Demokrasi di Indonesia adalah sistem pemerintahan yang didasarkan pada kedaulatan rakyat, sebagaimana tercantum dalam Pasal 1 Ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945: "Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar." Namun, penerapan demokrasi di Indonesia telah mengalami berbagai fase dan perubahan sesuai dengan situasi politik, sosial, dan ekonomi. Berikut ini penjelasan lengkapnya:
Prinsip Dasar Demokrasi di Indonesia
1. Kedaulatan Rakyat: Rakyat memiliki peran utama dalam menentukan arah pemerintahan.
2. Pemilihan Umum: Pemilu dilaksanakan secara berkala untuk memilih pemimpin negara dan wakil rakyat.
3. Pemisahan Kekuasaan: Kekuasaan negara dibagi menjadi eksekutif, legislatif, dan yudikatif.
4. Kebebasan dan Hak Asasi Manusia: Hak rakyat, seperti kebebasan berpendapat dan berkumpul, dilindungi oleh konstitusi.Demokrasi di Indonesia merupakan salah satu eksperimen politik terbesar di dunia. Sebagai negara dengan jumlah penduduk keempat terbesar di dunia dan memiliki keanekaragaman budaya, agama, serta bahasa yang luar biasa, Indonesia menawarkan model demokrasi yang unik.Â
Sejak reformasi 1998, demokrasi Indonesia telah mengalami berbagai perkembangan dan menghadapi beragam tantangan. Dalam opini ini, akan dibahas perjalanan demokrasi di Indonesia, keberhasilannya, serta tantangan yang masih dihadapi dalam mewujudkan demokrasi yang substantif.
Perjalanan Demokrasi di Indonesia
Demokrasi di Indonesia memiliki sejarah panjang yang penuh dinamika. Ketika Indonesia merdeka pada tahun 1945, para pendiri bangsa memilih bentuk pemerintahan demokrasi sebagai landasan sistem politik negara. Namun, perjalanan awal demokrasi tidak selalu mulus.Â
Masa demokrasi parlementer (1949--1959) diwarnai oleh ketidakstabilan politik akibat banyaknya partai yang bersaing, yang seringkali memecah fokus dalam pengambilan keputusan.
Pada tahun 1959, Presiden Soekarno memberlakukan Demokrasi Terpimpin yang menciptakan sentralisasi kekuasaan di bawah presiden. Kebijakan ini menandai berakhirnya demokrasi parlementer dan munculnya pemerintahan otoriter.Â
Era Orde Baru (1966--1998) di bawah Soeharto kemudian menggantikan sistem tersebut, menghadirkan stabilitas politik tetapi dengan mengorbankan kebebasan politik. Demokrasi kala itu hanya formalitas, dengan kekuasaan presiden yang hampir tidak terbatas dan pemilu yang manipulatif.
Reformasi 1998 menjadi titik balik dalam perjalanan demokrasi Indonesia. Setelah jatuhnya Soeharto, sistem politik Indonesia mengalami desentralisasi kekuasaan, pemilihan langsung untuk kepala negara dan daerah diperkenalkan, serta kebebasan pers dan kebebasan berpendapat dijamin. Namun, perjalanan demokrasi pasca-reformasi juga menghadapi berbagai tantangan, baik dari segi praktik maupun substansi.
Keberhasilan Demokrasi Indonesia
Sejak reformasi, demokrasi di Indonesia telah menunjukkan beberapa keberhasilan yang signifikan. Pertama, transisi kekuasaan secara damai melalui pemilu langsung merupakan pencapaian besar. Dalam dua dekade terakhir, Indonesia telah mengadakan beberapa pemilu nasional yang dianggap bebas dan adil, termasuk pada tahun 2014 dan 2019, di mana para kandidat dari berbagai latar belakang bersaing secara terbuka.
Kedua, kebebasan pers menjadi salah satu pilar penting demokrasi Indonesia. Media telah menjadi ruang bagi masyarakat untuk menyuarakan aspirasi dan mengkritik kebijakan pemerintah. Meskipun terdapat upaya untuk membatasi kebebasan ini, ruang diskusi publik tetap relatif terbuka dibandingkan masa Orde Baru.
Ketiga, partisipasi masyarakat dalam proses politik meningkat. Pemilu di Indonesia, baik nasional maupun lokal, seringkali mencatat tingkat partisipasi yang tinggi. Selain itu, masyarakat sipil dan organisasi non-pemerintah (NGO) juga memainkan peran penting dalam mengawal demokrasi, mengawasi korupsi, dan memperjuangkan hak asasi manusia.
Tantangan dalam Demokrasi Indonesia
Meski telah mencapai berbagai keberhasilan, demokrasi di Indonesia masih menghadapi banyak tantangan yang menghambat implementasi nilai-nilai demokrasi secara penuh.
1. Politik Uang dan Korupsi
Salah satu tantangan terbesar dalam demokrasi Indonesia adalah politik uang yang merajalela. Dalam setiap pemilu, praktik politik uang sering dilaporkan, mulai dari pemberian uang tunai kepada pemilih hingga bentuk lain seperti pemberian barang atau jasa. Fenomena ini menunjukkan bahwa demokrasi Indonesia masih belum sepenuhnya bebas dari pengaruh kekuatan ekonomi yang mendominasi proses politik.
Korupsi juga menjadi momok yang menggerogoti institusi demokrasi. Banyak pejabat publik dan anggota legislatif yang terlibat dalam kasus korupsi, yang seringkali mengurangi kepercayaan publik terhadap pemerintah dan sistem demokrasi itu sendiri.
2. Polarisasi Sosial dan Politik Identitas
Polarisasi sosial berbasis agama, suku, atau ideologi menjadi tantangan serius bagi demokrasi Indonesia. Pemilu sering kali menjadi ajang pertarungan politik identitas, yang memecah belah masyarakat berdasarkan perbedaan agama atau etnis. Misalnya, Pilkada DKI Jakarta 2017 menjadi salah satu contoh nyata bagaimana isu agama digunakan sebagai alat politik, yang kemudian memicu ketegangan sosial.
Polarisasi semacam ini berbahaya bagi persatuan bangsa dan bisa mengikis fondasi demokrasi, karena lebih mengutamakan emosi dan prasangka daripada rasionalitas dalam pengambilan keputusan politik.
3. Kebebasan Sipil yang Terancam
Meskipun kebebasan pers dan kebebasan berpendapat telah berkembang sejak reformasi, ancaman terhadap kebebasan sipil masih ada. Dalam beberapa tahun terakhir, terdapat laporan tentang kriminalisasi aktivis, pembatasan kebebasan berekspresi di media sosial, dan pembubaran demonstrasi secara paksa.
Selain itu, penerapan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) seringkali menjadi alat untuk membungkam kritik terhadap pemerintah. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun demokrasi prosedural berjalan, substansi demokrasi---yang meliputi penghormatan terhadap hak asasi manusia---masih perlu diperkuat.
4. Kesenjangan Sosial dan Ekonomi
Kesenjangan sosial dan ekonomi yang masih tinggi juga menjadi hambatan bagi demokrasi. Demokrasi yang sehat membutuhkan masyarakat yang memiliki akses setara terhadap pendidikan, kesehatan, dan kesempatan ekonomi. Namun, di Indonesia, masih banyak masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan dan tidak memiliki akses yang memadai terhadap layanan dasar.
Ketimpangan ini seringkali membuat kelompok rentan sulit untuk berpartisipasi secara aktif dalam proses politik, sehingga suara mereka tidak terwakili dengan baik. Akibatnya, demokrasi menjadi lebih bias terhadap kepentingan elite dan kelompok yang lebih mapan secara ekonomi.
Masa Depan Demokrasi di Indonesia
Untuk mewujudkan demokrasi yang lebih matang, Indonesia perlu mengatasi tantangan-tantangan tersebut melalui berbagai langkah strategis.
1. Penguatan Pendidikan Politik
Pendidikan politik harus ditanamkan sejak dini agar masyarakat memahami pentingnya partisipasi aktif dalam demokrasi. Selain itu, pendidikan politik juga dapat membantu masyarakat mengenali bahaya politik uang dan manipulasi politik identitas.
2. Reformasi Sistem Pemilu
Reformasi sistem pemilu diperlukan untuk meminimalkan pengaruh politik uang dan memperkuat representasi yang adil. Salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah memperketat pengawasan terhadap pembiayaan kampanye dan meningkatkan transparansi dalam proses pemilu.
3. Penguatan Penegakan Hukum
Penegakan hukum yang tegas dan adil sangat penting untuk memberantas korupsi dan pelanggaran hak asasi manusia. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) perlu didukung penuh agar dapat menjalankan tugasnya tanpa intervensi politik.
4. Mengurangi Polarisasi Sosial
Dialog antaragama dan antarbudaya perlu terus ditingkatkan untuk mengurangi polarisasi sosial. Pemerintah dan tokoh masyarakat harus mendorong narasi inklusif yang menekankan pentingnya persatuan dalam keragaman.
5. Memperkuat Lembaga Demokrasi
Lembaga-lembaga demokrasi seperti Mahkamah Konstitusi, Komisi Pemilihan Umum, dan lembaga pengawas independen lainnya harus dijaga integritasnya. Intervensi politik terhadap lembaga ini harus dicegah agar mereka dapat menjalankan fungsinya secara independen.
Kesimpulan
Demokrasi di Indonesia telah mengalami perjalanan panjang dengan berbagai capaian positif, terutama sejak era reformasi. Namun, tantangan yang dihadapi masih cukup besar, mulai dari politik uang, korupsi, hingga ancaman terhadap kebebasan sipil. Untuk memastikan demokrasi yang substansial, Indonesia harus terus berinovasi dalam memperkuat sistem politik, mengatasi polarisasi sosial, dan memberdayakan masyarakat secara ekonomi.
Demokrasi bukan hanya tentang proses formal seperti pemilu, tetapi juga tentang memastikan keadilan, kebebasan, dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat. Dengan upaya kolektif dari pemerintah, masyarakat sipil, dan seluruh elemen bangsa, Indonesia dapat terus berkembang menjadi negara demokrasi yang lebih matang dan inklusif.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI