Mohon tunggu...
Regita Ayu Lestari
Regita Ayu Lestari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ekonomi Pembangunan

Seorang mahasiswa ekonomi yang bersemangat untuk memahami dinamika pasar dan kebijakan ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penguatan SDM Melalui Komunikasi Dialogis dalam Menekan Angka Pengangguran

31 Oktober 2023   17:00 Diperbarui: 31 Oktober 2023   17:10 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perbandingan jumlah penduduk Indonesia dengan lapangan kerja yang tersedia.

Setiap tahunnya, lebih dari 93 juta individu baru lahir, menambah populasi dunia yang saat ini sudah mencapai lebih dari 5,5 miliar orang. Dari pertambahan penduduk tersebut, sekitar 82 juta berasal dari negara-negara dunia ketiga. Lonjakan populasi dalam skala sebesar ini belum pernah tercatat dalam sejarah sebelumnya. Namun, masalah pertumbuhan populasi bukan hanya tentang angka belaka; ini juga berkaitan dengan kesejahteraan manusia secara global dan kepentingan pembangunan. Pertumbuhan populasi yang begitu cepat mengakibatkan masalah serius terhadap kesejahteraan manusia di seluruh dunia.

Dalam teori Malthus, dikemukakan bahwa meskipun jumlah penduduk terus meningkat, hal ini bisa diimbangi dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Seperti yang kita tahu, untuk mencapai tingkat kesejahteraan yang lebih baik, orang memerlukan pekerjaan agar kebutuhan mereka terpenuhi. Oleh karena itu, kesimpulannya adalah bahwa jumlah penduduk harus seimbang dengan jumlah lapangan kerja yang tersedia. Namun, pada kenyataannya, masih banyak daerah yang menghadapi masalah pengangguran yang tinggi, tidak sejalan dengan teori tersebut.

Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penduduk di Indonesia pada Tahun 2022 mencapai 275,77 juta orang, yang masuk Angkatan kerja 135 juta orang, dalam keseluruhan penduduk yang masuk angkatan kerja terdapat 8,4 juta orang yang belum memiliki pekerjaan (pengangguran). Pada Tahun 2023 jumlah penduduk di Indonesia mencapai 278,70 juta orang, yang masuk Angkatan kerja 138 juta orang, dalam keseluruhan penduduk yang masuk angkatan kerja terdapat 7,9 juta orang yang belum memiliki pekerjaan (pengangguran).

Semakin banyak orang yang mencari pekerjaan di suatu wilayah, semakin tinggi tingkat penawaran tenaga kerja. Namun, jika peningkatan ini tidak diimbangi dengan pertumbuhan peluang pekerjaan, maka pengangguran dapat muncul. Di samping itu, semakin banyak orang yang tersedia untuk bekerja, semakin besar potensi pendukung bagi populasi yang tidak aktif secara ekonomi, sehingga angka ketergantungan akan cenderung menurun. Namun, untuk mencapai hasil ini, perlu adanya cukup peluang pekerjaan yang tersedia. Semua ini mengindikasikan adanya ketidakseimbangan antara jumlah penduduk dan jumlah lapangan kerja yang ada.

Jumlah pengangguran di indonesia.

Menurut data dari Trading Economy, Indonesia saat ini memiliki tingkat pengangguran kedua tertinggi di kawasan Asia Tenggara pada tahun ini. Pada bulan Februari 2023, tingkat pengangguran di Indonesia mencapai 5,45%. Namun, menurut informasi yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), angka pengangguran tersebut mengalami penurunan jika dibandingkan dengan Februari 2022, di mana tingkat pengangguran pada waktu itu mencapai 5,83%. BPS juga mencatat bahwa jumlah orang yang menganggur di Indonesia pada bulan Februari 2023 sebanyak 7,99 juta orang. Hal ini mengalami penurunan sekitar 410 ribu orang jika dibandingkan dengan Februari 2022.

Dampak pengangguran sangat luas hingga dapat menjadi tindak pidana.

Pengangguran yang meluas dapat memiliki dampak yang sangat serius dalam masyarakat, meskipun secara umum tidak dianggap sebagai tindak pidana. Ketika banyak orang tidak memiliki pekerjaan, ini dapat mengakibatkan peningkatan kemiskinan, ketidakstabilan sosial, dan masalah kesejahteraan yang meningkat. Hal ini juga bisa menjadi faktor pemicu gangguan sosial, seperti peningkatan tindak kejahatan. Selain itu, pengangguran yang tinggi dapat mengakibatkan beban fiskal pada pemerintah karena pengeluaran tambahan untuk tunjangan pengangguran dan program kesejahteraan. Meskipun pengangguran bukan tindak pidana dalam arti hukum, ada kemungkinan bahwa dalam situasi ekstrem, keadaan tersebut dapat memicu tindakan kriminal oleh individu yang putus asa.

Salah satu faktor meningkatnya pengangguran adalah kurangnya komunikasi dialogis.

Kurangnya komunikasi dialogis memiliki dampak yang signifikan terhadap meningkatnya pengangguran dalam masyarakat. Ketika berbagai pihak, seperti pemerintah, perusahaan, dan masyarakat, gagal berkomunikasi secara efektif, konsekuensinya bisa beragam. Hubungan yang kurang efektif antara pemerintah dan sektor swasta dapat menghambat kemampuan pemerintah dalam merancang dan melaksanakan kebijakan yang mendukung pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja. 

Hal ini bisa mengakibatkan kebijakan yang tidak sesuai dengan kebutuhan perusahaan atau masyarakat. Kurangnya komunikasi yang dialogis juga dapat berdampak pada individu dan pekerja potensial. Tanpa akses yang memadai kepada informasi tentang peluang pekerjaan, permintaan akan keterampilan tertentu, atau perkembangan pasar kerja, individu mungkin kesulitan dalam memilih jalur karir yang sesuai atau memperoleh keterampilan yang dibutuhkan. 

Hal ini bisa menyebabkan kesenjangan antara lulusan dan pekerjaan yang tersedia, yang pada akhirnya dapat meningkatkan tingkat pengangguran di antara lulusan baru. Selain itu, ketidakmampuan berbagai pihak untuk berkomunikasi dengan efektif juga dapat menghambat kemampuan masyarakat dalam menangani perubahan ekonomi dan teknologi yang cepat. Dalam era globalisasi dan inovasi, ketidakmampuan untuk beradaptasi secara efektif bisa membuat sektor pekerjaan tertentu menjadi tidak relevan, berpotensi meningkatkan pengangguran di sektor-sektor tersebut.

Pengertian komunikasi dialogis.

Komunikasi dialogis adalah suatu bentuk komunikasi yang melibatkan interaksi aktif antara dua atau lebih individu atau pihak. Dalam komunikasi jenis ini, terdapat pertukaran gagasan, pandangan, informasi, dan emosi antara pihak-pihak yang terlibat dalam percakapan atau dialog. Hal yang membedakan komunikasi dialogis dengan komunikasi monolog adalah adanya interaksi timbal balik, di mana setiap pihak secara aktif merespons pesan yang disampaikan oleh pihak lain. Tujuan utama dari komunikasi dialogis adalah menciptakan saling pengertian, pemahaman, dan keterlibatan yang mendalam di antara pihak-pihak yang terlibat. 

Komunikasi jenis ini sering digunakan dalam berbagai konteks, termasuk dalam hubungan interpersonal, bisnis, pendidikan, penyelesaian konflik, dan banyak situasi lainnya di mana komunikasi efektif menjadi kunci untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Komunikasi dialogis membentuk SDM yang unggul tangguh dan berkualitas baik secara fisik maupun mental.

Komunikasi dialogis memiliki peran penting dalam pembentukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul, tangguh, dan berkualitas baik, baik dari segi fisik maupun mental. Dalam komunikasi dialogis, individu terlibat dalam interaksi yang aktif, memungkinkan mereka untuk berbagi gagasan, pandangan, informasi, dan emosi secara efektif. Ini menghasilkan pemahaman diri yang lebih baik, membantu individu memahami nilai-nilai dan aspirasi pribadi mereka. Di samping itu, komunikasi dialogis mengembangkan keterampilan komunikasi yang mencakup mendengarkan aktif, berbicara dengan jelas, dan merespons dengan tepat.

Hal ini tidak hanya membantu individu berinteraksi secara efektif dalam lingkungan sosial, tetapi juga memperkuat hubungan sosial mereka, berkontribusi pada kesejahteraan mental. Kemampuan untuk mengatasi konflik dengan baik juga merupakan hasil positif dari komunikasi dialogis, yang memiliki dampak positif pada kesejahteraan fisik dan mental. Selain itu, komunikasi dialogis mendorong pembelajaran aktif dan inovasi, yang mendukung pertumbuhan mental dan emosional individu. 

Dalam hal kesehatan fisik, komunikasi dialogis memfasilitasi pembicaraan tentang perawatan diri, pola makan yang sehat, dan gaya hidup aktif, yang semuanya berkontribusi pada kesehatan fisik yang lebih baik. Dengan demikian, komunikasi dialogis menjadi kunci dalam membentuk SDM yang unggul, baik dari segi fisik maupun mental, dan membantu individu mencapai potensi mereka secara menyeluruh.

Dengan adanya SDM yang berkualitas maka akan menekan angka pengangguran yang ada di Indonesia

Kehadiran Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas berperan penting dalam upaya menekan angka pengangguran di Indonesia. SDM berkualitas memiliki keterampilan, pengetahuan, dan daya saing yang lebih baik, membuat mereka lebih mudah ditempatkan di pasar tenaga kerja yang kompetitif. Mereka cenderung mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan mereka, mengurangi tingkat pengangguran. Selain itu, SDM berkualitas juga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dengan menciptakan lapangan kerja, memulai bisnis, dan berkontribusi pada inovasi. Mereka memiliki potensi untuk menggerakkan sektor ekonomi yang mempekerjakan banyak orang, membantu menciptakan peluang kerja baru.

Di samping itu, SDM berkualitas dapat memajukan sektor ekonomi berbasis pengetahuan, yang berpotensi menciptakan peluang pekerjaan di industri yang memerlukan keahlian tinggi. Dalam konteks global, SDM berkualitas juga dapat membuat Indonesia lebih menarik bagi investor asing, yang dapat membawa investasi dan menciptakan peluang kerja. Dengan demikian, peningkatan kualitas SDM menjadi elemen penting dalam upaya menekan angka pengangguran dan mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di Indonesia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun