Cengkeh terkenal sebagai komoditi ekspor sekaligus memiliki peran penting pada industri rokok kretek. Sudah sejak lama industri cengkeh sendiri merupakan bagian integral dari komoditi agraria di Indonesia.Â
Namun, perlu diingat jika di balik kilauan ekonomi tersebut, ada para petani dan pemetik cengkeh yang bekerja keras di perkebunan dan menjadi ujung tombak industri ini. Hanya saja hasil yang mereka peroleh sering kali tidak seimbang dengan jerih payahnya.
Belakangan ini telah terjadi penurunan harga cengkeh yang signifikan dan menjadi mimpi buruk bagi para petani juga pemetik cengkeh. Kondisi tersebut tidak hanya berdampak pada pendapatan mereka, tetapi berpengaruh juga pada kesejahteraan dan masa depan mereka. Harga yang tidak sebanding dengan kerja keras mereka itu menekan para petani dan pemetik cengkeh dalam kehidupan sehari-hari.
Berbeda dengan para petani cengkeh, sebagian besar pemetik cengkeh berasal dari keluarga kurang mampu. Mereka memanjat cengkeh dengan tangga bambu tanpa menggunakan tali pengaman selama berjam-jam.Â
Selain risiko terjatuh dari tangga bambu yang tingginya bisa mencapai lebih dari tiga meter, bahaya dari paparan zat kimia pestisida, atau masalah kesehatan lainnya harus mereka hadapi setiap hari.
Tidak jarang upah yang mereka terima tidak sebanding dengan beban kerja dan risiko yang mereka hadapi. Sistem bagi hasil dalam pemberian upah para pemetik dengan pemilik kebun atau petani cengkeh, bergantung dari harga pasaran yang dikeluarkan oleh komunitas tengkulak atau pasar global.Â
Namun, karena kondisi harga pasar yang tidak stabil membuat pemilik kebun sulit memberikan upah tinggi bagi para pemetik, hal tersebut membuat kerja keras mereka terlihat tidak sebanding dengan risiko yang mereka tanggung.
Seperti yang terjadi di kec. Sinjai Selatan, kab. Sinjai, Sulawesi Selatan, beberapa pemetik cengkeh terpaksa dirawat di PKM Samaenre karena terjatuh dari tangga bambu ketika sedang memanjat cengkeh.Â
Hal ini membuktikan bahwa komoditi cengkeh yang menjadi salah satu bintang utama bidang ekspor serta industri, memiliki sisi gelap dan seringkali luput dari perhatian.Â
Ketika harga cengkeh di pasaran turun drastis, penghasilan pemetik otomatis ikut menyusut. Anjloknya harga cengkeh dapat dikatakan langsung berdampak pada pendapatan pemetik. Sehingga menyebabkan ketidakstabilan ekonomi keluarga mereka, karena pendapatan yang sudah rendah semakin tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan dasar.
Dampak jangka panjang dari penurunan harga ini dapat merusak kualitas hidup komunitas pemetik cengkeh serta petani cengkeh sebagai pemilik kebun.Â
Seperti yang telah diketahui sebelumnya jika pemberian upah pemetik cengkeh adalah bagi hasil dengan petani pemilik kebun. Upah pemetik biasanya dihitung dengan jumlah liter yang berhasil mereka petik, sedangkan para petani menjual kepada pedagang dengan takaran kilogram.Â
Jika harga komoditi cengkeh anjlok, maka pemilik kebun juga tidak dapat memberikan upah yang layak untuk para pemetik. Sehingga hal tersebut akan berdampak pada kesejahteraan keluarga para pemetik cengkeh.
Petani dan pemetik cengkeh, berada di tingkat paling bawah rantai pasok dan tidak memiliki suara dalam menentukan harga jual. Pasar global dan kekuatan para pemain besar dalam industri sangat mempengaruhi mekanisme harga cengkeh. Sedangkan petani dan pemetik hanya menerima harga yang ditentukan oleh pasar, yang sering kali tidak adil dan jauh di bawah nilai kerja mereka.
Komunitas petani dan pemetik pun terjebak dalam sistem yang tidak berpihak kepada mereka, di mana keuntungan besar hanya dinikmati oleh segelintir orang di atas. Hal itu disebabkan oleh perilaku tengkulak dan pengusaha besar yang sering kali menekan harga di tingkat petani dan menambah beban bagi para pemetik.
Regulasi yang melindungi harga cengkeh di tingkat petani dan pemetik harus segera diterapkan. Oleh karena itu, intervensi pemerintah sangat dibutuhkan untuk mengatasi hal ini, sehingga dapat mengontrol harga pasaran cengkeh yang dikeluarkan oleh tengkulak dan pengusaha besar.Â
Selain itu, pemberdayaan dan pendidikan bagi pemetik cengkeh sangat penting agar mereka dapat lebih mandiri secara ekonomi dan tidak bergantung pada sistem yang menindas.
Dengan membangun jaringan pemasaran yang lebih adil, petani dan pemetik cengkeh dapat memperoleh harga yang lebih baik dan berkeadilan. Inisiatif komunitas dan koperasi juga perlu diperkuat untuk mengurangi ketergantungan pada tengkulak.
Perlindungan bagi para pemetik cengkeh harus menjadi prioritas, bukan hanya untuk menjaga keberlanjutan industri cengkeh, tetapi juga untuk menjamin kehidupan yang lebih baik bagi mereka yang bekerja keras di lapangan. Pemetik cengkeh adalah pilar utama yang sering kali tidak terlihat dalam industri ini, dan kesejahteraan mereka sering kali terabaikan.
Sudah saatnya pemerintah, masyarakat, dan industri bekerja sama untuk menciptakan kondisi yang lebih adil bagi pemetik cengkeh. Dengan demikian, kita dapat berharap agar kondisi kerja dan kesejahteraan para pemetik cengkeh di masa depan akan jauh lebih baik dari saat ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H