Mohon tunggu...
Rhaylandieqa Alva
Rhaylandieqa Alva Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Selamat Membaca :)

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Seorang Wanita yang Meninggalkan Mimpinya demi Keluarganya

16 Oktober 2024   01:05 Diperbarui: 16 Oktober 2024   01:17 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sebuah kota kembang yang dikelilingi oleh pegunungan hijau, hiduplah seorang wanita muda bernama Shierien. Sejak kecil, Shierien yang biasa di panggil Erin memiliki bakat luar biasa dalam bernyanyi. Suaranya yang merdu sering mengisi udara di rumahnya, membuat semua orang terpesona. Ia bermimpi menjadi penyanyi terkenal, menghibur banyak orang dengan lagu-lagunya. Namun, kehidupan sering kali tidak sesuai dengan harapan.

Erin tumbuh dalam sebuah keluarga sederhana. Ayahnya, Pak Ferry, bekerja sebagai driver ojek online, sementara ibunya, Bu Sarnie, memilki usaha laundry dan harus merawat dua adiknya Marvin dan Verina. Keluarga mereka hidup dari jerih payah ayah dan ibunya, dan setiap hari adalah perjuangan untuk memenuhi kebutuhan dasar.

Erin memutuskan bersekolah di SMK Farmasi BPK Penabur agar suatu hari Erin tidak perlu melanjutkan pendidikanya dan memilih langsung bekerja untuk membantu perekonomian keluarganya. Setelah jerih payahnya selama 3 tahun, Erin berhasil lulus dari SMK Farmasi BPK dan mendapat nilai yang memuaskan.

Erin tahu bahwa mimpinya untuk menjadi penyanyi harus ditunda. Ia tidak bisa membiarkan ayah dan ibunya berjuang menghidupi kedua adiknya. Dengan penuh rasa tanggung jawab, Erin memutuskan untuk mengambil pekerjaan di Apotek Sumber Sehat sebagai asisten apoteker. Setiap hari, ia melayani pelanggan dengan senyuman meski hatinya terasa berat.

Meskipun pekerjaannya melelahkan, Erin tetap memperjuangkan mimpinya sebagai penyanyi dengan mengambil pekerjaan paruh waktu sebagai penyanyi dalam acara pernikahan maupun ulang tahun. Suaranya yang merdu sering kali menghibur para tamu undangan. Dalam hati kecilnya, Erin berharap bisa menjadi penyanyi terkenal.

Namun, karena tidak banyak penawaran untuk bernyanyi, akhirnya Erin melanjutkan pekerjaannya sebagai asisten apoteker. Ia merasa bersalah jika meninggalkan pekerjaan sebagai asisten apoteker dan memilih untuk bekerja paruh waktu sebagai penyanyi karena penghasilan yang tidak tentu. Keluarganya membutuhkan dukungannya.

Suatu malam, saat sedang bersantai di ruang tamu setelah makan malam, kedua adiknya meminta uang jajan kepada Erin. Dengan penuh kasih sayang, Erin pun memberikan uang hasil jerih payahnya bekerja di apotek. Melihat senyum di wajah adik-adiknya membuatnya mengerti jika ia meninggalkan pekerjaannya sebagai asisten apoteker dan memilih menjadi penyanyi maka akan mehilangkan kebahagian kedua adiknya.

Beberapa bulan kemudian, sebuah kesempatan datang menghampiri Erin. Di tempat dia bergereja diadakan audisi untuk melayani di bagian vocal. Tanpa berpikir Panjang Erin memutuskan untuk mengikuti audisi itu karena kecintaanya terhadap menyanyi .

Hari audisi tiba dan jantungnya berdegup kencang. Ketika gilirannya tiba, Erin melangkah ke panggung dengan rasa percaya diri yang baru ditemukan. Melodi piano berbunyi menandakan intro. Ketika Erin bernyanyi, suaranya menggema di dalam ruangan, menarik perhatian semua juri.

Setelah penampilannya selesai, tepuk tangan para juri meriah membuat Erin terharu. Meskipun ia tidak mengetahui hasil dari audisi tersebut, penampilannya berhasil menghasilkan komentar positif dari para juri.

Erin merasa harapannya mulai muncul kembali. Namun, ia tahu bahwa prioritas utamanya adalah keluarganya. Dengan bijaksana, ia memutuskan untuk tetap bekerja sambil menunggu keputusan hasil audisi.

Hari yang di tunggu tiba, hasil audisi dikirimkan melalui email. Dengan hati yang penasaran Erin langsung membuka email dan terkejut dengan hasil yang dia terima. Erin menangis terharu bahagia karena dia berhasil lolos audisi dan bisa menjadi pelayan dalam bidang vocal.

Seiring waktu berlalu, Erin berhasil menemukan keseimbangan antara pekerjaan dan mimpinya. Ia mulai merekam beberapa lagu di waktu luangnya dan membagikannya di media sosial.

Erin belajar bahwa terkadang kita harus meninggalkan mimpi kita demi orang-orang yang kita cintai. Namun dengan tekad dan tuntunan Tangan Tuhan, mimpi untuk bisa bernyanyi hidup kembali dengan cara yang tak terduga. Kini ia tidak hanya menjadi penyanyi; tapi ia menggunakan bakatnya untuk memuji dan menyembah Tuhan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun