pada peran dan kepentingan intelektual publik. Kaum intelektual publik adalah orang-orang yang tidak seperti dosen di universitas yang amat di benci oleh Hume, harus menggelorakan keterlibatan dalam ide-ide, kebijaksanaan, dan pengetahuan, dengan berdasar pada perasaan. Karena mereka baru punya uang ketika mereka sukses. Inilah mengapa mereka harus menulis dengan baik menggunakan contoh- contoh yang jelas dan menarik, bertindak dengan bijak dan mampu menarik hati orang.

Pendapat Hume adalah bahwa kalau kita ingin mengubah keyakinan orang lain, berdebat dengan mereka seperti dosen filsafat pada umumnya bukanlah strategi yang paling efektif. Ia menunjukkan bahwa kita harus mencoba mengubah perasaan dengan simpati, meyakinkan kembali, memberikan contoh baik, memberi semangat serta apa yang disebutnya sebagai seni. Baru setelah itu, dan hanya untuk orang- orang yang paling gigih, kita harus coba untuk meyakinkannya berdasarkan fakta dan logika. Temapt terpenting Hume menggunakan ide ini, memprioritaskan perasaan di atas akal budi, adalah dalam hubungannya dengan agama. Hume tidak berpikir bahwa keyakinan kepada Tuhan adalah sesuatu yang rasional. Maksudnya, Hume tidak berpikir ada argumen yang jelas dan logis yang mendukung keberadaan Tuhan. Ia sendiri tampaknya mengambang antara agnostisisme halus yaitu "mungkin ada Tuhan, saya tidak yakin" dan teisme halus, yaitu "Tuhan memang ada, tetapi tidak terlalu banyak pengaruhnya bagi saya kalau pun ada". Namun, ide mengenai Tuhan yang membalaskan dendam, Tuhan yang siap untuk membalas manusia dalam kehidupan selanjutnya karena tidak memercayai-Nya  di kehidupan yang ini, dianggapnya sebagai takhayul yang jahat. Poin utama Hume adalah bahwa keyakinan agama bukanlah merupakan hasil dari akal budi. Maka, berdebat mengenai keyakinan, dengan berdasar pada fakta tidak menyentuh isu intinya. Meyakinkan seseorang agar memercayai atau tidak memercayai sesuatu dengan argumen -- argumen yang di pikirkan dengan baik tampaknya kurang menarik bagi Hume. Inilah mengapa Hume merupakan pembela garda depan konsep toleransi beragama. Kita tidak boleh menganggap bahwa orang -orang yang tidak setuju dengan kita perihal keyakinan sebagai orang - orang yang rasional namun hanya salah berpikir, dan dengan demikian harus dibetulkan, namun sebagai makhluk yang berperasaan dan tunduk pada perasaan yang harus dibiarkan sepanjang mereka juga memberikan kita dalam damai. Mencoba berdebat secaara rasional mengenai agama menurut Hume merupakan kebodohan dan kesombongan tertinggi. Hume adalah seseorang yang secara teknis diistilahkan sebagai seorang skeptis.

Filsafat Hume selalu ditampilkan sebagai suatu percobaan untuk menjawab pertanyaan pribadi, Apa itu hidup yang baik? Ia ingin mengetahui bagaimana sifatnya sendiri dan sifat orang lain di sekitarnya dapat dipengaruhi ke arah yang lebih baik. Hal yang aneh pada dirinya sebagai seorang filsuf, adalah bahwa ia tidak merasa bahwa praktik filsafat tradisional dapat benar -- benar membantu. Meskipun ia memang berpendidikan, secara garis besar ia adalah orang yang kakinya berpijak pada dunia. Selama beberapa tahun, ia menjadi penasihat bagi duta besar Inggris di Paris. Duta besar ini menyambut kebijaksanaannya. Ia amat disukai oleh orang -- orang di sekitarnya. Ia dikenal oleh orang Prancis sebagai 'Le Bon David', seorang pembicara yang manusiawi dan baik yang banyak diundang untuk makan malam. "Jadilah seorang filsuf, tetapi di tengah -- tengah filsafatmu, tetaplah jadi manusia". Itulah cara Hume hidup. Ia tidak hidup secara terisolasi dalam sebuah biara atau menara gading, tetapi persis di tengah -- tengah manusia lain. Saat makan, ia suka ayam bakar, berbicara mengenai cinta dan karir, dan bermain backgammon.   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun