Mohon tunggu...
Raa Tyas Putri
Raa Tyas Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Ilmu Hukum UT Makassar

Fiat justitia ruat coelum atau fiat justitia pereat mundus - sekalipun esok langit akan runtuh, meski dunia akan musnah, atau walaupun harus mengorbankan kebaikan, keadilan harus tetap ditegakkan.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Senja di Ujung Impian

29 Agustus 2024   10:00 Diperbarui: 29 Agustus 2024   10:06 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Kamu, baru pulang, Nak?” Wanita yang kini terlihat semakin tua itu muncul dari balik tirai sebuah bilik. 

Faiz tersenyum dan mengangguk. “Ibu tidur saja, Faiz mau membersihkan badan sedikit terus istirahat juga.”

Wanita ini mengusap bahu anak semata wayangnya. Tersirat luka dan kesedihan dari netra renta itu. Ia terus menatap wajah Faiz. Jauh dalam lubuk hati Faiz juga merasakan hal yang sama, kehilangan sosok bapak membuat ia dan sang ibu seperti kehilangan semangat. 

Langit di luar sana semakin kelam, dingin menyusup dari balik lubang-lubang gubuk yang memang sebenarnya sudah tidak layak huni. Faiz dan ibunya terlelap dalam pelukan sunyi. Lelah memaksa mereka beristirahat dari memikirkan nasib, hanya bisa berharap bila esok ada keajaiban untuk mereka.

*

Hari ini, adalah hari terakhir ujian nasional. Terdengar riuh rendah kegembiraan di sekolah Faiz, mereka bisa bernapas lega setelah melewati ujian tersebut. Sementara teman-temannya bergembira, tidak demikian dengan Faiz. Dia malah termenung sendiri di koridor depan kelasnya.

Lagi, lagi dan lagi, pikiran Faiz masih berpusat pada mimpi menjadi seorang tentara Angkatan Udara. Remaja yang sudah beranjak dewasa ini tidak pernah surut bermimpi menjadi seorang tentara Angkatan Udara. Di pundak Faiz kini memikul tanggung jawab menjadi tulang punggung pengganti mendiang sang bapak sebagai anak laki-laki tunggal.

Sungguh rasa putus asa, marah, dan kecewa pada takdir menyelimuti hati Faiz. Sesekali ia menghela napas berat, mengusap wajah dengan kedua telapak tangannya. Ia hanya mampu meratap dalam hati, “Apakah orang miskin seperti kami tidak berhak meraih mimpi yang tinggi, ya Allah?”

Semua usaha yang telah Ia lakukan sejak SMP kembali terulang dalam ingatan Faiz. Mengumpulkan uang sedikit demi sedikit, usahanya untuk menghapal 30 juz Alquran di bawah bimbingan Ustadz Hanan, juga berusaha mati-matian mempertahankan prestasi baik akademik maupun organisasi dan pencak silatnya. Kala itu ia sama sekali tidak merasa lelah, karena ada mimpi yang ingin ia capai. Setidaknya Faiz ingin membuat kedua orang tuanya hidup layak dan lepas dari jerat kemiskinan serta membanggakan mereka dengan seragam Angkatan Udara. 

“Ya Allah, hanya Engkau Yang Maha Tahu apa yang terbaik untuk umatMu,” desis Faiz. Matanya mulai memanas, sepertinya mendung mulai menggelayut di wajah Faiz.

*

Akankah pemuda ini mampu meraih impiannya? Siapakah pria yang tidak sengaja ia temui di supermarket malam itu? (Bersambung) 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun